MPTA || 36. Titik Lelah

667 55 10
                                    

— بسم الله الرحمن الرحيم —

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Saat hinaan dan cacian manusia membuatmu lelah dan seakan ingin menyerah. Coba tanyakan pada dirimu sebenarnya untuk siapa kamu berubah?

 Coba tanyakan pada dirimu sebenarnya untuk siapa kamu berubah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Dua bulan telah berlalu sejak kejadian di mana Bintara memaksa Huma untuk menjadikan kekasihnya. Sejak saat itu, Huma semakin dicaci maki oleh mereka entah siapa yang membongkar rahasia itu Huma pun tidak tahu. Jika jujur Huma sebenarnya sangat lelah jika harus terus dibully oleh mereka, sangat lelah. Ingin menyerah, tetapi Huma ingat dengan perjuangannya selama ini.

Sampai saat ini Huma terus mencari keberadaan Raksa, dibantu oleh sahabat-sahabatnya. Tapi lagi dan lagi pencarian mereka tidak membuahkan hasil sama sekali. Rasanya Huma ingin berteriak kepada tuhan bahwa ia sudah tidak sanggup lagi.

"Liat tuh, cewek sok kecakepan."

"Sok cantik, muka kek monyet juga."

"Sok-sok'an nolak Bintara, kurang apa coba Bintara itu."

"Sok alim! Pen muntah gue ngeliatnya."

"Cowok sesempurna Bintara dia tolak? Really?!"

"Ya namanya juga sok kecantikan."

"Heh lo! Lepas aja jilbabnya, nggak pantes lo pake ini! Nggak inget masa lalu lo kayak gimana?!" sentak Maira yang tiba-tiba datang dengan Jenni yang berada di belakangnya.

"Saya udah berjuang buat hijrah, saya udah mencoba buat memperbaiki diri saya. Jadi tolong, jangan bawa-bawa masa lalu saya karena Huma yang dulu udah mati," ujar Huma karena saat ini ia sudah lelah dengan caci maki yang mereka keluarkan.

"Akhlak lo masih kayak gini juga, sok-sok'an pake jilbab! Eneg tau nggak," sahut Jenni dengan berlagak seperti orang yang sedang muntah.

"Jilbab dan akhlak adalah dua hal yang berbeda. Berjilbab adalah murni perintah Allah, wajib untuk muslim yang telah baligh tanpa memandang akhlaknya baik atau buruknya. Di lain hal, akhlak adalah budi pekerti yang bergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa atau pelanggaran, itu bukan karena jilbabnya melainkan karena akhlaknya. Yang berjilbab belum tentu berakhlak mulia tapi yang berakhlak mulia pasti berjilbab," sahut Bira yang tiba-tiba datang dengan Ura yang berada di belakangnya.

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang