My Little Angel: Chapter 32

4.1K 314 27
                                    

"When tomorrow comes

I'll be on my own

Feeling frightened up

The things that I don't know

When tomorrow comes

Tomorrow comes"

[[ Flashlight - Jessie J ]]

[[SELAMAT MEMBACA]]

"Setelah kau memberikan anak ini, kau melamarnya?" (Namakamu) terkesiap mendapati apa yang dikatan Bella. Jadi perut buncitnya, itu anak Iqbaal?

Semua tamu undangan, bahkan music yang mengalunpun terhenti begitu saja.

"Apa kau tidak tahu kau melakukannya saat kau mabuk Iqbaal!!"

Bella menangis, dan itu lebih menyakitkan bagi (Namakamu). Iqbaal memiliki anak di perut Bella? Mereka melakukan hal itu? sungguh dunia yang kurasakan tadi, kebahagian.. hanya sementara?

"Apa..." Iqbaal mengucap lirih dengan matanya yang masih terfokus menatap perut Bella yang sudah membesar.

Aku tidak tahu,

Tapi semua memori dimana dia mabuk berat dengan perilakunya yang berantakan, wajah perempuan yang dia temui di club malam cukup banyak, bahkan banyak juga ciuman yang ia lakukan disana. Tapi aku mabuk. Sungguh aku tidak mengingat sepenuhnya. Aku hanya yakin jika itu bukan anakku. Tapi apa aku bisa memastikannya? Apa saat itu aku tidak sadar menidurinya? Tuhan. Yakinkan padaku jika itu memang benar - benar bukan darah dagingku.

Iqbaal terdiam dan seluruh badannya menegang begitu saja. Merasakan (Namakamu) dan ibunya menutup mulutnya dengan tangan mereka.

"Kau brengsek Iqbaal! Kau brengsek. Jika kau tidak mau tanggung jawab karena ulahmu ini. aku akan membunuhnya saja." Bella mengambil pisau buah disampingnya. Memegangnya erat dan banyak orang berteriak histeris. Yang dia lakukan sangat berbahaya.

Bella memegang pisau dengan erat, dia menundukkan kepalanya dengan tetesan air matanya.

"Maafkan aku" lirih itu masih terdengar suara Bella bergetar dan pisau di tangannya bersiap menusukkan perutnya dengan pisau mengkilat itu.

(Namakamu) meremas lengan Iqbaal disampingnya ketika Iqbaal hanya terdiam menyaksikan itu.

Setidaknya adakah seseorang yang menghentikannya, tolong. Dan (Namakamu) menangis mendapati jika tidak seharusnya dia seegois itu.

Iqbaal melepas kasar tangan (Namakamu) dilengannya dan berlari mendekati Bella. Cukup sudah..

'jangan tinggalkan aku, aku mohon jangan lepaskan aku'

pisau itu berhasil dia ayunkan keperutnya. Belum..

Iqbaal berada didepannya, dia merengkuhnya.

Dia terdiam, badannya menegang begitu juga semua orang disini. Aku tidak tahu, waktu seakan berhenti. Aku melihatnya didepanku. Dengan mata kepalaku sendiri.

Pekikan kerasku membuatku menutup mulutku dengan tangan kiriku, dan airmataku terus mengalir tanpa henti.

Antara takut bayi itu kehilangan nyawa atau bahkan hatiku yang mulai hancur dengan perlahan

Aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang. Iqbaal masih terdiam, dia memeluknya. Dia memeluk Bella.

Satu kenyataan yang aku fikirkan sekarang. Aku yakin itu darah dagingnya.

"Iqbaal.." Bella bergumam lirih, itu masih cukup terdengar karena keheningan terasa begitu menakutkan. Begitu juga Iqbaal, dia masih menatap kosong dan bibirnya sedikit terbuka.

Angelic (MLA - 2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang