16

734 132 31
                                    

selamat membaca!

love,

sirhayani

16

"Abim! Woi, ada yang naik di atas motor lo. Lagi gesek-gesekin pantat, katanya."

"Hah?" Abim, ketua geng motor Interstelllar, langsung membelalak dengan perkataan dari Calvin, wakil ketua geng motor Interstellar. "Siapa?" tanya Abim sembari membayangkan seorang cowok menggesekkan pantat dengan mesum di atas motornya. "Siapa yang lecehin Blacky?"

"Blacky—pfft!" Dafi dan Dafa, si kembar itu masih saja menertawakan Abim yang memberi nama motor kesayangannya.

"Nggak tahu. Katanya anak kelas XI," balas Calvin.

"Wah, adik kelas? Kurang ajar." Abim melangkah buru-buru.

"Cewek!"

Abim menghentikan langkah. Ditatapnya Calvin dengan alis terangkat tinggi-tinggi. "Hah? Cewek? Ngapain...."

"Lagi pengin cari perhatian lo kali," kata Gino. "Susah jadi cowok keren dan ganteng."

"Diem lo." Abim menyodorkan helmnya pada Gino. "Titip helm gue."

"Siap, Baginda!"

Abim berlari menuju parkiran sekolah. Siapa pun yang duduk di atas Blacky, mau itu cowok atau pun cewek, tak akan Abim biarkan. Teman-temannya saja tak ada yang berani naik ke atas Blacky, apalagi orang asing

Motornya benar-benar dinaiki oleh seorang siswi. Abim yang sempat berlari jadi memelankan langkah saat mendekat sembari memperhatikan tingkah cewek itu.

Cewek itu sedang berkaca di spion motor sembari mengusap-usap poninya ke atas, membuat poninya jadi berdiri sebagian. Abim sempat tertegun ketika melihat wajahnya yang putih pucat. Bibirnya merah muda alami. Hidungnya kecil dan mancung. Matanya kecoklatan.

"Manis...," gumam Abim tak sadar.

Abim mengerjap-ngerjap ketika cewek itu mengangkat sebelah pantatnya, lalu terdengar bunyi pret sekali. Abim membelalak sambil berlari mendekat. Cewek itu ... kentut? Di atas Blacky?!

"Wihhh anjay keren amat ini motor."

Abim langsung menghentikan langkah. Suara imut cewek itu tak cocok dengan caranya bicara. Cewek itu kini seolah-olah sedang menarik gas motor. Di luar tingkah laku cewek itu yang tak punya malu karena kentut di atas Blacky, cewek itu terlihat menggemaskan....

Abim berdeham ketika tiba di samping motornya. Cewek itu menoleh terkejut. "Katanya lo gesekin... pantat lo di situ?"

"Siapa yang gesekin pantat, sih?" tanya cewek itu tak terima. Namanya Kenanga. Tertulis di kemeja cewek itu. "Gue cuma takjub aja sama kenyamanan motor lo yang anjay banget."

Kenanga nama yang cantik dan manis seperti orangnya. Hanya saja kelakuannya sedikit lucu. Abim menahan tawa. Dia jadi tak bisa marah, malah tingkah Kenanga membuat perutnya bergejolak karena menahan tawa.

"Eh, beneran motor lo, kan? Tadi gue cuma lihat lo sekilas," kata Kenanga.

Abim mengangguk-angguk sembari menyandarkan lengannya di kepala motor. "Lo anak baru?"

"Bukanlah. Katanya gue di sini dari kelas sepuluh."

"Kok katanya?" Abim mengernyit. "Kenapa gue baru lihat lo di sekolah ini?"

"Ya wajar lah. Di sekolah ini ada ratusan orang. Masa lo bisa kenal satu satu."

Abim mengangguk-angguk. "Benar juga."

"Masa nggak tahu gue? Itu loh gue yang habis coba bunuh diri. Makanya gue nggak ingat banyak hal. Jadi, nggak usah heran ya gue pakai katanya katanya. Gue lagi dalam fase lupa ingatan."

Abim terdiam. Siswi yang bunuh diri. Abim memang tahu berita itu, tetapi tidak terlalu mengikuti meski ada di sekolah yang sama.

"Makanya..., tingkah lo jadi agak...." Abim menaruh telunjuknya miring di dahi.

"Gila maksud lo?" tebak Kenanga. "Enak aja ngatain gue gila. Gue nggak gila."

Abim menahan senyum. Terserahlah, yang penting cewek di dekatnya ini lucu dan menggemaskan.

"Boleh kenalan?" Abim mengulurkan tangannya. "Nama gue Abimanyu. Panggil aja Abim."

Kenanga mengerjap. "Abimanyun?"

Suara tawa yang terdengar tak jauh dari mereka, membuat Abim hampir saja berteriak kesetanan. Teman-teman laknatnya itu sedang tertawa di koridor sambil berlari kencang, menjauh dari Abim yang akan mengamuk. Ternyata sejak tadi mereka menguping.

"Abimanyu. Abi. Manyu. Bukan Abimanyun." Abim berdeham. Tiba-tiba tenggorokannya kering.

"Oh~ Abimanyuuu." Kenanga menarik tangan Abim yang sempat menjauh, lalu menjabatnya erat dan menggoyangkannya. Tubuh Kenanga ikut bergoyang. "Salam kenal. Salam kenal. Nama gue Kenanga. Gue kelas sebelas. Lo?"

"Kelas dua belas. Panggil aja gue Abim. Nggak perlu pakai embel-embel Kak."

"Siap, Pak!"

"Pak...?" tanya Abim heran.

"Pak itu untuk panggilan sesama cowok."

"Hah?"

"Bro aja deh bro." Kenanga yang masih di atas motor, menarik Abim dan merangkulnya. Cewek itu menepuk-nepuk bahu Abim. "Oh, senior aja gimana! Halo, Senior!"

Abim terpana. Kelakuan cewek ini ajaib, tetapi entah kenapa membuatnya malu-malu hanya karena mendapatkan rangkulan akrab.

Ngomong-ngomong, meskipun banyak yang naksir Abim, tapi Abim belum pernah sentuh-sentuhan dengan cewek.

"Senior! Senior!" bisik Kenanga di kupingnya, membuat wajah Abim semakin memerah. "Boleh nggak gue sekali-kali pinjem motor ini, please?"

"Silakan—eh, apa?" Abim menoleh, membuat wajah mereka hampir bertemu. Kenanga langsung memberikan bogeman di wajahnya. Abim tak bisa menyeimbangkan tubuh dan terjatuh.

***



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang