My Little Angel: Chapter 4

7.7K 505 0
                                    

[[ Selamat Membaca ]]

"Oh sial. Ayo sayang kita pergi dari sini." Iqbaal mengambil selimut di bawah ranjang dan membungkus tubuh (Namakamu) lalu menggedongnya sedikit berlari keluar dari kamar Bastian.

Iqbaal cukup mengenal tempat ini dari seorang anak buahnya yang menyamar menjadi anak buah Bastian, perlakuan yang licik untuk seseorang yang licik. Impas bukan.

Iqbaal mengambil jalan yang berlawanan dari suara anak buah Bastian dan sedikit berlari, semua teman se genk Iqbaal tengah siap dibelakang basement Bastian, termasuk mobil Iqbaal.

Brak.. Iqbaal menendang pintu belakang dan segera memasukkan (Namakamu) ke dalam mobil miliknya.

"Kalian urus mereka" teriak Iqbaal sebelum dia menancapkan gasnya pergi dari sini.

Iqbaal terliht sangat bersalah saat ini, sesekali dia melirik (Namakamu) melihat kondisinya yang, mengenaskan.

"Maafkan aku.." Iqbaal meraih tangan (Namakamu) dan mengaitkan jarinya disela sela jari (Namakamu).

Dia tidak akan mungkin membawa (Namakamu) pulang kerumahnya. Secara terpaksa Iqbaal mengambil jalan menuju rumahnya. Setidaknya (Namakamu) harus dibersihkan dari obat yang telah membuatnya seperti ini.

Iqbaal menghentikan mobilnya di garasi miliknya. Rumahnya terkesan sangat besar untuk ditinggali seorang saja, tapi ya memang seperti itu kenyataannya. Iqbaal sebagai anak tunggal yang kedua orang tuanya bercerai, dia tidak mau ambil pusing untuk ikut dengan siapa, dia memilih memiliki rumah sendiri dan tinggal sendiri.

Iqbaal terdiam sejenak mengambil nafas panjang dan membuangnya asal.

Tit, Iqbaal membuka pintu mobilnya dan berjalan kesisi lain dimobilnya untuk membawa (Namakamu) ke kamarnya.

Secara perlahan Iqbaal meletakkan tubuh (Namakamu) diatas ranjangnya, dia pergi mengambil obat obatan yang bisa menyembuhkan (Namakamu) dari zat ophdosiak yang diberikan Bastian.

Iqbaal beranjak menuju ranjang dan segera menata semuanya, perlahan Iqbaal meraih tangan (Namakamu) dan mulai meninfus. Iqbaal terus menatap (Namakamu) selagi tangannya terus memplester infuse di tangan (Namakamu).

"Sadarlah.." Iqbaal menata rambut yang berada di wajah (Namakamu) dan menyelipkan kebelakang telinga. Tangannya tergerak untuk mengelus puncak kepala (Namakamu).

Iqbaal beranjak ke lemari untuk mengganti bajunya dan mengambil kemeja putihnya untuk sekedar menutupi tubuh (Namakamu) yang polos hanya menggunakan pakaian dalam.

Pandangannya teralih ke pintu ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Iqbaal berdecak sebal mengetahui siapa orang yang berada dibalik pintu kamarnya itu.

Iqbaal bertelanjang dada dan berjalan membuka pintu kamarnya sedikit. Dugaannya benar.

"Ada apa Ki?" Kiki, orang yang lebih tua dua tahun darinya berdiri tegak dengan setelan jas yang rapi dan membawa tas di tangan kirinya.

"Ini Baal, data data perusahaannya, kan udah bilang mau bahas ini sekarang."

"Yaudah kasih tau aja garis besarnya sekarang."

"E... kenapa kau tak mempersilahkanku untuk masuk aja?" Kiki mendorong pintu kamar Iqbaal.

"Eh, gak usah. Ada (Namakamu) didalem"

"Terus?"

"Dia perempuan."

"Lalu? Apa yang kalian lakukan?"

"Menurutmu apa yang dilakukan seorang perempuan dan laki laki di dalam kamar, ber-du-a?" Iqbaal mengatakan dengan mengangkat kedua alisnya sedikit merasa jengkel dengan Kiki.

Kiki hanya tersenyum lebar dan menggaruk tengkuknya mengerti apa yang dikatakan oleh Iqbaal. "Oh, baiklah. Kita bisa membahaskan lain waktu, cepat hubungi aku ya."

Iqbaal menutup pintunya dan hanya bergeming mendapati sifat ketua sekretaris di perusahaannya yang seperti ini, baru satu satunya.

Iqbaal memakai T-shirt dan berjalan kearah ranjang sekedar memakaikan kemejanya di tubuh polos (Namakamu).

Mengangkat punggung (Namakamu) sejenak dan memeluknya untuk memakaikan kemeja, namun disaat Iqbaal mulai menidurkan (Namakamu) di ranjang, tangan Iqbaal terpaksa harus terjepit tengkuk (Namakamu).

"Ah, maafkan aku. Kau selalu berada dalam bahaya ketika bersamaku. " Iqbaal mencium sekilas dahi (Namakamu) dan menarik selimut menutupi tubuh (Namakamu) sebatas dada.

"Ngg.. hhh" (Namakamu) mulai sadar ketika sinar matahari menelusuk matanya secara perlahan. Mengerjapkan matanya beberapa kali memfokuskan penglihatannya, dan dalam sekilas dia mengingat apa yang terjadi semalam.

(Namakamu) langsung terbangun dan menatap infuse di punggung tangan kirinya. (Namakamu) langsung memegang infusnya dan berusaha melepas paksa dengan matanya yang memerah dan akan menangis.

"Jangan dilepas seperti itu." Iqbaal langsung beranjak dari sofa dan berjalan mendekati (Namakamu) yang mulai terisak.

Iqbaal melepas perlahan plester infuse (Namakamu), dan (Namakamu) semakin terisak. Dalam hitungan detik Iqbaal telah memeluk (Namakamu) erat seperti takut kehilangan dan merasa bersalah.

"Aku.. takut.." dalam isakannya (Namakamu) mengatakan hal yang sungguh dia rasakan sekarang.

"Tenangkan dirimu, kau sudah aman disini. Bersamaku." Iqbaal berusaha menenangkan (Namakamu) dengan mencium pelipisnya.

Perlahan tubuh (Namakamu) yang bergetar karena tangisannya mulai lebih tenang, dia membalas pelukan Iqbaal dengan memejamkan matanya berusaha menghilangkan rasa takutnya.

Entah berapa lama mereka berpelukan diatas ranjang, Iqbaal mulai melepas pelukannya dan menangkup kepala (Namakamu) agar dia bisa melihat matanya.

"Apa kau baik baik saja?"

"Apa aku baik baik saja? Aku tidak tahu Iqbaal, semuanya masih terngiang dikepalaku, apakah aku masih.."

"Ya" Kau. Masih. Perawan.

(Namakamu) tersenyum bahagia mendengar semuanya ternyata ketakutannya tidak terjadi, syukurlah.

"Aku mau mandi." Setidaknya (Namakamu) tidak suka ada bekas tangan dan ciuman Bastian ditubuhnya.

"Butuh bantuan?"

"Apa maksudmu?" (Namakamu) mengerucutkan bibirnya.

"Aku kan hanya menawarkan bantuan, apa masalahnya?" Iqbaal menaikkan bahunya.

"Tidak." (Namakamu) beranjak dari tempat tidur dan mulai berjalan, tapi.. kepalanya masih cukup pusing, dan akhirnya dia oleng dan terjatuh dilantai.

"sudah kuduga" Iqbaal mengangkat tubuh (Namakamu) dan berjalan memasuki kamar mandi, meletakkan tubuh (Namakamu) di samping wastafeldan menatapnya lekat lekat.

"Lain kali dengarkan aku, gadis keras kepala" Iqbaal pergi menutup pintu kamar mandi dan bersandar di balik pintu termenung dengan fikirannya.

Ponselnya berdering di saku jeans miliknya, dia mengangkatnya.

~~

- FA

Angelic (MLA - 2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang