My Little Angel: Chapter 22

4.2K 305 7
                                    

Kimita tuokukitemo (Walau Raga kita terpisah Jauh)

Kiminoi shuaguaratala ( Namun hati kita selalu dekat )

Shiniteruyo shiniteruyo (Percayalah..Percayalah...)

Zivilia - Aishiteru 3 -

[[ Selamat Membaca ]]

"memangnya apa yang---" ucapannya terhenti begitu saja ketika dia melihat bingkisan bunga mawar merah yang memenuhi halamannya dan juga di depan pintunya, hanya saja di depan pintu berbentuk ikatan dengan rangkaian yang sangat indah.

"My Little Angel" hanya kalimat itu yang tertulis dirangkaian bunga depan pintu, Richard melemparnya begitu saja kepada asisten didepannya. Segala umpatan seperti semalam keluar lagi, dan bedanya hanya asistennya, yang mencoba menahan kekehannya mati – matian.

"Apa yang dilakukannya!! Apa dia kira rumahku tempat pemakaman. Oh sial! Brengsek sekali dia!"

Richard memporak porandakan sebagian bunga di halamannya saat ini, akan dia lakukan untuk semuanya tapi pelayan yang berdiri disamping bunga ini memberikan secarik kertas.

"Jika kau tidak suka dengan apa yang aku lakukan sekarang. Aku senang. Karna aku akan melakukannya setiap paginya. – I "

Oh sial. Anak sialan ini. Richard terlihat begitu marah dan menggulung kertas ucapan itu dalam genggaman kuatnya.

"Tuan, nyonya sadarkan diri" ucap asisten dibelakang Richard yang masih menggenggam bongkahan bunga dan tangan kirinya menekan earphone di telinganya.

Richard berbalik dan membuka pintu rumah dengan kasar, "Jangan pernah mempersilahkan orang untuk masuk rumah ini tanpa seizinku, siapapun itu. kau dengar?!" Richard memerintahkan asistennya dan bodyguard di samping pintu untuk mengatakan pesan ini ke seluruh bodyguard lainnya.

"Kau yakin? Sebenarnya ini sangat bodoh. Kau yakin semua ini berhasil? Kalau tidak cari hal lainnya Ki" Iqbaal bersandar di sofa ruangan CEOnya. Kiki hanya memasang wajah meyakinkan pada atasannya.

Mengirim bunga ke rumah sang gadis, menurutku itu tindakan bodoh karna aku tidak pernah melakukan itu. jika pun dia mau aku akan mengajaknya keliling dunia lebih tepatnya mencari tempat bunga yang bagus. Tidak seperti ini.

"Sudahlah, semua akan berjalan dengan lancar Iqbaal." Kiki memasang kancing di jasnya dan berlalu pergi dari ruangan Iqbaal.

"tapi bagimanapun, secepatnya aku akan pergi kesana." Iqbaal mengangkat kakinya ke meja dan mengesek telunjukkan tepat di bawah bibirnya.

"Jangan gegabah dulu. Aku akan mempersiapkan kejutan lainnya, wanita akan suka dengan kejutan, percayalah"

Terkadang, aku berfikir dia bukan hanya sekedar asistenku. Lebih tepatnya dia orang yang multitalent, dan aku baru menyadari, aku mempercayai seluruhnya ke pria dengan badan yang sama dengan bodyguardku.

Keheningan cukup terasa diruangan Iqbaal. Dia masih menatap kosong keluar kaca besar yang menunjukkan pemandangan kota yang sangat indah, bukan. Fikirannya sedang tidak berada dalam pemandangan itu.

Dia kembali teringat ketika dia baru saja mengungkapkan semua ini, sesungguhnya memang semua kesulitan terjadi setelah itu.

Seandainya dia tidak menceritakan tentang hatinya yang kesakitan karena perceraian orang tuanya, seandainya dia tidak menceritakan kondisi ibunya dia tidak akan pergi ke rumah sakit dan bertemu dengan Emir. Seandainya jabatan CEOnya tidak diketahui (Namakamu), seandainya dia tidak menceritakan jika Bastian menjadi saudaranya sekarang,

seandainya aku berani melawan ayahku dari awal.

Berandai – andai memang mudah, tapi bukan itu jalan keluarnya Iqbaal.

'Aku disini baik – baik saja Iqbaal, aku tetap disampingmu dan kau menjagaku dengan baik. Aku disini, selalu disampingmu'

Tidak, semua tidak benar. Kau tidak disampingku sekarang karna aku tidak bisa menjagamu.

Dan aku benar, aku tidak bisa mendapatkamu semudah yang aku fikirkan.

'dia tidak akan bisa membencimu Iqbaal'

Dan sekarang aku yakin dia membenciku.

'sejauh bumi dan langit'

Hingga saat ini, aku baru menyadari langit saja sudah begitu jauh bahkan, kau tahukan? Teknologi manusia saja tidak bisa menembusnya. Sama bukan dengan rengkuhanku yang tidak bisa menggapai jarak sejauh itu.

Dan aku berfikir bahwa ini mustahil.

"Tidak akan bisa jika kau memikirkannya saja. Cinta yang akan membantumu, yakinkan cintamu sayang." Iqbaal menoleh cepat kearah sumber suara itu.

"ibu"

"menurut ibu cinta bisa menjadi alasan yang kuat meski cinta tak berwujud. Yakinlah, kau bisa mendapatkannya seutuhnya." Karna ibu tahu dan ibu merasakannya. Cinta sangat berperan penting dalam hubungan.

Dan aku juga merasakan apa yang dinamakan sakitnya kehilangan. Seperti yang kau rasakan sekarang.

Iqbaal memeluk bahu Alana, wanita yang berharga disampingnya saat ini sedang berusaha menyembunyikan kesakitannya yang aku rasakan sekarang.

"Apa menurut ibu.."

"aku sama dengan pria brengsek itu?"

Alana duduk dengan tegap setelah dia melepas pelukan Iqbaal.

"Kau tidak sepertinya nak, dan jangan pernah samakan kau dengannya, aku tidak suka dengan pertanyaanmu"

"Ibu.. maafkan aku. Aku tidak bermaksud—"

"sudahlah ibu membawakanmu makan, kau habiskan ya. Jangan hanya memikirkan dia. dirimu juga harus kau fikirkan."

Alana meletakkan bingkisan yang terbalut kain flannel bunga di meja Iqbaal. Dia hanya memandanginya dan mengangkat satu alisnya ketika Alana beranjak pergi.

Hei? Aku merasa seperti anak TK. Tapi tidak ada salahnya aku menghargainya untuk tidak mengumpat. Dan benar, semua karyawan di perusahaannnya mulai bergeming dengan sesama rekan kerjanya, terlihat begitu jelas ketika Iqbaal melihat kondisi perusahaannya di pengintai cctv di ruangannya.

Hei! Iqbaal berdiri dengan cepat dan sedikit menajamkan matanya ketika dia memfokuskan salah satu cctv yang sedang berada di pintu masuk perusahaannya.

Ada seorang gadis dengan banyak wartawan dibelakangnya, dan dia berusaha menembus jajaran bodyguard yang dia siapkan di pintu masuk perusahaan miliknya.

Ah! Sial. Iqbaal mengambil gadget di sakunya dengan cepat memanggil seseorang dan menanti jawaban dari sebrang sana dengan rahangnya yang terlihat menahan amarah.

"Bawa ibu ke ruanganku sekarang. Jangan sampai dia menemuinya di pintu masuk. Dan jika bisa bubarkan semuanya termasuk gadis itu."

Kiki berlari memencet tombol lift beberapa kali, dan sudah beberapa menit pintu tidak terbuka, terpaksa dia berlari dengan tergesa – gesa mengambil earphone salah satu penjaga yang bertugas di lantai yang sama dengannya.

"Jaga semuanya jangan sampai ada yang masuk, termasuk Ms. Graceva. Jika Mrs. Alana disana jangan sampai mereka bertemu. Kau paham dengan perintahku" Kiki terus menekan earphonenya dan berlari lebih cepat menuruni tangga.

Ting!

"Nyonya, Tuan Iqbaal memanggil anda untuk segera keruangannya." Kiki berdiri cepat di depan Alana yang melangkahkan kakinya keluar lift. Nafasnya masih tersenggal dan dia menahan keringat yang menetes perlahan di dahinya dengan punggung tangannya.

___________________________

-FA

Angelic (MLA - 2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang