My Little Angel: Chapter 19

4.9K 408 24
                                    

"Ingin kubicara hasrat mengungakapkan.
Masih pantaskah ku bersamamu.
Tuk lalui hitam putih hidup ini."

Fatin Shidqia Lubis - Dia dia dia -

[[Selamat membaca]]

~~

Richard mengatur nafasnya yang tersenggal, entah kenapa. Dia menatap Iqbaal yang memalingkan muka karna pukulannya. Richard bahkan hampir membuka mulutnya sedikit ketika melihat Iqbaal terdiam dan tidak membalasnya.

"Apa aku sudah bisa menemuinya sebentar?" Iqbaal bergumam pelan dan kembali menatap Richard dengan tenang. Tidak ada sedikitpun kemarahan atau kesakitan dimata Iqbaal. Dan aku tahu aku harus melakukan apa untukmu putriku...

"Tidak akan pernah." Richard melewati Iqbaal begitu saja, membisikkan ke bodyguard disampingnya, Iqbaal tahu dia memerintahkan bodyguard yang menjaga (Namakamu) untuk membawa (Namakamu) pulang melewati pintu lainnya.

Iqbaal masih menatap kosong ke depan, bisakah kau hentikan hukuman untukku sekarang?

~~

"Kau lihat? Pelipisnya terluka. Aku tahu dia tidak akan baik - baik saja disana." Kiki bergumam ke Aldi disampingnya, mereka melihat Iqbaal yang sedang memegang setir mobil sport putihnya, dia menatap kosong didepannya.
Kesedihan itu dapat dirasakan siapapun yang melihatnya, kegaduhan suara para genk motor diarea ini sudah tak dapat didengar sedikitpun oleh Iqbaal. Fikirannya masih berada dititik yang sama.

"Heeiii, kau terlihat tidak sehat? Apa yang baru saja kau lakukan?" Bastian tertawa mengejek melihat Iqbaal termenung dengan pelipisnya yang berdarah, dia hanya terdiam dan menutup kacanya menghindari ucapan bodoh yang dilontarkan Bastian.

'Dia sedang terluka, seharusnya kau tidak mengajaknya bercanda Bastian.'

Bastian tersenyum samar dan dia tahu, dia salah waktu untuk mengajaknya bermain sekarang.

Decitan mobil berbunyi berkali kali disertai suara riuh penontonnya. Bastian Berbalik, memutar setir, menekan tombol manapun. Tapi beda dengan Iqbaal, dia terlihat begitu tenang yang menakutkan tapi kakinya terus menginjak gas agar melaju lebih kencang.

"Kau menyebalkan Iqbaal" suara itu terus mengisi fikirannya,
terngiang begitu saja ketika mengingat (Namakamu) yang duduk disampignya.

"Kau ini?!" kerutan didahinya ketika dia kesal karna tingkahnya.

"Apa kau baik - baik saja Iqbaal?"

Tidak (Namakamu).

"Aku takut, jangan tinggalkan aku."

Tidak (Namakamu) aku tidak akan meninggalkanmu.

"Jangan bercanda Iqbaal, kau membuatku khawatir"

Tidak (Namakamu), aku tidak akan membuatmu khawatir lagi.

"Kau mau menemaniku?"
Kapanpun itu, disetiap langkahmu sayang

Iqbaal masih menginjak gasnya hingga mobilnya kini sejajar dengan Bastian, garis finish sudah ada di depan mereka.

Namun suara sirine mobil polisi, membuyarkan semua penonton dan ricuh untuk meloloskan diri masing - masing.

Iqbaal mengambil jalan disampingnya, membanting setir dengan
keras, hingga decitan mobilnya terdengar nyaring dan bekas ban mobil mencetak di jalan aspal. Masih dengan kecepatan yang sama, Iqbaal mengendarainya tak tentu arah

"Aku membencimu." (Namakamu) menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dia menangis dan tidak berhenti hingga sekarang. Kau mengatakan jika kekanak - kanakan. Persetan dengan fikiranmu.

Angelic (MLA - 2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang