My Little Angel: Chapter 24

3.6K 321 19
                                    

"When you fall too hard

When you're bruised and scarred

Wherever you are

I'll find you"

[[ Selamat Membaca ]]

"Kau tidak seharusnya melakukan ini, aku cukup mengenal siapa Iqbaal. Ibunya juga pernah menelfonku, aku tidak tahu. Waktu itu—"

Alana mengambil gadget miliknya yang terletak di atas nakas, Iqbaal masih pergi ke sekolahnya lebih tepatnya dia sekarang baru masuk SMP.

"Hallo, ada apa Na?" Ana. Nia memanggilnya dengan Ana, tidak ada suara yang keluar dari sana, hanya keheningan dan Nia menatap layar gadget miliknya. Masih terhubung..

"Haii Ana, apa kau masih disana?" Nia berusaha mengeraskan suaranya dan tidak ada suara lagi disana.

"Ana? Kau baik – baik saja?" Nia kembali memanggilnya dan isakan terdengar begitu saja, membuat Nia mengernyitkan dahi dan mendengarnya sekali lagi. Benar telinganya tidak salah, ini isakan.

"Ana, kau menangis? Ada apa? apa yang sedang terjadi??"

Alana menutup bibirnya yang bergetar menahan isakannya. Satu – satunya sahabat yang membuatnya bisa tenang hanya Nia Shalvin. Mama (Namakamu).

"Ana, jawab aku jangan membuatku khawatir dengan keadaanmu" Alana tersenyum mendengar nada kekhwatiran disana.

Ayo Alana, kau tidak bisa membebankan masalahmu pada seorang sahabat. Jika kau menceritakan itu akan merepotkannya saja. Ayo.. jangan egois.

"Tidak, aku hanya merindukanmu Nia" terdengar helaan nafas lega di sebrang sana.

"Bagaimana kabarmu di-----"

Ocehannya di gadgetnya tidak bisa diolah diotaknya lagi, Alana menangis dan menekan gadgetnya agar tidak terdengar Nia. Tangisannya pecah begitu saja ketika mengingat dia habis bertengkar dengan suaminya Herry. Bagaimana bisa, semua terasa hancur ketika dia memutuskan memilih wanita lain dan menceraikannya.

Bahkan Iqbaal pun masih terlalu muda untuk menerima semua ini, meski kedewasaannya sudah terlihat sejak dulu di sekolah dasar. Dia anak laki – laki yang tangguh dan pintar.

Bagaimana jika dia mengetahui nasib keluarganya tidak terselamatkan seperti ini. Bahkan selingkuhan Herry itu teman kesehariannya.

Alana terduduk lemas di lantai dengan tangisannya yang terus mengalir dan isakannya menggema di ruangan ini.

"Ibu" Alana mendongakan kepalanya ketika tangan yang tangguh memegang dagunya untuk mengangkat wajahnya.

Alana mematikan gadgetnya dan beralih mengusap air matanya, belum sempat.

Karna Iqbaal mengusapkan ibu jarinya di tetesan air mata yang berjalan menyusuri pipinya. Terlihat di mata anaknya itu jika dia kesakitan dihatinya. Dia tahu dia menahan terlihat dari dia menggertakkan giginya membuat rahangnya mengeras.

"Ibu tidak pantas menangisinya. Aku bisa menggantikan posisinya jika memang harus kita hidup berdua saja. Aku akan berjanji menjagamu Ibu, jangan khawatir. Karna aku yakin aku mampu." Alana meneteskan matanya lebih deras dan menggigit bibirnya agar isakannya tidak terdengar sama sekali.

Alana memeluk Iqbaal, terasa jika anaknya menegang karna menahan semua emosinya. Maafkan aku jika keluarga kita hancur sayang. Maafkan aku.

"dia langsung mematikan sambungan telfonnya ketika aku menanyakan kabar keluarganya. Jadi itu yang terjadi. Aku tidak menyangka dan sepertinya aku harus menemuinya, aku sangat khawatir dengannya Richard" Nia menatap Richard yang memandangnya terus dari samping.

"Akan aku temani"

"tidak. Ah maksudku, jika terjadi seperti ini yang pasti dia tidak akan mau menemuiku. Kau membuat anaknya kebingungan mencari putri kita. Bisa jadi dia akan membunuhmu disana." Nia terkekeh dan berdiri berlalu pergi ketika Richard menaikkan satu alisnya.

"Memangnya dia bisa membunuhku?" Richard bergumam pelan dan kembali menyesap kopinya dengan menikmati pemandangan kebun di depannya saat ini.

Nia berjalan perlahan ketika dia membuka pintunya, beberapa pelayan keluar dari kamar (Namakamu). Dia melihat (Namakamu) memegang keningnya dengan menutup matanya, sepertinya dia masih pusing.

"Pagi sayang" (Namakamu) membuka matanya dan senyumnya mengembang ketika dia melihat Mamanya menghampiri dirinya.

"Mama. Aku merindukanmu" (Namakamu) duduk dan memeluk Nia yang terduduk disampingnya.

"Mama juga merindukanmu" (Namakamu) melepas pelukannya dan mencium pipi kiri Nia.

"Maaf ya, dia keterlaluan." Nia membelai pelan punggung tangan (Namakamu) yang tidak terinfuse. Dan senyuman kembali mengembang dibibir manisnya

"aku tahu dia terlalu mengkhawatirkanku ma, aku bisa mengerti dia sekarang"

"Jadi kau tidak memahami papamu dari dulu?" Richard menghela ucapan (Namakamu), menyandarkan bahunya di kusen pintu menatap kedua wanita yang sangat dia cintai.

"Bukan seperti itu maksudku Papa" (Namakamu) menundukkan kepalanya. Dan kekehan keluar begitu saja dari Richard. Dan terdengar semakin dekat, dan pelukan membuatnya terasa lebih hangat sekarang.

"Maafkan Papa karna terlalu protektif kepadamu. Jangan melakukan hal yang tidak masuk akal seperti ini lagi ya, Papa hampir gila karna kelakuanmu ini."

(Namakamu) tertawa kecil dan mengangguk pelan.

~~

Iqbaal meletakkan kepalanya di leher sofa dan memijit pelan hidungnya berharap dia sedikit tenang saat ini.

Semua tugas perusahaannya dia kerjakan seharian, rapat yang biasanya bahkan dia jarang menghadirinya dia datang dengan tatapan tidak percaya yang ditunjukkan beberapa orang diruangan meeting.

Suasana dingin dan kehengingan begitu terasa diruangan kerja miliknya sekarang. Ya dia berada disini dan jam dinding menunjukkan pukul 23.56

Membuka kancing teratasnya dan melempar begitu saja dasi yang mengait dilehernya. Meminum cairan bening digelas yang berada diatas mejanya sekarang.

Keningnya menyatu membentuk kernyitan yang terlihat menyedihkan.

Kesibukan tidak bisa membuatku melupakanmu, dan aku benar – benar gila. Aku yakin aku sangat gila.

They say that time, takes away the pain.. But I'm still the same. Why didn't I realize? This is so fucking hurt.. So this is heartache?

___________________________________________________

- FA

Angelic (MLA - 2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang