4

3K 260 16
                                    

by sirhayani

part of  zhkansas

4

Ruangan yang terang. Hanya ada cahaya putih.

Ini jelas bukan rumah sakit. Kenanga membuka kedua kelopak matanya perlahan-lahan, lalu tersentak mendengar suara terikaan seseorang.

"WOY! GUE DI MANA! APAKAH INI SURGAAA?"

Kenanga berdiri. Tak ada gravitasi. Dia melayang-layang.... Pandangannya tertuju pada seorang cowok yang sedang berbaring santai sambil mengupil.

Sadewa memiringkan tubuh sambil mehanan kepalanya dengan tangan dan siku yang tertekuk. Cowok itu memandang Kenanga yang sedang ketakutan. "Hei. Lo malaikat?"

Kenanga menggeleng kencang.

"Malaikat maut, kan? Ngaku lo."

Kenanga kembali menggeleng. "Bu—bukan!" serunya dengan suara yang terdengar seperti tikus terjepit. "Lo—lo yang malaikat maut..., euim, tapi malaikat maut juga bisa ngupil, ya...?"

"Hah? Gue bukan malaikat maut. Lo yang malaikat maut. Gue kayaknya mati karena kecelakaan motor."

"G—gue mati karena bunuh diri!" seru Kenanga.

"HAAAH!" Sadewa memandang tak habis pikir. "Mati karena bunuh diri? Konyol amat."

Kenanga mununduk. Konyol.... Dia menggigit bibir, merasa sakit hati dengan perkataan cowok yang terlihat seumuran dengannya itu.

"Kalau lo bukan malaikat maut, malaikat mautnya ke mana, dong?" Sadewa melihat sekeliling. "Cepetan, duh. Gue bakalan pergi ke neraka atau surga, nih? Gue penginnya ke surga, sih."

"AHAHAHAH!"

Suara tawa mengerikan membuat Kenanga tersentak. Ruangan itu menjadi gelap. Dia memeluk dirinya, memandang horor sebuah api yang menyala-nyala dan terlihat memiliki mulut dan dua mata.

"Ini mah bukan malaikat, tapi iblis," celutuk Sadewa. "Malaikat itu cahaya, kan? Iblis itu api."

"Kalian berdua belum mati di dunia. Sekarang kalian dalam keadaan koma. Ada cara supaya kalian bisa tetap hidup, yaitu kalian harus bertukar tubuh. Jiwa Kenanga masuk ke tubuh Sadewa. Jiwa Sadewa harus masuk ke tubuh Kenanga."

"Mang bisa?" Sadewa keheranan dan memandang api itu dengan tatapan penuh curiga. "Ah, bohong lo."

"GRRR!"

Kenanga menghampiri Sadewa. Tangannya bergetar saat menutup mulut cowok itu. "Jangan bikin dia kesal!" seru Kenanga sambil melirik wajah api yang terlihat menunjukkan ekspresi marah. "Kita dengerin dulu...."

Sadewa memutar bola matanya sambil menarik tangan Kenanga dari mulutnya. Dia tak mengatakan apa-apa lagi setelah itu. Sementara Kenanga duduk di samping Sadewa. Lebih tepatnya, berlindung di dekat Sadewa dari api yang terlihat mengerikan dan jahat.

"Hm, jadi begini. Kalian hanya punya dua pilihan. Mati. Atau tetap hidup, tapi harus bertukar tubuh. Jika ingin tetap hidup, maka kalian harus mau bertukar tubuh untuk beberapa waktu."

"Seberapa lama?" tanya Kenanga hati-hati.

"Tergantung bagaimana kalian mengatasi masalah satu sama lain."

"Tapi intinya, kami bisa kembali ke tubuh masing-masing?"

"Tentu saja."

Sadewa berbisik di telinga Kenanga yang membuat cewek itu tersentak. "Lo ngapain dengerin api itu? Dilihat sekali aja kelihatan kalau tuh api penuh tipu muslihat."

Kenanga menunduk dalam-dalam. "Kalau kita bertukar jiwa, gue ... mau minta tolong sama lo."

Sadewa mengernyit.

"Tolong buat orang yang jahatin gue di sekolah dapat karmanya."

Sadewa memiringkan kepala. "Terus, lo ngasih gue apa?"

Kenanga langsung terdiam.

Sadewa berdeham. "Gue sekolah di SMA khusus cowok. Jadi, susah banget buat ketemu cewek. Di sekolah lo, ada banyak ceweknya nggak?"

Kenanga mengerjap. "Banyak...."

"Ya udah kalau gitu. Gue setuju!"

"AHAHAHA!" Tawa dari api itu membuat Sadewa dan Kenanga tersentak. "Kalian berdua jangan senang dulu. Karena berpindah tubuh dan sama-sama terluka di bagian kepala, ingatan kalian banyak yang hilang. Mungkin, hal-hal kecil saja yang bisa kalian ingat. Kalian tidak akan ingat keluarga kalian, tempat tinggal kalian, teman-teman kalian. Kalian hanya akan tahu satu hal, yaitu jiwa kalian adalah perempuan, yang satu jiwanya laki-laki."

"Nggak apa-apa." Sadewa senyam-senyum sendiri, membuat Kenanga mengernyit heran.

"Apa karena ... ada banyak cewek di sekitar gue?"

"Hust!" Sadewa menaruh telunjuknya di bibir Kenanga. "Bukan, kok."

"Bohong...." Kenanga menggigit bibir. "Gue nggak akan setuju kalau lo jadi naksir Sheila dengan tubuh gue."

"Siapa Sheila?"

"Salah satu teman yang bully gue!"

"Gue akan berusaha ingat dan buat dia babak belur. Kalau cewek lain, boleh dong gue deketin?"

"Jangan macam-macam dengan tubuh gue!" Kenanga berseru. "Gue itu nggak mau dicap jadi penyuka sesama jenis gara-gara lo, ya."

"Ya elah." Sadewa memanyunkan bibirnya. "Pegang tangan cewek aja nggak boleh? Dikit aja?"

"NGGAK BOLEH! Jangan lakuin pelecehan!"

"Gue nggak lagi pengin lecehin cewek!" seru Sadewa tak terima. "Gue cuma ... belum pernah pegangan tangan sama cewek."

"Gue juga cewek. Kenapa tadi gue sentuh, lo biasa aja?"

Sadewa mendekatkan wajahnya pada Kenanga, membuat cewek itu menunduk dengan mata membola. "Entahlah. Kenapa gue lihat lo masih kayak anak-anak, ya? Jadi biasa aja. Nggak ada sensasi listriknya. Kata temen gue, kalau pegangan sama cewek itu kayak ada sensasi listriknya."

"Yah apa pu itu." Kenanga menghela napas panjang. "Jangan ngintip anak-anak cewek lagi ganti baju!"

Sadewa menyentil dahi Kenanga, membuat cewek itu mengaduh sambil mengusap kening. "Lo. Memangnya sanggup ada di tubuh gue? Sanggup mimpin tawuran? Sanggup bawa motor gue yang gede? Memangnya lo bisa naik motor? Bisa nggak? Nggak, kan? Ngelihat diri lo yang lemah gini mana mungkin bisa ada di tubuh gue. Yang ada, lo bakalan ngebuat peringkat sekolah gue jadi turun drastis."

"G—gue ... nggak bisa," bisik Kenanga.

"Nah," balas Sadewa. "Pikirin itu matang-matang. Gue sih ayo-ayo aja, tapi lo? Gue khawatir lo kaget lihat rudal teman-teman gue pas lagi mandi bareng."

Kenanga mengernyit. "Rudal...?"

"Duh, lo polos, ya?" Sadewa berdecak, lalu memandang sang api yang mengamati percakapan mereka sejak tadi. "Wahai iblis, gimana, dong ini? Nih cewek mau tukar tubuh, tapi aslinya polos gini. Gue khawatir dia ketar-ketir di antara teman-teman gue yang nggak ada akhlak."

"Diterima."

Sadewa mengernyit. "Apa yang diterima?"

"Kalian bertukar tubuh. Sekarang. AHAHAHA. SELAMAT BERSENANG-SENANG."

"IBLIS SIALAN! GUE MASIH PENGIN NGOMONG!" Sadewa berusaha memegang tangan Kenanga, tetapi tangan mereka tak bisa menyatu dan perlahan-lahan jiwa mereka menghilang, kembali ke tubuh yang tak seharusnya.

Jiwa Sadewa yang ke tubuh Kenanga.

Jiwa Kenanga yang ke tubuh Sadewa.

Mereka akhirnya memulai kehidupan baru, di tubuh baru, untuk sementara waktu.

***


Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang