[[Selamat Membaca]]
"Arg.. materinya sulit sekali, oh Tuhan, ini susah.." (Namakamu) terus bergeming disepanjang koridor kampus. Dia terus menatap buku tebalnya. "y=m.. y=m.." namun sepertinya untuk saat ini otaknya tak mau berkompromi dengannya.
"y=mx+c, rumus menemukan persamaan garis yang ditemukan ol-" gumam seseorang dibelakangnya, dia tahu siapa sosok dibaliknya ini.
"Ssttt.. gak usah diterusin, mentang mentang jenius. Tumben si gengster udah sampek dikampus pagi pagi gini, masih mimpi ya?" ucap (Namakamu) tanpa menengok sedikit pun dari posisinya.
"Kau hafal suaraku? itu sanjungan yang cukup istimewa bagiku." sosok Iqbaal D. Ramadhan berantakan tapi jenius, ah beruntung sekali dia memiliki kelebihan itu. Dia menyembunyikan tawa bangganya meski sebenarnya (Namakamu) mendengar jelas.
(Namakamu) sedikit terkejut mendapati Iqbaal mendekatkan wajahnya dari samping, sejak kapan dia berdiri di samping (Namakamu), ah sudahlah lupakan. Iqbaal langsung memberikan tasnya dan berlari meninggalkan (Namakamu).
"Aku pergi dulu.." teriak Iqbaal yang berlari kecil di sepanjang koridor. (Namakamu) hanya bergeming dan "Iqbaal."
"Iya, ada apa?" Iqbaal berhenti sejenak dan menoleh ke arah (Namakamu).
"Nanti jangan telat masuk lagi." Ucap (Namakamu) yang sedikit teriak karna jarak yang cukup jauh dari Iqbaal.
"Iya sayang, tenang saja" sahut Iqbaal yang meninggalkan senyumnya dan kembali berlari hingga ia menghilang dipersimpangan koridor.
Emb, sepertinya kalian butuh penjelasan untuk ini, (Namakamu) dan Iqbaal bukanlah sepasang kekasih, ya meski memang banyak yang memandang seperti itu, namun kenyataannya mereka tak pernah menjalin hubungan lebih dari seorang sahabat. Dan sepertinya dilihat dari kehidupannya, mereka sangatlah berbeda.
(Namakamu) itu dia gadis yang cantik, baik, ramah, rapi dan manis seperti kelakuannya. Sedangkan Iqbaal, dia tampan banyak yang memujanya disekolah karna ketampanannya, sayang dia sangat dingin dan arogan, dan asal kalian tahu, dia itu ketua geng motor di kota ini, namun dia sangat jenius di segala bidang, anak jenius yang sekali mendengar langsung memahaminya.
Mereka telah menjalin persahabatan sejak kecil, (Namakamu) tahu segala hal tentang Iqbaal dan Iqbaal tahu segala hal tentang (Namakamu), cukup impas. Dan (Namakamu) sangat menyayangkan perubahan diri Iqbaal yang lebih menjurus ke arah negatif, penyendiri, dingin, dan keras kepala. Sahabatnya berubah total, (Namakamu) sangat merindukan sosok Iqbaal yang dulu..
Ah, sepertinya (Namakamu) terlalu bernostalgia mengingat sahabat terbaiknya itu, kelas masih sepi hanya ada beberapa anak yang sibuk sendiri.
"Jelas saja tasnya ringan, hanya bawa kunci motor sama ponsel? anak yang rajin sekali." (Namakamu) terus bergeming melihat isi tas Iqbaal. Hingga dia tidak menyadari ada seorang gadis didepannya.
"Itu tasnya Iqbaal kan?" suaranya terdengar sinis sekali.
"Ya! kau benar. Ini emang tasnya Iqbaal, kenapa?"
Tanpa basa basi, gadis itu mengambil tas milik Iqbaal yang berada di pelukan (Namakamu). Hei, apa apaan ini.
"Iqbaal harus duduk disampingku hari ini, gak usah protes dan jangan berucap lagi, cukup diam dan terima." Bella G. seorang gadis yang tingginya lebih rendah dari (Namakamu) yang menjadi seorang entertainer.
"Eh, tapi tadi Iqbaal bilang dia mau duduk sama aku." (Namakamu) kembali merebut tas Iqbaal dari genggaman Bella.
"Kau!! Oke kita buktiin siapa disini yang dapetin si Iqbaal" Bella berjalan keluar kelas dengan angkuhnya dan wajahnya cukup menggambarkan kekesalan, entah kemana perginya, namun sepertinya (Namakamu) ingin menyusul Iqbaal ke kantin untuk sekedar melihatnya.
Perlahan gadis ini berjalan menyusuri koridor kampus dan sesekali menyapa beberapa murid disekolah ini, masih sepi, taman sekolah pun juga terlihat sunyi, hembusan angin menemani langkahnya. Hingga sesuatu yang menyesakkan dadanya membuat dia berhenti seketika dari langkahnya.
Ada apa denganmu (Namakamu), kenapa kau merasa risih dengan apa yang kau lihat sekarang. Bahkan dia hanya memeluknya tidak lebih, Bella begitu erat memeluk seorang lelaki dengan begitu kuat namun sepertinya sang lelaki tidak membalas pelukan Bella. Oh syukurlah, namun beberapa menit kemudian Bella melepas pelukannya, dan Ya Tuhan dia meraih tengkuk Iqbaal seketika itu ada tangan seseorang yang menutup matanya dari belakang dan membalikkan badannya hingga (Namakamu) berhadapan dengan dada bidang seseorang, sepertinya seorang lelaki, dan memiliki nametag 'M. Reynald Prasetya' namun (Namakamu) masih terlihat tercengang dan matanya memerah. Sepertinya beberapa detik lagi air matanya akan menetes.
"kau tak seharusnya melihat itu" bisik seseorang didepan (Namakamu), namun tetap saja (Namakamu) tidak menggubris perkataan dari lelaki yang telah menyelamatkan dirinya, setidaknya dia tidak akan lebih sakit hati melihat Iqbaal berciuman dengan Bella di koridor kampus.
(Namakamu) sedikit mendongakkan kepalanya dan menatap lelaki yang sekarang melihatnya cukup dekat.
"Ray.." lirih (Namakamu) yang tidak tahan lagi menahan air matanya, matanya telah memerah karna menahan kesedihannya, seharusnya dia tidak menangis, dia bukan siapa siapa dari Iqbaal, 'hanya' seorang sahabat.
Disisi lain, seorang gadis tengah melakukan aksi ciumannya bersama seorang lelaki yang sudah dipuja puja olehnya sejak dulu. Sang lelaki hanya terdiam dan membiarkan gadis ini menciumnya, setidaknya dia akan tahu penjelasan dari gadis ini setelah menyelesaikan aksinya ini, ah sungguh beruntung perempuan itu karna belum ada seorang perempuan dikampusnya yang berani mencium Iqbaal ditengah tengah koridor seperti ini. Aksi yang gila, namun Iqbaal terdiam bukan berarti dia menikmati tiap kecupan dari Bella, hanya saja Iqbaal ingin memanfaatkan permainan ini untuk memanasi hati seseorang yang tengah mengawasinya, Iqbaal tahu dia mengawasi adegan ciuman ini sejak dia baru memasuki koridor ini, Musuh Iqbaal D. Ramadhan, Bastian Bintang Simbolon...
~~
- FA
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
FanfictionAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...