[[ Selamat Membaca ]]
"Silahkan duduk permaisuriku." Iqbaal menarik kursi dan mempersilahkanku duduk, itu sangat manis.
Aku hanya bisa membalasnya dengan sebuah senyuman. Tapi ternyata dia juga tersenyum bahagia.
Beberapa menit Iqbaal menatapku dengan kedua tangan yang dikaitkan dan sikunya bersandar diatas meja makan.
"Hei, kenapa kau menatapku seperti itu? Hentikan Iqbaal!" (Namakamu) memutar kedua bola matanya dan melihat kesekelilingnya, kenapa pelayan tak kunjung menghampirinya?
"Kau sangat cantik."
"Iqbaal, aku tahu itu." (Namakamu) mendengus dan pipinya merona merah.
Pelayan sudah datang dengan berbagai makanan yang dibawanya. Iqbaal sudah menatanya? Padahal kita belum memesan.
"Hei, apakah kita sedang berkencan?" (Namakamu) memiringkan kepalanya bertanya. Iqbaal menghentikan tatapan dan senyumnya sekejap dan sedikit mengerutkan dahinya dan melotot.
"Jadi, kau kira kita sedang apa?" (Namakamu) sedikit menyeringai mendapati tingkah yang jarang ditunjukkan Iqbaal akhir akhir ini.
Kita makan dengan lahap hingga akhir suapan, dan meminum suguhan yang diberikan restoran ini. Sangat lezat, aku akui itu.
"Hem.." Iqbaal berdeham, dan beberapa detik lampunya menjadi gelap dn hanya ada satu lampu yang menyinari setiap meja direstoran ini, semua pengunjung terlihat terkejut termasuk (Namakamu), iringan musik lembut mengalun secara perlahan, Iqbaal meraih tanganku dan mengajak (Namakamu) berdansa disamping meja makan.
Hal itu juga diikuti oleh pengunjung lainnya.
"Apa yang kau lakukan? Kau sudah menyiapkannya?" semua?
"hem.." Iqbaal hanya menjawab dengan dehamannya.
"Aku terkejut kau bisa melakukan ini semua." Iqbaal meraih pinggang (Namakamu) dan mengajaknya berdansa.
"Apa kau baik baik saja Iqbaal?" (Namakamu) merasa ada yang berbeda dengan sikap Iqbaal hari ini.
"Hem.."
"Tapi kau terlihat.. sedih. Sungguh kau baik baik saja?"
"Hem..." Iqbaal hanya menjawabnya dengan dehaman dan matanya yang terlihat memilukan? Iya memilukan.
Perjalanan menuju rumah (Namakamu) cukup membutuhkan waktu yang lama, namun kenapa begitu cepat jika bersandar di punggung Iqbaal yang sangat nyaman itu.
Gerbang rumah (Namakamu) sudah terbuka dan Iqbaal seketika menghentikan motornya di depan pintu rumah (Namakamu) yang cukup besar.
Dia terdiam dan matanya terus menatap kedepan, menggelap dan marah?
"Hei kita sudah.. sampai" ucap (Namakamu) yang sedikit memberi jeda ketika melihat Bastian di depannya dengan jarak yang sedikit jauh?
Iqbaal turun dari motornya dan memegang tangan (Namakamu) membimbingnya turun dari motornya.
(Namakamu) sembunyi di balik punggung Iqbaal dengan pegangan yang cukup kuat di jaket Iqbaal. ketakutan masih sangat terasa.
"Apa yang kau lakukan disini?" Iqbaal terlihat marah yang terlihat dari mengerasnya rahang bawahnya.
Mata mereka sama sama menajam. Dan Bastian tertawa miring dan sedikit mendengus.
"Sebenarnya aku kesini untuk meminta maaf kepada sang gadis yang sekarang, ketakutan kepadaku?" Bastian beralih menatap (Namakamu) dibalik punggung Iqbaal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
FanfictionAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...