"If I believe in love
And you believe in love
Then we can be in love somehow
If you want the best for us...
Like I want the best for us...
Then we gotta learn to trust right now Don't let this effort go to waste
Put our all in it
Don't want to be left with the questions, why!?
Let's be honest with ourselves
Did we really come this far Just to watch it go down the drain?
Yeah, sometimes the heart what's invisible to the eye
All you gotta do is listen to your deepest feelings
They don't ever lie
Well giving up is immature
There's so much more to live for
That I want to see us together now Cause we're strong enough to endure,"Trust - Justin Bieber -
[[ Selamat Membaca ]]
"Dia, terbaring lemah sejak hari itu.bahkan untuk berbicara dia tidak pernah, hanya menangis dan melamun. Sudah beberapa kali juga aku mencoba untuk berbica dengannya dan dia tak pernah mencoba untuk menjawabnya. Dan hanya asupan infuse yang mempertahankan kondisinya sekarang."
"Apa?" Iqbaal mengernyitkan dahinya mendengar apa yang baru saja dia ketahui dari Richard. Iqbaal begitu saja melewati mereka menuju kamar (Namakamu). Dia tahu dimana saja letak ruangan dirumah ini, setelah kejadian dimana dia harus tidak bisa bertemu dengan langitnya.
Iqbaal membuka pintu besar itu dengan tangannya yang bergetar, mengetahui sosok itu hanya terbaring lemah, badannya lebih kurus dan wajah pucatnya membuatnya ingin menangis untuk detik ini juga.
Iqbaal masih tidak percaya dengan kondisi (Namakamu) saat ini, bagaimana bisa kondisinya luput dari informasi yang seharusnya dia dengar.
Iqbaal terduduk lemah disamping (Namakamu) yang masih belum juga membuka matanya. Menarik lembut tangan (Namakamu) membelainya dengan ibu jarinya.
"(Namakamu) aku disini. Bisakah kau membuka matamu untukku. Aku merindukanmu" Iqbaal menundukkan kepalanya menahan suaranya yang bergetar hebat.
"Maafkan aku membuatmu menjadi seperti ini, maafkan aku tidak bisa menjagamu, maafkan aku jika aku memang seseorang yang sangat brengsek untukmu, maafkan aku jika aku sudah melukaimu. Maafkan aku membuatmu harus berada diposisi seperti ini. maafkan aku..."
Genangan di matanya membuat Iqbaal tak begitu jelas menatap wajah pucat didepannya. Richard memeluk Shalvyn yang ikut menangis melihat bagaimana mereka mencoba memperjuangkan cintanya. Begitu juga Alana, dia tahu dari awal kisah cinta mereka. Hingga saat ini. sangat hebat dan luar biasa.
"aku mohon bukalah matamu. Aku merindukanmu, dan... aku ingin secepatnya menikahimu. Sungguh aku cukup lelah untuk melalui banyak hal yang menganggu hubungan kita. Aku ingin kita menjadi satu, aku ingin memilikimu seutuhnya dan kita akan menjadi seorang ayah dan ibu nantinya. Bahagia sampai kita tua nanti. Aku ingin kau menemaniku disampingku sampai aku tua nanti. Aku mohon bertahanlah untukku." Iqbaal mencium punggung tangan (Namakamu) ketika air matanya tak sempat lagi ditahannya. Isakannya dan juga suara bergetarnya tak dapat ia sembunyikan. Kau membuatku sampai seperti ini, dan kau masih tak ingin membuka matamu?
Alana mengusap pelan pundak Iqbaal yang bergetar hebat. Melihat (Namakamu) yang masih belum sadarkan diri.
Iqbaal menghembuskan nafasnya, mencoba meredakan kesedihannya, Iqbaal mengambil ponselnya dan mencari kontak itu dengan cepat.
"Hei, aku butuh bantuanmu sekarang bisakah kau kesini secepatnya... Dia sakit... Aku rasa hanya dirimu yang kupercaya untuk menyembuhkannya saat ini... aku akan menunjukkan alamatnya... terima kasih..." Iqbaal kembali meraih tangan (Namakamu) mengusapnya pelan dan berharap apa yang biasa dilakukannya kepadanya ini membuatnya bisa sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic (MLA - 2015)
Fiksi PenggemarAku hanya manusia lemah tak berarti. Langit cukup luas dan aku tak mampu merengkuhnya. Aku hanya ingin menjadi malaikat, yang menjadi kekasih langit. Dan baru kusadari, malaikat tak mampu merengkuh langit. Karna malaikat tak sehebat Tuhan. Ku lihat...