MPTA || 64. Kepergiannya

898 49 31
                                    

— بسم الله الرحمن الرحيم —

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ibu, dunia tanpamu hanyalah kekosongan yang nyata.

.
.
.

"Abang," lirih Huma ketika melihat Raksa yang sedang duduk di depan ruangan, yang diyakini tempat bundanya berada.

Mata Huma berkaca-kaca, lalu dengan cepat berlari untuk menghampiri Raksa meninggalkan Bintara yang sedang terdiam.

"A-abang, b-bunda, ab-ang," isak Huma dengan keras di dalam pelukan hangat Raksa, yang selama ini ia rindukan.

Raksa mendongakkan kepalanya ke atas untuk menahan air matanya agar tidak menetes, lalu membalas pelukan Huma dengan sangat erat yang membuat tangisan Huma semakin keras. Entah berapa banyak air mata yang menetes di mata indah milik Huma, kenapa masalah terus datang kepadanya? Sungguh, pundaknya sudah semakin rapuh seakan-akan sudah menyerah kepada dunia.

"Adek," bisik Raksa lalu menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan yang akan keluar.

"Adek yang kuat ya? Percaya sama Abang, kalo semua ini sudah tersusun rapih di lauhul Mahfudz dengan sebaik-baiknya. Semua terjadi karena kehendaknya Allah, kita sebagai manusia hanya bisa menjalaninya. Apapun yang terjadi, jangan menyalahkan takdir ya, dek? Jangan berpikir bahwa Allah enggak sayang sama hambanya, Allah sayang banget sama hambanya yang mau bertaubat. Apapun kabar tentang bunda yang adek denger, adek harus sabar ya? Adek harus tabah, kita saling menguatkan kita saling merangkul agar kita sama-sama kuat," lirih Raksa mengelus bahu Huma yang bergetar.

Bintara berjalan pelan ke arah kakak beradik itu, lalu duduk di samping Raksa dan mengelus serta merangkul bahu kakak iparnya itu.

"Adek?" panggil Raksa seraya menarik kepala Huma di dalam pelukannya, lalu menghapus air mata Huma.

"I-iya, Abang?"

"Adek yakin semua ini terjadi karena rencana Allah kan?" tanya Raksa yang dijawab anggukan oleh Huma.

"Adek percaya dengan maut, kebahagiaan, dan jodoh sudah di susun rapih oleh Allah kan? Adek tau kan, kalo semua orang pasti akan kembali pulang menghadap Allah tanpa terkecuali, semua nyawa akan merasakan mati," ujar Raksa dengan lembut seraya mengelus kepala Huma, yang sangat ia sayangi. Adiknya yang dahulu sering ia marahi karena sering membuat masalah. Tetapi lihatlah sekarang, adiknya sudah berubah sudah kembali ke jalan Allah.

"Adek, Abang," panggil Raksa yang membuat Huma mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Raksa yang terlihat lelah, terlihat dari rambut yang acak-acakan dan mata pandanya.

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang