[[ Selamat Membaca ]]
Bibi Ita kembali mengingat sewaktu Iqbaal sedang sibuk menelfon dan mengirim sms ke (Namakamu). Dia duduk di bar kecil milik (Namakamu) yang berada dirumahnya. Dia terlihat gelisah dan kacau.
"Kau sedang bertengkar dengannya?" Iqbaal mendongakkan kepalanya melihat bibi Ita berdiri di depan bar minum dan memberinya segelas minum.
"Iya bi... dia marah, karna melihatku berciuman dengan seorang gadis, di.. koridor.. kampus.." Iqbaal sedikit ragu mengungkapkan semuanya ke Bibi Ita.
"Oh, itu sangat menyedihkan nak." Bibi Ita tetap berdiri di depan Iqbaal, dan sedikit berbincang dengan pria ini.
"Iya aku tahu, karna itu aku ingin meminta maaf kepadanya dan memohon agar dia tidak membenciku."
"Kenapa kau takut kalau dia membencimu?"
"Apa yang bibi maksud?"
"Dia tidak akan bisa membencimu Iqbaal." Bibi Ita mengatakan dengan wajahnya yang terlihat datar penuh arti.
"Aku selalu takut dia tidak ada disampingku. Namun, aku tahu ada jarak yang cukup jauh diantara kita."
"Siapa yang membuat jarak itu?"
"Aku bi.."
"seberapa jauh kau membuat jarak itu?"
"Mungkin... sejauh bumi dan langit?"
"Aku tahu kau tersiksa dengan jarak itu bukan? Jika kau tersiksa kenapa kau tidak membongkarnya dan merangkul sang langit?"
"Apakah aku bisa melakukan itu? Apa aku sekuat itu?"
"Bibi tahu, kau pria yang kuat Iqbaal. Raih langitmu, dan jagalah dengan baik langit yang kau impikan itu." Iqbaal memandang punggung bibi Ita yang semakin menjauh dan termenung sejenak.
"Aku.. akan berusaha"
"Semangati dia, agar dia bisa menembus jarak yang mebuatnya tersiksa, dia sedang berjuang meraih langitnya (Namakamu)." Bibi Ita pergi meninggalkan (Namakamu) yang disertai dengan suara langkah kaki dari lantai dua. Iqbaal sedang menuruni tangga.
"Hai, kau belum makan?" Iqbaal ikut duduk di ruang makan dan mengambil sehelai roti.
"Apa kau tahu tentang jarak dan langit? Apa maksudnya." Iqbaal menoleh sejenak kearah (Namakamu) dan kembali mengoles rotinya, wajahnya terlihat tenang.
"Kau akan tahu nanti, kalau aku sudah berhasil merengkuh langitku."
"apa yang akan kau lakukan sekarang? Kuliah? Padahal kau sudah menjadi pemilik perusahaan. Apa untungnya kau kuliah?"
"untuk menjagamu."
"hanya itu?"
"hem.." Iqbaal hanya memiringkan bibirnya dan menaikkankan bahunya sejenak.
"bagaimana hubunganmu dengan ibumu?"
Iqbaal sedikit tegang mendengar (Namakamu) "baik"
"emb, apakah aku boleh menengoknya? Aku rindu padanya."
"Sungguh? Ayo ikut aku."
Rumah Sakit Permata? Ini rumah sakit yang cukup besar dan mewah. Aku berusaha tenang dan merapikan topi rajutku, aku membawa beberapa buah dan bunga mawar merah yang cukup merona.
"Seorang menantu yang tegang karna akan menemui ibu mertuanya ya?" Iqbaal sedikit tertawa renyah di akhir kalimatnya.
"Kau ini, diamlah!" (Namakamu) mendengus sebal dan lift terus berjalan melewati tingkatan lantai secara bertahap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
FanficAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...