MPTA || 21. Pergi

678 73 5
                                    

Assalamu'alaikum..

Ya Allah untuk kali ini aku hanya butuh wakafa billahi Syahida–Mu untuk segala perjuangan ku.

— Ira_Lskr

"Kamar Raksa sama Huma beda jauh banget, kebalik ini kayaknya," ucap Larissa ketika ia membuka pintu kamar Raksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamar Raksa sama Huma beda jauh banget, kebalik ini kayaknya," ucap Larissa ketika ia membuka pintu kamar Raksa.

Hari ini ia berniat untuk membersihkan kamar anak-anaknya, kamar Huma sudah selesai dibersihkan. Kamar anak gadisnya itu sangat kotor dan acak-acakan sekali berbeda jauh dengan kamar kamar putranya yang terlihat sangat rapih dan bersih.

Kemudian dengan perlahan kakinya melangkah masuk ke dalam kamar Raksa, mengedarkan pandangannya untuk melihat seisi kamar. Lalu tidak tahu mengapa, kakinya mengajaknya untuk berjalan ke arah lemari anaknya.

Tangannya terulur untuk membuka lemari itu dan setelah dibuka terlihat baju Raksa yang tersusun dengan rapih.

"Rajin sekali, kamu nak," gumam Larissa seraya menatap baju-baju itu, lalu pandangannya terhenti ketika ia melihat sesuatu kain yang sepertinya sengaja diselipkan.

"Apa ini?" ucapnya seraya mengulurkan tangan untuk mengambil kain itu, dan ketika ia menariknya sebuah kertas juga ikut tertarik dan terjatuh dilantai.

Deg!

"Sarung," gumam Larissa.

Rasa amarah langsung menyelimuti hati Larissa, mengapa ada sarung di dalam lemari Raksa? Apakah anak itu diam-diam belajar agama? Kurang ajar sekali anak itu.

Dengan tangan yang sedikit gemetar Larissa mengambil kertas itu lalu membukanya.

"P-pendaftaran p-pondok pesantren Al-fatah," ucap Larissa dengan terbata-bata, ketika ia membaca isi surat tersebut.

Dengan cepat Larissa keluar dari kamar Raksa, dan menuruni tangga dengan cepat.

"RAKSA!" teriak Larissa dengan emosi yang sudah menggebu-gebu.

"SEMESTA RAKSA AL-ZAYYEN!" teriaknya lagi ketika Raksa tidak juga muncul ketika ia panggil.

"Apasih bun! Berisik banget teriak-teriak," ketus Huma yang tiba-tiba datang karena suara berisik bundanya itu.

"Panggil Abang kamu," titah Larissa.

"Males."

"Bunda bilang panggil Abang kamu!" pekik Larissa seraya menunjuk Huma.

"Iya Bun? Ada apa manggil Raksa?" sahut Raksa yang tiba-tiba datang, dirinya baru saja selesai mencuci mobil di depan rumahnya.

Larissa menatap tajam putranya, lalu dengan cepat ia berjalan ke hadapan Raksa dan melemparkan sarung beserta surat itu.

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang