If I believe in love
And you believe in love
Then we can be in love somehow
If you want the best for us...
Like I want the best for us...
Then we gotta learn to trust right now
Don’t let this effort go to waste
Put our all in it
Don’t want to be left with the questions, why!?Let’s be honest with ourselves
Did we really come this far
Just to watch it go down the drain?
Yeah, sometimes the heart what's invisible to the eye
All you gotta do is listen to your deepest feelingsThey don't ever lie
Well giving up is immature
There's so much more to live for
That I want to see us together now
Cause we’re strong enough to endure.Trust - Justin Bieber -
[[ Selamat Membaca ]]
Aku akan tahu semuanya. Yang sesungguhnya dan jalan mana yang harus aku pilih. Cinta sejatiku atau pertanggung jawabanku.
Malam itu, Bella menemani Iqbaal untuk tahap penyembuhan, mereka sering menghabiskan waktu berdua disana, tak heran jika Kiki, asistennya menyiapkan beberapa bodyguard untuk menjaga ruangan atasannya, banyak wartawan yang ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan artis ternama itu di dalam ruang inap Iqbaal.
"Kau sudah makan? Obatmu sudah kau minum belum?" Bella menata selimut untuk lebih menutupi badan Iqbaal yang sekarang duduk dengan sandaran sebuah bantal dipinggangnya.
"Belum, kau sendiri? Apa kau sudah makan?" Bella tersenyum setelah mengusap rambut Iqbaal yang menutupi wajahnya. Dan Bella menggelengkan kepalanya sebelum duduk disamping Iqbaal mengambil mangkuk dengan isi bubur yang disiapkan rumah sakit untuk pasiennya.
"kalau begitu makan saja bubur itu, aku rasa kau lebih membutuhkannya" Iqbaal mengangkat alisnya untuk meyakinkan ucapannya.
"Tidak, akhir – akhir ini aku tidak nafsu makan, jika pun aku memaksakannya selalu mual, dan akhirnya makanannya keluar semua. Aku sudah meminum vitaminnya, jadi kurasa masih ada asupan untuk bayi kecil kita"
Iqbaal mengalihkan pandangannya pada perut Bella, dia semakin besar dan... kuat.
"Buka mulutmu, jangan menatapnya seperti itu, kurasa dia sedang tidur jadi biarkan dia terlelap disana." Bella mendekatkan sendoknya dengan isi bubur.
Iqbaal menatap bubur itu dengan tatapan anehnya, jujur, itu makanan terlihat sangat membosankan, sudah beberapa hari ini hanya itu yang bisa ia makan, tapi terkadang Iqbaal meminta Kiki yang menghabiskannya dan Iqbaal memakan makanan yang dibawakan oleh Kiki yang sebelumnya ia pesan terlebih dahulu.
"jika kau tidak mau makan, aku juga tidak mau" Iqbaal mengambil ponselnya dan bermain main sejenak.
"Kau ini, bagaimana untuk sembuh jika kau saja tak mau meminum obatmu Iqbaal." Bella kembali meletakkan mangkuk bubur itu diatas nakas.
"Hei aku ingin mendengarmu" Iqbaal bergumam tegas membuat Bella menatap Iqbaal dan mengangkat kedua alisnya, untuk bisa memahami apa yang baru saja dikatakan oleh Iqbaal.
"Apa maksudmu?"
"Bisa kau ceritakan hari itu? bagaimana bisa aku tidak mengingat sama sekali saat hari itu?" Iqbaal menatap sekilas Bella yang terlihat hanya terdiam mengernyitkan dahinya meski samar.
"Permisi Tuan" Kiki masuk dengan cepat dan baru sadar jika dia menganggu suasana yang sedang terjadi diruangan itu. tapi sungguh, ini sangat penting.
"Tuan, ada yang harus kita perbincangkan sejenak. Maafkan aku tapi ini sangat penting Tuan." Iqbaal mengernyitkan dahinya dan beralih menatap Bella memnitanya keluar sejenak tapi sepertinya tidak,
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
Fiksi PenggemarAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...