13

713 128 6
                                    

13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13

"Nath, lo aneh banget. Sadewa kan selalu mukul lo kalau rasa peduli lo ke dia ngebuat Sadewa jijik. Kenapa lo masih aja ngulangin hal yang sama?" tanya Dwi saat Sadewa membanting pintu kamar mandi dalam kamar itu untuk buang air kecil.

"Emang sering? Kan cuma dulu. Waktu awal-awal gue jadi anggotanya Sadewa. Dia selalu mikir maksud gue lain padahal gue masih normal, kok. Masih suka cewek. Cuma satu cewek seumur hidup malahan dan nggak berubah-ubah," balas Nathan.

"Curhat, nih, ye."

Nathan menjatuhkan dirinya ke sofa. "Gue cuma pengin ngulangin hal-hal yang pernah gue lakuin ke Sadewa, berharap ingatan Sadewa balik kayak dulu lagi."

Dwi menaruh piringnya ke atas meja kopi, lalu mengangkat telunjuk dan jari tengahnya. "Nath, demi apa pun gue lihat dia kayak cewek."

Nathan menghampiri Dwi hanya untuk menggetok kepala sahabatnya itu, lalu kembali duduk ke tempat semula. "Kurang ajar lo ngatain Sadewa. Dia itu cuma hilang ingatan. Dia masih Sadewa yang gue kenal, kok."

"Lo yang paling ngerasa dekat sama dia, tapi hal kayak gini aja nggak bisa lo bedain?" Dwi mengelus-elus kepalanya. "Serius. Dia kayaknya beneran dirasukin hantu seperti kata Vasco!"

Nathan berdecak. "Nggak mungkin, lah. Percaya gituan?"

"Lupa gue. Lo kan ateis."

"Jangan ngada-ngada lo."

***

"Gue tiba-tiba setuju dengan perkataan Vasco." Dwi yang berhasil mengumpulkan teman-temannya yang percaya bahwa Sadewa dirasuki hantu, memulai ceritanya. "Kalau Sadewa itu kerasukan hantu rumah sakit dan namanya Kenanga."

Ada Vasco, Kurdianto, Ardi, dan juga Dwi yang sedang duduk bersila membentuk lingkaran di taman belakang rumah Sadewa. Sebagian sudah pulang. Sebagian lagi sedang bermain play station di ruang tengah rumah Sadewa yang besar. Sementara Nathan ketiduran di sofa kamar Sadewa.

"Tuh, kan! Ape gue kate!" seru Vasco.

"Dari mana lo bisa seyakin itu?" tanya Ardi, terlihat di wajahnya bahwa dia yang paling penasaran.

"Tingkahnya kayak cewek banget. Masa dia blushing gara-gara Nathan perhatian sama dia?" tanya Dwi. "Terus gue perhatiin caranya duduk anggun banget. Kayak boti dilihat lama-lama."

Vasco memukul-mukul rumput, memegang perutnya sambil tertawa kencang. "NGACENG! NGAKAK KENCENG!"

"Heh, lo ngatain Sadewa gini di depan si Nathan bakalan kena bogem lo dari Nathan," kata Kurdianto pada Dwi.

"Jangan jauh-jauh dah ke Nathan, Sadewa asli aja bakalan marah banget kalau dengar," kata Dwi. "Masalahnya, di dalam tubuh Nathan itu ada hantu cewek! Gimana caranya buat usir tuh setan?"

"Kita harus ke dukun!" seru Ardi. "Gue denger-denger nggak jauh dari rumah gue ada dukun."

"Oke, ke sana gimana?" Dwi menatap ketiga temannya yang mengangguk. "Oke. Mantap."

"Tapi sebelum ke dukun, gue mau mastiin sekali lagi. Mastiin baik-baik. Mana tahu perasaan lo doang, Dwi," kata Ardi.

"Oke, besok pagi. Kata dokter kan Sadewa udah bisa ikut belajar karena kepalanya nggak ada masalah berat. Nathan kan yang mau jemput Sadewa naik motor. Kita berempat bangun pagi-pagi dan ke sana. Lihat secara langsung dengan mata kepala kalian-kalian kalau Sadewa kerasukan hantu cewek! Deal?"

"DEAL!" Ketiganya berteriak serentak.

Lalu hening. Tak lama kemudian terdengar suara tawa perempuan yang membuat mereka menoleh bersamaan ke sebuah pohon besar.

Sekarang memang sudah magrib....

"Kalian dengar?" tanya Dwi sambil mengambil ancang-ancang untuk lari. "Suara tawa perempuan dari pohon itu."

Kurdianto, Vasco, dan Ardi sudah berdiri dan berlari kencang sekuat tenaga.

"Bngst!" Dwi berlari panik. "Jangan tinggalin gue!" teriaknya sambil berusaha menggapai Ardi. Dwi terjatuh saat meraih celana Ardi yang membuat celana temannya itu melorot sampai ke paha.

Ardi berlari, menaikan celananya sambil terus mengumpat karena dia tertinggal jauh. Bahkan Dwi meninggalkannya. "BNGSAT! BNGSAT! BNGSAT! DWI BNGSAT!"

***



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang