[[ Selamat Membaca ]]
"Kau pernah jatuh cinta sampai kau terus terbayang olehnya?
Kau pernah dimana ketika kau bertemu dengannya kau sulit bernafas?
Maafkan aku.. Tapi aku mencintaimu (Namakamu)"---
Iqbaal mengerang frustasi dan Iqbaal mengendarai mobilnya tak tentu arah, kerumahnya atau aku lebih baik membiarkan dia memiliki waktu untuk sendiri?menghentikan mobilnya secara mendadak di jalan yang sepi, fikirannya kembali melayang.
Jarak itu terbentuk lagi? Dan aku kira langit itu semakin menjauh. Tuhan.Jika perjuanganku sia – sia aku rela pergi dari kehidupannya, tapi jika sebaliknya aku mohon mudahkan perjuanganku untuk bersamanya.
Iqbaal memutar mobilnya, dia memilih kembali kerumahnya. Tidak ada gunanya jika dia memaksa (Namakamu) untuk menemuinya.
Sudah lebih beberapa hari ini Iqbaal memutuskan menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya, tapi sepertinya tidak dengan fikirannya yang tetap focus pada satu titik. (Namakamu).
Bagaimana bisa kehidupannya berjalan tanpa melihatnya saja sudah tersiksa, satu hal yang pasti
'aku akan tahu bagaimana kondisinya sekarang, dan harus. Entah meski dia ketakutan kepadaku, marah, membenciku aku hanya ingin tahu saja, dia baik – baik saja'
~~
"Bagaimana kondisinya? Dia baik – baik saja bi?"
"Apa?! dia tidak bersamamu?! Di belum pulang, sudah beberapa hari ini dia tidak pulang. Aku kira dia bersamamu, dia tidak menghubungiku sama sekali." Bibi Ita terlihat begitu khawatir Iqbaal tahu suaranya terdengar tidak mengada ada. Iqbaal menatap kosong dengan tangannya yang masing memegang gadget miliknya. Bibirnya terbuka sedikit dan..
'jika dia menginap semalam waktu itu, jika beberapa hari ini? Itu artinya...'
"Bibi. Apa kau tidak berbohong dengan perkataanmu? Aku mohon jangan bercanda."
"Bagaimana bisa aku bercanda. Dia belum pulang!! Dan kau tidak tahu keberadaannya?! Kau bagaimana Iqbaal? Dia marah kepadamu? Aku yakin jawabannya iya." Bibi Ita memekik terkejut sebelum dia marah. Bagaimana bisa dia mengatakan hal ini sebagai candaan.
Iqbaal mematikan telfonnya dengan Bibi Ita, dan segera menghubungi nomer milik (Namakamu),
'Maaf, nomer yang anda tuju tidak dapat dihubungi cobala---'
Iqbaal terus menekan telfon ulang bahkan hingga dia mengendarai mobilnya dengan begitu kencang, tak tentu arah dan gadget yang terkadang harus ia lihat beberapa kali, suara operator itu tak terhitung lagi.
Iqbaal melihat GPS di gadget milik (Namakamu), nihil. GPSnya tidak aktif, mana mungkin?! Iqbaal menggeram keras dan terkadang memukul setir mobilnya dengan keras.
Iqbaal membuka paksa pintunya bahkan dia merusaknya."dimana (Namakamu)? Dimana dia? Brengsek?!" Iqbaal berteriak hingga suaranya menggema diseluruh ruangan, memukul satu persatu orang yang menghadang jalannya.
"Dimana (Namakamu)?! Kau menyembunyikannya? Apa kau tak mau hidup lagi?"
"Hei, bisakah kau melepaskan kerahku?"
"Bastian. Aku serius dengan perkataanku" Iqbaal sudah marah besar, Bastian tahu itu ini tidak akan bisa dibuat main – main.
"aku tidak membawanya." Bastian berkata jujur, tapi sepertinya tidak dengan mata yang mulai memerah karna kemarahannya yang sudah tidak terkendali lagi.
"Bisakah kau tidak mengganggunya?" Iqbaal melepaskan perlahan kerah Bastian, menundukkan kepalanya menata nafas miliknya.
"Aku mohon kembalikan (Namakamu) sekarang."
Bastian hanya tersenyum pahit, sebodoh ini dia melakukan suatu hal demi orang yang dia cintai?
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
FanfictionAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...