MPTA || 33. Allah itu baik

713 55 4
                                    

— بسم الله الرحمن الرحيم —

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Sekarang memang lelah, tetapi nanti kamu akan tersenyum dengan lebar ketika melihat hasil dari kelelahan itu, percayalah. Ingat, Allah tidak pernah tidur.
— Ira_Lskr

— Ira_Lskr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Matahari sudah menunjukkan sinarnya, yang berarti para manusia harus kembali beraktivitas seperti biasanya. Seperti dua gadis cantik ini, yang baru saja sampai di sekolah. Berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tangan yang saling bertautan dan sesekali tertawa karena guyonan yang lucu.

"Heh mau kemana lo!" sentak Maira seraya menarik ujung jilbab Huma, yang membuat jilbab Huma seketika berantakan.

"Lepasin tangan kamu, Maira," ucap Huma dengan tangan yang memegangi jilbabnya agar tidak terlepas.

"Lepas? Jangan harap! Mending lo lepas aja ini jilbab. Enggak pantes dipake lo," ucap Maira yang membuat Huma bersedih.

"Lepasin tangan lo!" bentak Ura sambil menghempaskan tangan Maira dan mencengkram nya dengan kuat, yang membuat Maira meringis kesakitan.

"Lo kenapa sih ganggu Huma terus?"

"Gue benci sama dia, dan sekarang malah sok-sok'an pake jilbab segala cari perhatian banget sih mbak! Sok alim lo, atau lo pake jilbab buat nutupin tingkah laku busuk lo? Jilbabnya nggak pantes banget dipake sama dia yang kotor itu dosa udah banyak juga udah sentuhan sama cowok sana, sini. Ngilang selama sebulan dan sekarang balik-balik malah pake jilbab, bikin citra jilbab itu jelek tau gara-gara dipake sama lo kayak teroris pake jilbab panjang apalagi yang pake penutup wajah itu mirip ninja," ucap Maira yang mampu membuat hati Huma sesak bagai ditikam beribu-ribu jarum, apa benar yang dikatakan oleh Maira bahwa ia tidak pantas untuk memakai jilbab? Apa benar citra jilbab menjadi buruk karena dipakai oleh nya? Huma menjadi merasa sangat bersalah.

"Jika yang berhijab lebar dan bercadar anda sebut sebagai ninja, lalu bagaimana dengan mereka yang mengenakan busana serba terbuka tidak anda sebut sebagai tarzan," sahut seseorang yang berada di belakang Maira.

"Wah ustadzah nya nambah nih," ucap Maira tersenyum smirk ketika seseorang itu berjalan menghampiri mereka.

"Maa syaa Allah." Huma menatap kagum gadis yang kini ada di antara mereka dengan wajah yang setengah di tutupi oleh sebuah kain, yang tidak lain adalah cadar.

"Gimana? Orang yang pake baju yang serba terbuka nggak kamu panggil tarzan? Kan sama-sama membuka aurat?" tanya gadis.

"Kenapa? Kok diem?"

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang