"With you ...
I wish we had another time
I wish we had another place
Bet they never felt the way we felt
You and I both know it can't work
It's all fun and games Till someone gets hurt
And I know I won't let that be you
It's reckless and clumsy
And there's nothing my heart can do
To fight with time and space
Cause I'm still stuck in the moment with you"
Justin Bieber - Stuck In The Moment -
[[ Selamat Membaca ]]
Tuhan, aku tak tahu bagaimana perasaanku, melihatnya terluka. Maafkan aku, aku yakin dan percaya dengan ucapanmu. Jika semua akan baik - baik saja. Kuatkan aku melihatnya terluka karenaku. Tidak, sangat tidak pantas dia terluka karena laki - laki brengsek sepertiku. Seharusnya dia selalu bahagia dengan laki - laki yang bisa menjaganya. Menjaga hatinya dan mencegah air matanya. Kusadari aku mungkin tidak sehebat itu. aku tidak tahu berapa luka dan tetes air matanya yang keluar karenaku. Bahkan sampai sekarangpun dia masih menemaniku, berada disampingku. Bagaimana bisa aku merelakan dia berada dalam pelukan orang lain. Dia malaikat. Sungguh malaikat yang sempurna.
Iqbaal membelai pelan pipi (Namakamu) yang tertidur disampingnya, dia tertidur dalam posisi seperti itu? kau akan sakit dan lelah (Namakamu). Erangan kecil dari bibir kecilnya membuat Iqbaal lebih menajamkan tatapannya. Suaranya dan wajahnya lihatlah, dia sangat cantik sekali. Dan mana mungkin aku bisa membiarkan orang lain melihat hal istimewa ini. tidak akan, dan tidak akan pernah kurelakan.
"Iqbaal kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu apa kau sudah merasa membaik? Kau butuh minum? Atau"
(Namakamu) terdiam ketika Kernyitan di dahi Iqbaal perlahan semakin dalam dengan tatapannya yang menatap kaitan jemarinya di jemari (Namakamu), membelai pelan dengan ibu jarinya dan itu berhasil membuat (Namakamu) tidak bergerak sama sekali.
"Maafkan aku" suaranya sangat serak, aku tahu dia tidak berbicara dan minum sedikitpun air dari semalam. Dan lirih itu sangat menyakitkan, terdengar sangat sedih dan Tuhan. Aku tidak ingin hal itu yang diucapkan olehnya. Kenapa harus kata itu yang dirangkai olehnya. Itu tidak bisa membuatku sedikit lebih bahagia. Apa itu tandanya memang benar dia akan meninggalkanku untuk bersama wanita lain? Apa aku bisa? Melepasnya?
"Maaf nona, kami harus memeriksa tuan Iqbaal." Tak ada yang menolehkan kepalanya kearah sumber suara itu, terjebak dalam tatapannya, ini sulit . terlalu sulit untukku Tuhan.
(Namakamu) melepas perlahan kaitan jemarinya, meninggalkan dengan berat hati dan air matanya yang tak bisa tertahankan, jadi benar kau putuskan untuk pergi meninggalkanku Iqbaal? Tidak tahukah jika aku sangat mencintaimu? Dan kau pergi meninggalkanku? Terlalu banyak pertanyaan yang seharusnya kau jawab. Semua ini membuatku sulit untuk kupahami. Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Merelakanmu atau merebutmu untuk menjadi milikku lagi. Apa aku harus melakukan perbuatan hina itu? aku tak sanggup.
"Maafkan aku tapi dia milikku"
(Namakamu) tersentak dan menolehkan kepalanya melihat seseorang yang bergumam kesal dibelakangnya.
(Namakamu) langsung menatap perut Bella yang semakin besar. Disana malaikat kecil yang mengharuskanku tidak bersamanya. Haruskah aku membenci bayi itu?
"Hei? Kau mendengarkanku kan? Bisakah kau menjauh darinya mulai detik ini?" Bella mempererat pegangannya pada keranjang buah yang ia bawa.
"(Namakamu) kau tahukan Iqbaal orang yang bertanggung jawab dengan perbuatannya?"
(Namakamu) mengalihkan pandangannya menatap Bella, wanita itu berkaca kaca, (Namakamu) mengusap air matanya dan mencoba mengatur nafasnya untuk bisa berbicara.
"Aku tak mau. Aku yakin dia tidak sebrengsek itu." Bella mengernyitkan dahinya dan menatap tajam kearah (Namakamu) yang masih sibuk membersihkan air matanya.
"Apa yang kau maksud dengan Iqbaal yang brengsek? Kau mengatakan jika aku seorang pelacur yang menggodanya. Aku tidak semurahan dirimu (Namakamu)"
(Namakamu) pergi meninggalkan Bella yang masih berdiri di depan ruang inap Iqbaal. Butuh waktu untuknya menenangkan diri. Dan kini aku mulai yakin ucapanku ada benarnya.
Iqbaal tidak sebrengsek itu. Aku mengenalnya meski banyak hal yang dia sembunyikan. Tapi Tuhan. Tolong benarkan apa yang kufikirkan sekarang, dia tidak akan sebrengsek itu. Dia tidak brengsek.
(Namakamu) memutuskan kembali kerumahnya. Dimana dia bisa mencari waktu untuk sendiri. Foto - foto itu, saat dia pergi dengan Iqbaal kebeberapa acara kampus, liburan bersamanya, bermain batu di danau bersamanya, dan tangannya terhenti di foto ketika Iqbaal tertidur dengan pulas. Aku tidak tahu lagi, kesedihan ini membuatku tak bisa mengeluarkan air mataku, terlalu sulit untukku mengeluarkan air mata lagi.
"kau akan tetap menjadi malaikatku, meski kini aku tak bisa memilikimu"
~~
"Hai, kau sudah membaik?" Iqbaal menolehkan kepalanya mendengar seseorang memasuki ruangan inapnya setelah dia diperiksa oleh dokter tadi. Iqbaal hafal ini bukan suara (Namakamu). Dan suara gadis ini. aku tak tahu harus bagaimana menemuinya, aku sangat marah karena ulahnya tapi kesalahanku membuatku harus bertahan untuk diam.
"Aku dengar dokter tadi mengatakan lukanya tidak terlalu dalam dan kau bisa sembuh dengan cepat."
Iya, aku tahu kau menusukkan pisau itu dengan pelan, kau mencintai bayimu dan tak rela untuk membunuhnya. Meski kau seorang iblis, aku tak menyangka kau masih punya jiwa manusia meski sedikit.
"Maafkan aku membuatmu harus terbaring disini dan melakukan semua ini dengan tiba - tiba. Aku ingin menjelaskan semuanya tolong dengarkan sedikit saja. Aku butuh keberadaanmu untuk kondisiku saat ini."
Bella mengusap anak rambutnya untuk disisipkan kebelakang telinganya, menarik pelan kursi untuk lebih dekat disamping ranjang Iqbaal. Memegang perlahan jemari Iqbaal dengan kedua tangannya, Iqbaal tahu dia sedang menggigit bibir bawahnya untuk memulai pembicaraan.
Tenanglah cukup dengarkan penjelasan versinya.
"Usianya sudah tiga bulan, itu artinya 'kita' sudah melakukan jauh dihari itu. kau sedang mabuk dan aku juga seperti itu. kau tahu kan aku seorang artis. Dan namaku tercoreng begitu saja, berita menyebar dengan cepat aku sudah berusaha menyembunyikannya dari media. Tapi mereka terlalu pintar. Dan kau melarangku menemuimu di perusahaanmu, itu yang membuatku putus asa karna tidak bisa menjelaskannya kepadamu."
Iqbaal melihat jelas genangan air mata itu menetes dengan derasnya, aku tahu bagaimana posisinya sekarang.
"Aku hanya tak ingin semua orang menganggapku sebagai pelacur Iqbaal. Aku ingin dia punya ayah dan aku bisa membesarkannya bersama ayahnya. Aku tak tahu lagi aku harus melakukan apa. dan.."
Bella terdiam ketika tangan dingin itu mengusap air matanya, tatapannya menuju kepadanya. Sungguh, Tuhan kau mengabulkan doaku untuk bisa menatap mata indah itu.
"Dan aku melakukan hal bodoh ini, maafkan aku membuatmu terluka dan merusak semuanya."
Bella memeluk Iqbaal menyandarkan kepalanya pada bahu Iqbaal, dan Bella semakin tidak percaya ketika tangan itu membelai rambutnya. Tuhan, ini sangat indah, Terima Kasih.
Haruskah aku belajar mencintainya dan melupakan semuanya?
~~
- FA
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
Fiksi PenggemarAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...