My Little Angel: Chapter 15

4.6K 356 5
                                    

[[ Selamat Membaca ]]

Satu tamparan keras mendarat dipipi kanan (Namakamu), satu hal yang membuat (Namakamu) tidak meronta dan menangis lagi. Satu hal yang membuat Iqbaal tersadar. Iqbaal duduk di tepi ranjang dan menatap tidak percaya, dia mengusap wajahnya dengan kasar, menatap sekilas dan dia tahu

(Namakamu) tidak sadarkan diri karna tamparannya.

"arrgghh" Iqbaal mengerang frustasiHatinya terasa begitu.. dia merasakan banyak hal yang membuatnya muak sekarang. mendapat kenyataan jika dia melukai (Namakamu) bahkan hingga dia tidak sadarkan diri aku tahu, pasti nanti setelah dia terbangun dia akan membenciku, itu resikoku aku bisa terima itu.

Iqbaal melangkah dan mengambil kaosnya di lemari. Dia tidak pantas lagi jika harus berada satu kamar dengannya ketika da terbangun, dia pasti ketakutan aku yakin itu.Iqbaal menata selimutnya dan menutup kembali kancing baju (Namakamu), menyelipkan rambut berantakan karna ulahnya, ini keterlaluan.

Iqbaal menghembuskan nafas panjangnya, bibirnya terluka. Satu hal yang harus dia ucapkan lagi. Itu karna egoku, alasan mengapa seharusnya aku tidak memintanya terus bersamaku, seharusnya waktu itu aku membiarkan pergi, seharusnya aku tidak berjalan sejauh ini untuk memperjuangkannya.

Seharusnya...

Iqbaal menuruni tangga dengan perlahan, mengambil kompresan yang mungkin memang dia sediakan cukup banyak di tempat khusus, bukan hal yang tabu.

Iqbaal terdiam, dia seperti merasakan jika ada orang lain di sekitar rumahnya. Iqbaal berjalan dengan tenang menaiki tangga dan memasuki kamarnya.Meletakkan peralatannya di atas lemari kecil disamping ranjang, menarik pergelangan tangan (Namakamu) dan memutarnya perlahan. Bekas memerah, Iqbaal mengernyit dan menggesek pelan kemerahan dilengan (Namakamu).Mengompres luka disudut bibir (Namakamu), kekuatannya memang tidak bisa dikendalikan jika dia terlalu marah seperti tadi.

Bahkan sampai membuat bekas luka dan tidak sadarkan diri.Matanya tertuju di Bibir ranumnya... 'rrr.. Iqbaal.. tidak seharusnya kau memikirkan itu sekarang.' Iqbaal menutup matanya dan menolehkan kepalanya kesamping, kernyitan itu menandakan jika dia mencoba menahan sekuat tenaganya.

Melihatnya lagi membuat tekadku mengatakan jika dia memang patut diperjuangkan. Aku ingin memilikimu sepenuhnya jadi, aku mohon jangan hentikan aku untuk memperjuangkanmu sayang.

Iqbaal berdiri dengan cepat dan membuang kompresan dengan kasar sembarangan. Pergi menjauh dan terhenti ketika tangannya sudah meraih membuka pintu

"selamat malam sayang, maaf jika aku membuat malammu menakutkan, aku memang lelaki yang bodoh, aku akan menerima resikonya, jika esok kau membenciku setengah mati, maafkan aku tapi aku mencintaimu"

~

(Namakamu) menguap kecil, mengejapkan matanya beberapa kali, dan terbangun dengan cepat ketika ia ingat sesuatu yang menakutkan.

"aarrghh.." (Namakamu) mengerang sakit ketika pergelangan tangannya tersinggung dengan selimut milik, Iqbaal.(Namakamu) mengecek seluruh badannya, aku tahu semenjak aku diperlakukan kasar dan bahkan hampir diperkosa Bastian, aku tahu semua tanda setelah wanita melakukan hal itu. Tapi aku tidak merasakannya sekarang, lebih tepatnya yang kurasakan pergelangan tanganku dan sudut bibirku...

(Namakamu) berdiri di depan kaca panjang yang tertempel tembok di samping lemari baju Iqbaal. Dia terlihat berantakan, disudut bibirnya terluka. Aku tidak tahu karena apa, yang kuingat hanya Iqbaal yang terlihat begitu marah.Aku tahu aku memang salah, tapi tidak sepenuhnya itu kesalahanku, dia hanya salah paham, fikiran itu terus terngiang ketika secara perlahan (Namakamu) menuruni tangga dan mencari sosok yang sekarang menganggu fikirannya.

Tatapan itu bertemu.

(Namakamu) memeluk tubuhnya dengan tangannya sendiri,

'dia ketakutan dan itu semua karna ulahmu Iqbaal'

Iqbaal baru saja memasak sarapannya di dapur, tatapannya yang sayu saat menoleh bahkan akan membuat semua yang melihatnya tidak akan bisa berkedip.

"Makanlah, maafkan aku jika aku membuatmu takut. Kau boleh sarapan sendiri, aku akan pergi" (Namakamu) melihat Iqbaal yang akan pergi meninggalkan dapur, dia mengenakan kemeja putih. Apa dia akan pergi ke perusahaannya?

"Iqbaal..." (Namakamu) bergumam lirih, satu kata itu membuat Iqbaal mengernyit dan menolehkan kepalanya kesamping melihat (Namakamu) yang terdiam disana.(Namakamu) berjalan perlahan tanpa alas kaki, mendekati Iqbaal meski dia memang sedikit ragu melakukan ini. Jarak mereka semakin dekat dan...

(Namakamu) menggerakkan tangannya perlahan mendekati pipi tegas Iqbaal. Iqbaal hanya terdiam dalam tatapan kosongnya yang terlihat tertuju di mata (Namakamu) namun sepertinya tidak dengan fikirannya.Iqbaal menghembuskan nafasnya, membuang wajahnya kesamping, dan menghalau tangan (Namakamu) yang ingin meraihnya.(Namakamu) mengernyit,

dia tak mau kusentuh?

Aku memutuskan kembali ke kamar Iqbaal mengenakan sepatuku yang masih tertinggal disana, aku hampir menangis. Entah kenapa, semua menjadi seperti ini. Seandainya dia tidak sedingin itu pagi ini, mungkin aku akan menjelaskan semuanya.Aku menuruni tangga, dia masih terdiam duduk dengan tatapan kosongnya, aku hanya menatapnya sekilas. Dan entahlah, aku ingin menangis sekarang, dia masih marah kepadaku.Aku berjalan perlahan, meraih pintu besar dimana aku akan menangis sepuasnya saat aku sudah berada dibaliknya.

Tanganku masih memegang handle, dan tubuhku bergetar..

Ya Tuhan, aku belum pernah menangis hingga selemas ini.

Iqbaal tersadar, dan dia berdiri dengan cepat berjalan mencari seseorang yang seharusnya tidak ia perlakukan sedingin itu pagi ini. Dia sudah melakukan kesalahan besar dan bahkan belum mengucapkan maaf karna ulahnya semalam.

"(Namakamu).."

"Tidak Iqbaal! Tidak, aku mohon jangan memanggilku lagi" (Namakamu) menangis, begitu rapuh ketika tubuhnya terlihat bergetar hebat.

Semua tidak sepenuhnya disebut salah, ini hanya karna kesalahpahaman. Tapi (Namakamu) tidak suka jika dia diperlakukan seperti ini. Mungkin akan butuh waktu beberapa hari untuk menenangkan fikirannya.

Aku akan menjauh sementara.

(Namakamu) berusaha membuka pintu dengan sekuat tenaganya, dan pergi begitu saja.

'selamat tinggal'

~

Berjalan tak tentu arah, kakinya terhenti ketika dia merasakan ada yang mengikutinya, dia yakin dia sedang diikuti seseorang.

Iqbaal? Dia tidak akan mengendap endap jika akan menemuiku sekarang,

lalu?Aku berlari dengan hak tinggiku ini sulit, tapi tangan yang kokoh menangkapku dari belakang dan membekap mulutku, menutup kepalaku dengan kain berwarna hitam. Aku sulit bernafas, dan tenagaku semakin melemah. –aku pingsan-

(Namakamu) tahu jika dirinya tidak sadarkan diri sekarang, sekelompok orang berbadan kekar memasukkan (Namakamu) ke dalam mobil dengan kaca hitamnya. Perlahan dan pergi dengan cepat meninggalkan tempat ini sebelum ada seseorang yang melihatnya.(Namakamu) terbatuk ketika dia sadar dia berbaring di ranjang sekarang, kamar ini terasa asing baginya.

"Kau tidak apa – apa sayang?" (Namakamu) mengernyitkan dahinya mempertajam penglihatannya, dia terduduk cepat dan dirasakan pusing yang begitu hebat di kepalanya. Tatapan tidak percaya ia tujukan ketika mengetahui jika

~~

- FA

Angelic (MLA - 2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang