[[ Selamat Membaca ]]
Alana memperhatikan Iqbaal yang begitu hancur.
"Ibu akan membantumu."
"Tidak perlu Ibu. aku rasa memang aku tidak pantas untuknya."
"Iqbaal..."
"Aku memang tidak bisa menjaganya. Aku bahkan menyakitinya, biarkan dia pergi"
Alana mencoba menenangkan Iqbaal yang badannya terasa panas. Wajahnya begitu pucat. Yang benar – benar terjadi. Dia mencintai gadisnya dengan tulus. Sangat mencintai.
"Tuan, Nyonya sudah datang." Richard menolehkan kepalanya ketika dia baru saja beranjak dari sofa di ruang tamu miliknya.
Nia Shalvin. Dia sedikit berlari memeluk Richard, begitu juga sebaliknya.
"ada apa?" Richard menghela nafasnya dan menangkup wajah istrinya,
"maafkan aku, kau seharusnya istirahat. Tapi aku membutuhkanmu sekarang. Putri kita.. Maafkan aku, aku belum menceritakan semuanya. Dia---" Nia menyempitkan kedua matanya, mengetahui ada sesuatu yang buruk disini.
"Apa yang terjadi?" Nia melepas paksa tangan Richard yang menangkup wajahnya.
"Apa yang terjadi Richard?" Richard menghela nafas beratnya menutup matanya sebentar dan menarik tangan Nia agar mengikuti langkahnya. Tidak akan bisa menjelaskan lagi, Richard tahu Nia akan marah besar dan bisa jadi mereka bertengkar disini cukup lama.
Pintu besar yang terlihat begitu anggun dengan beberapa pelayan dan bodyguard berjaga di depannya.
"Aku.. aku mengurung putri kita." Nia menoleh cepat kearah Richard yang terlihat begitu menyesal, sebelum Nia menyemburnya
"Maafkan aku, ceritanya cukup panjang. Sekarang.. sekarang putri kita yang mengurung dirinya sendiri. Dia didalam sana, dan aku tidak bisa melakukan apa – apa ketika dia mengancam menghabisi dirinya jika aku masuk kamarnya."
Nia menahan nafasnya sejenak dan memegang keningnya dengan kernyitan yang terlihat jika dia kesakitan dibagian kepalanya. Para pelayan sontak mendekat namun belum menyentuhnya karna lengan kekar Richard menopangnya dengan kuat.
"Sayang! Kau baik – baik saja? Kau harus istirahat." Nia menghela tangan Richard dengan tatapannya yang terlihat jika dia marah besar kepadanya.
Nia berjalan perlahan berhenti di depan pintu dan mengetuknya pelan.
Oke. Sekarang kau membuat wanita dan gadisku marah kepadaku. Siapa kau berani membuatku berada dalam posisi ini. Bahkan mungkin jika kau mengusik perusahaanku itu lebih baik daripada kau mengusik hubunganku dengan mereka. Argh! Jika aku mempunyai kesempatan memukulmu lagi. Mungkin akan aku lakukan sekarang Iqbaal.
Richard mengusap wajahnya kasar dan berharap jika dia bisa memperbaiki semua ini malam ini. Akan dia lakukan, memohon maaf bahkan bersujud sekalipun.
-Lihat, bahkan mereka pun berfikiran sama-
"Sayang.. ini mama bisakah kau membukakan pintu kamar untuk mama? Mama merindukanmu sayang." Nia merenung, air matanya hampir menetes saat ini. Oh ayolah, aku masih yakin dia baik – baik saja didalam sana. Jika tidak kunci cadangan memang jalan satu – satunya.
"(Namakamu).. jawab mama nak. Mama mohon, buka pintunya sekarang" Nia menumpahkan air matanya, tubuhnya bergetar dan dia menoleh kesamping ketika seseorang memeluk bahunya untuk menenangkan dirinya.
Richard mengambil kunci cadangan kamar (Namakamu) dan membuka pintu dengan perlahan.
Nia dan Richard menahan nafasnya sesaat ketika pintu terbuka dengan pelan – pelan. Kernyitan di dahi mereka menunjukkan bahwa yang mereka harapkan tidak berjalan sesuai yang mereka inginkan.
Dia tidak berada dikamarnya? Nia menangis menahan isakannya, berharap jika putri satu – satunya itu berada di dalam kamar ini.
Suara gemericik air dari kamar mandi membuat Nia berlari kesana diikuti Richard dan beberapa pelayan di belakangnya.
Ya Tuhan!
Sungguh mereka tidak percaya melihat apa yang terjadi di depannya saat ini. (Namakamu) tergeletak lemas di bawah guyuran air yang bergitu deras. Darah mengalir perlahan dari hidungnya, bibirnya.. bahkan dia terlihat seperti mayat.
"(Namakamu)!" Richard menarik putrinya dan mematikan kran, menopang kepala (Namakamu) dan suhu panas yang membalut tubuh (Namakamu) terasa begitu mengerikan.
Suara gaduh pelayan dibelakangnya membuat Richard menoleh cepat kebelakang, astaga, Nia.. dia pingsan dan beberapa pelayan menopang tubuhnya.
"Argh! Sial! Bawa dia ke ranjang (Namakamu) sekarang juga." Richard terlihat begitu khawatir hingga beberapa umpatan kekesalannya keluar begitu saja dari mulutnya.
Richard menatap dua wanita yang sedang tidak sadarkan diri dalam satu ranjang dengan dokter yang cukup banyak mengelilingi mereka. Dia mengarahkan beberapa dokter spesialis untuk mengobati kedua malaikatnya yang sekarang pingsan karena ulahnya. Tunggu!
Ini bukan ulahku, anak itu yang membuat semua menjadi seperti ini. Sial!!
Richard berjalan mengitari ruangan ini, ke kiri ke kanan dan begitu seterusnya, telunjuk kanannya masih setia berada di bibir bawahnya.
"Bagaimana?!!!!" Richard menghentikan langkahnya ketika semua dokter berdiri sejajar di depannya.
"Tuan, Nyonya Nia baik – baik saja, dia butuh banyak istirahat sepertinya terlalu banyak beban fikiran membuat kondisinya semakin lemah. Usahakan dia cukup tenang untuk akhir – akhir ini." Dokter di samping kanan Richard menjelaskan dengan wajahnya yang sedikit tertunduk
Richard berdecak dan sedikit berteriak mengeluarkan semua kekesalannya, beberapa dokter dan pelayan pun bahkan hampir memekik karna terkejut. Richard mengusap puncak kepalanya dan menolehkan kepalanya ke dokter di samping kirinya.
"Nona (Namakamu) ... kesehatan cukup buruk sekarang, demamnya cukup parah, dan kondisinya cukup lemah karena kekurangan cairan di tubuhnya jadi kita memasang infuse. Dia tidak boleh terlalu banyak kegiatan untuk akhir – akhir ini. Selain itu asupan makanan dan obat harus teratur."
Richard mengusap wajahnya kasar untuk keseberapa kalinya. Shit! Brengsek! Sial, beberapa umpatan terus diucapkannya.
~~
"Maaf Tuan Richard, ada bingkisan di depan rumah, kami tidak mengetahui siapa pemiliknya." Richard menolehkan kepalanya ke asisten di depannya yang berdiri dengan tegap dan menundukkan kepalanya.
"Pagi – pagi seperti ini?" Richard mengalihkan pandangannya melihat kedua wanita di ranjang masih belum sadar dari pingsannya. Apa harus dia membawanya ke rumah sakit. Pasti. Dan pasti. Anak sialan itu akan mendengar kabar ini dan mana mungkin bukan jika dia mengambil alih semua ruangan di rumah sakit dengan semua bodyguardnya untuk menjaga mereka.
Apalagi rumah sakit di Indonesia.
Richard menghela nafanya dan berdiri dari sofa yang dia tiduri semalam, dia sudah berganti menggunakan celana satin dan cardigan yang senada dengan celananya. Richard mengetatkan tali di pinggangnya dan berjalan dengan begitu angkuh. Lebih tepatnya sangat tidak berminat berjalan.
"Dimana?" Richard bertanya kepada asistennya yang berjalan dibelakangnya mengikuti langkahnya.
"Di halaman rumah ini Tuan."
"memangnya apa yang---"
_______________________________
-FA
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
FanfictionAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...