My Little Angel: Chapter 23

3.9K 323 15
                                    

Kono Shinpaidakara

(この心配だから - Karena kekhawatiran ini)

Utagau No Wa Kimi O

(疑う のは君を - Kecurigaan ini)

Ushinau No Ga Kowaikara

(失うのが怖いから - Karena takut kehilanganmu)

[[ Selamat Membaca ]]

"Ada apa? kau terlihat tergesa - gesa memangnya dia kenapa?" Alana menyatukan alisnya melihat Kiki yang menghalangi jalannya.

"Tuan Iqbaal memerintahkan saya untuk meminta kepada anda agar kembali keruangannya Nyonya"

Alana memundurkan posisinya dan disusul Kiki yang berdiri disamping Alana. Menekan tombol menuju lantai teratas dan Kiki melihat sekilas ketika Bella meneteskan matanya ketika beberapa bodyguard tidak mengizinkannya masuk.

Ratu drama.

"Hei, apa yang terjadi?" Iqbaal tertidur di sofa dengan kakinya yang menyilang, lengannya ia letakkan di atas dahinya menutupi wajahnya sekarang. Tv didepannya masih menyala menyiarkan beberapa berita yang terjadi hari ini.

"Ibu, bisakah kau menemaniku disini untuk beberapa waktu saja? Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal." Iqbaal membenarkan duduknya dan bergeser dari posisinya untuk memberikan tempat duduk untuk Alana.

Alana menghela nafasnya dan meletakkan tas miliknya di meja, duduk dengan anggun dan membuka bingkisan makanan yang dibawanya, dia belum membukanya sama sekali.

"Kau bisa bertanya kepadaku setelah kau makan ini." Alana menyodorkan makanan yang terlihat begitu menggugah selera makan.

Iqbaal mengambil kotak makanan itu dan melihatnya dengan begitu malas. Selera makannya akhir - akhir ini sangat buruk. Bahkan terlalu sering jika dia tidak makan seharian.

"Ibu.."

"Iya."

"Menurutmu, apa yang paling disukai wanita? Apa uang tidak cukup?" Alana tersenyum melihat sosok Iqbaal dari samping yang kini melahap makanannya dengan tidak berselera.

"Jangan pernah berfikiran jika wanita selalu berhubungan dengan uang Iqbaal."

Iqbaal menolehkan kepalanya menatap Alana dengan mulutnya yang masih sibuk mengunyah

"Lalu?"

"Banyak wanita di dunia ini dengan selera yang berbeda, mereka juga menyukai suatu hal yang cukup banyak. Yang kau maksud yang mana?"

Alana terkekeh ketika Iqbaal menyempitkan matanya

"Baiklah ibu tahu maksudmu."

"Aku cukup tampan, banyak uang, pintar, tegas, kekuasaanku cukup, bahkan banyak wanita yang menginginkanku. Lalu kenapa aku begitu sulit mendapatkannya?" Iqbaal meringis kesakitan ketika Alana memukul dahinya dengan jemari lentiknya.

"Dasar anak yang tidak sopan"

"Jika memang kau berfikiran seperti itu jelas saja jika Richard mengambil (Namakamu) darimu. Kau ini!" Iqbaal mengangkat satu alisnya, sungguh

Aku tidak mengerti apa yang difirkan oleh wanita.

"Lalu? Apa yang harus aku fikirkan?" Alana memutar bola matanya. Bagaimana bisa anak satu - satunya ini menjadi begitu bodoh sekarang.

"Kau masih menganggap dirimu pintar sekarang?" Alana mengambil remote TV dan membiarkan jari - jarinya memencet tombol mencari siaran yang bagus.

"Dan saya sekarang berada di gedung Dhiafakhri Enterprises Holding Inc. begitu banyak wartawan yang ingin melihat salah satu selebritis di Negara kita yang sedang berusaha menghadang para petuga penja-----" Iqbaal mengambil remote di tangan ibunya dengan cepat dan mematikan tombol power.

"Hei, kau sangat tidak sopan ibu belum selesai mendengarkan beritanya, memangnya ada wartawan di halaman gedung ini? Lalu selebritis itu? siapa yang mereka maksud."

Iqbaal mengusap wajahnya dengan malas dan menarik rambutnya ke belakang.

"Bukan apa - apa. kan aku sudah bilang, banyak yang menginginkanku, mungkin dia juga mengejarku."

"Dasar. Kau begitu .. ah bagaimana bisa aku mempunyai anak yang arogan seperti ini."

Iqbaal terkekeh dan meletakkan kotak makannya

"Kau sudah sadar sayang?" Richard menggenggam tangan kiri Nia dan menciumnya dengan hangat ketika Nia mulai membuka matanya perlahan dan memperhatikan Richard yang duduk disampingnya.

Nia menolehkan kepalanya ketika beberapa perawat sibuk dan terdengar beberapa suara meletakkan benda di atas nakas samping ranjang.

"(Namakamu)" Nia duduk dengan cepat dan pusing menderanya terlihat dari kernyitannya, dia memejamkan matanya kuat ketika Richard memegang kedua bahunya. Dan merengkuhnya dengan kuat.

"Dia akan baik - baik saja, aku yakin itu sayang. Kau juga masih sakit jadi jangan paksakan dirimu terlalu banyak kegiatan" Suara Richard bergetar dan begitu lirih ketika dia menyadari ada isakan yang keluar dari bibir Nia.

"Kau mendengar apa yang aku katakan?" Richard merengkuh kepala Nia agar bersandar didadanya.

"Istirahatlah"

Tidak. Nia menggelang pelan dan tangannya merengkuh kemeja depan Richard dengan kuat.

"aku tidak mau" Nia mendongakkan kepalanya dan helaan nafas hangat Richard terasa di dahinya.

Richard menarik bantal di belakang Nia dengan posisi berdiri yang bersandar di kepala ranjang. Membantu Nia dengan perlahan bersandar disana. Nia tersenyum dan beralih melihat (Namakamu) yang masih belum sadarkan diri dan meraih tangan kiri (Namakamu). Membelainya dengan ibu jarinya.

"Iqbaal.." lirihan itu membuat Nia mengernyitkan dahinya ketika tubuh Richard menegang. Cukup itu tandanya dia juga mendengar hal yang sama dengan dirinya.

"(Namakamu) kau sadar?" Nia membelai pelan pipi (Namakamu), Richard memanggil dokter yang siap sedia disini.

~~

"Jadi?" kau bisa menjelaskan semuanya sekarang?

Nia menatap Richard yang tengah duduk di sampingnya, mereka memilih pergi keluar kamar agar tidak menganggu (Namakamu).

"Anak sialan itu. dia yang membuatku harus mengurung (Namakamu)."

"dia punya nama Richard"

"Iya aku tahu" Richard berdecak kesal meski itu pelan.

"Tapi aku belum tahu siapa yang kau maksud itu." Richard menyempitkan matanya ketika menoleh dan menatap Nia dengan kesal.

"Iqbaal yang membuatku mengurung putri kita." Kau puas?

"Memangnya apa yang sedang terjadi?" Nia meletakkan tangan kanannya di atas punggung tangan kiri Richard.

"Anak kita dijadikan alat agar aku menerima kerja sama dari Herry, kau masih ingat dia kan? Dia sudah cerai dengan Alana dan menikahi seorang single parent dengan satu anak yang seumuran dengan Iqbaal, namanya Bastian. Mereka memperebutkan hati (Namakamu) hanya untuk mendapatkan itu. aku tidak suka hal itu. kau tahu kan?" Richard menolehkan kepalanya sejenak dan kembali mengernyit menatap lurus kedepan.

Nia cukup terkejut dengan semua penjelasan itu. bagaimana bisa dia tidak mengetahui semuanya.

"Apa semua itu benar?"

"Untuk apa aku berbohong sayang"

Nia menatap lurus kedepan dan sepertinya dia harus mengadakan acara reuni kecil.

"Kau tidak seharusnya melakukan ini, aku cukup mengenal siapa Iqbaal. Ibunya juga pernah menelfonku, aku tidak tahu. Waktu itu-" Nia menahan nafasnya sesaat ketika engetahui hal sesungguhnya.

Dia menghubungiku karna membutuhkanku.

______________________

-FA

Angelic (MLA - 2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang