[[ Selamat Membaca ]]
"Hai, kau sudah menunggu terlalu lama ya? Maafkan aku" (Namakamu) menunduk pelan disamping Emir yang masih terduduk. Sontak hal itu membuatnya langsung berdiri dan mengatakan jika itu bukan masalah, Emir menarik kursi didepannya, mempersilahkan (Namakamu) duduk layaknya seseorang yang sedang berkencan?
Apa kita langsung membicakan ke intinya? Sepertinya tidak sopan.
"Kau sangat cantik nona (Namakamu)" (Namakamu) hanya tersenyum menganggukkan kepalanya sekali, dan
'Kau juga tampan'
"Apa Iqbaal juga bersamamu sekarang?" (Namakamu) mengangkat kepalanya sedikit terkejut dan dia kembali mencoba tenang.
"tidak, dia tidak bersamaku"
"dia tidak khawatir jika aku menemuimu?" tepat disaat (Namakamu) akan mengatakan hal yang sesungguhnya seorang pelayan meletakkan makan malam mereka di meja.
"ehm, sepertinya tidak."
"Aku tahu apa yang kau fikirkan. Dia mengatakan jika aku orang yang harus kau jauhi ya?" Baiklah, ini kalimat yang membuat (Namakamu) tidak bisa menjawabnya dan satu - satunya hal dia hanya terdiam. Tapi kenapa dokter itu tiba - tiba tertawa kecil. Terdengar ada sesuatu yang sangat lucu.
"Dia sangat bodoh ketika harus dihadapkan dengan masalah hati."
"maksud anda?" (Namakamu) hanya menyempitkan kedua matanya, sungguh dia tidak mengetahui apa yang dokter ini katakan. Tolong, bisa diperjelas sedikit?
"Kau tahu pertengkaran kami waktu itu?"
Iqbaal terduduk dengan tenang di depan meja dokter itu, ruangannya bahkan hampir sama dengan meja para direksi perusahaan besar. Tapi, mungkin ini memang tidak ada apa - apanya dengan ruangan milik Iqbaal.
Kami memang sudah berteman lama, semenjak Ibu Alana masuk rumah sakit dan aku merawatnya. Entah bagaimana mungkin kami memang cocok ketika menjalin pertemanan. Bahkan ibunya mengatakan jika sesungguhnya Iqbaal tidak semudah itu bisa berteman.
"perkembangan ibu Alana sudah membaik. Dia hanya membutuhkan beberapa terapi akhir - akhir ini dan bisa segera pulang."
"lalu, apa tujuanmu mengajakku kemari"Emir tertawa rendah ketika mengetahui jika Iqbaal menanyakan hal bodoh seperti itu.
"kau masih ingat ajakan kerja samamu? Sepertinya dia barang yang bagus untukku." Emir mengangkat kaitan jemarinya untuk menopang dagunya, dan menatap Iqbaal sama dengan tajamnya.
"apa maksudmu."
"ya itu maksudku, aku akan menyetujui proposalmumu untuk membeli rumah sakitku jika kau berikan dia untukku, dia cantik terlihat begitu menarik"
(Namakamu) menganga tidak percaya dengan yang diceritakan dokter Emir ini, tapi sepertinya dia harus menahannya sebentar untuk mendengar ceritanya hingga selesai.
Iqbaal menatap tajam, ya sepertinya itu memang tatapan yang cocok untuk mengambarkan apa yang ia rasakan sekarang.
"aku akan membatalkan semuanya. Secepatnya lalukan terapi nya dan aku akan segera pergi dari rumah sakit ini." Iqbaal berdiri dan langsung berbalik pergi, namun sepertinya Emir masih belum puas dengan jawabannya.
Iqbaal berbalik dan menghantamkan satu pukulan keras di wajah Emir, itu membuat Emir tertawa remeh dan kembali menatap Iqbaal.
"Dia wanita murahan yang membuatmu sangat mencintainya?" Iqbaal terlihat menegang dengan otot rahanya yang semakin mengeras. Satu kata lagi, Iqbaal tidak bisa mengontrol dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
FanfictionAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...