MPTA || 18. Sebuah Amanah (2)

889 105 4
                                    

Assalamu'alaikum..
Tolong bantu tandain typo, Terimakasih.

“ Tugas saya hanya menyampaikan sebuah amanah yang sudah di titipkan, mau menerima atau tidaknya itu terserah dirimu. Semoga Allah memberikanmu hidayah, dan sadar bahwa jalan yang sedang engkau jalani itu salah. ” 

— Semesta Raksa Al-Zayyen.

***

— بسم الله الرحمن الرحيم —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— بسم الله الرحمن الرحيم —

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ✨

.
.
.

"Loh bang? Udah pulang?" Tanya Huma ketika dirinya sudah sampai di rumah, dan mendapati Raksa yang sedang duduk di kursi bersama dengan ayah dan bunda nya.

"Udah, barusan tadi pagi." Jawab Raksa dengan senyuman teduh nya.

"Oh," guman Huma seraya duduk di kursi dekat dengan bundanya.

"Gak Salim?" Tanya Raksa kepada Huma, yang mengundang perhatian ayah dan bundanya.

"Salim? Apaan itu Salim? Mang Salim tetangga sebelah itu tah?" Tanya Huma heran, dirinya baru mendengar kalimat asing itu.

"Astaghfirullah, sejauh mana kamu dari agama dek." Guman Raksa tersenyum miris.

"Jelasin dulu bang." Ucap Huma dirinya masih penasaran apa itu Salim.

"Udah gak usah di dengerin Abang kamu itu dek, dia mah ngarang. Gimana sekolah nya tadi?" Tanya Larissa mencoba mengalihkan pembicaraan, dirinya tidak mau jika Huma bertanya-tanya tentang agama yang di anut nya. Dirinya sangat sensitif jika membahas tentang itu.

"Lancar kok bun, kayak biasanya." Jawab Huma seraya melepaskan sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu.

"Uang saku kurang enggak?" Tanya Aditya tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang di bacanya.

"Kalo cuman uang saku sekolah mah cukup Yah, tapi kan aku cewek butuh perlengkapan lebih banyak, baju aku juga kurang, bedak mau abis. Pokok nya skincare aku itu udah mau pada abis, uang 1 juta mana cukup." Ucap Huma yang berujung curhat. Lalu dirinya kembali duduk di samping bundanya.

"Jangan boros-boros Huma gak baik, belajar buat menghemat." Sahut Raksa yang sedari tadi diam.

"Ya terserah gue dong, uang ayah masih banyak 'kan? Kalo bukan gue yang ngabisin siapa lagi coba? Sewot banget." Ketus Huma dengan pandangan sinis nya. Menurutnya selagi mempunyai uang banyak, mengapa tidak di gunakan dengan sebaik-baiknya.

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang