27

633 114 9
                                    

vote dulu sebelum baca, yaa 😍 terima kasih❤️🫶🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

vote dulu sebelum baca, yaa 😍 terima kasih❤️🫶🏻

27

Setelah bangun di tubuh Kenanga, Sadewa menyadari bahwa Kenanga tak punya teman sama sekali. Di hari pertama Sadewa masuk ke sekolah Kenanga setelah siuman, murid di kelas cewek itu tak ada yang bertanya bagaimana keadaan Kenanga atau sekadar mengajaknya mengobrol biasa. Sadewa yang harus mengajak mereka bicara lebih dulu, barulah Kenanga digubris dengan canggung.

Kata Keenan, teman-teman kelas Kenanga bersama guru wali kelas datang menjenguk Kenanga sekali. Itu pun yang datang hanya beberapa saja, sudah termasuk Sheila, Ria, dan, Safira.

Sadewa hanya memikirkan betapa Kenanga kesepian selama ini.

"Lo temenin gue nge-print di toko alat tulis nggak jauh dari sekolah ini, dong!" Sheila merangkul lengan Sadewa ketika Sadewa baru saja melewati ambang pintu kelas. Semua orang berbondong-bondong untuk pulang. Keenan pasti akan datang menjemputnya di kelas, makanya Sadewa ingin segera kabur karena Keenan terlalu protektif berlebihan pada Kenanga.

Rupanya lebih sulit kabur dari Sheila daripada Keenan. Cewek ini terlalu menyebalkan, menempel seperti lintah. Pasti ada aja hal buruk yang akan cewek itu lakukan pada Kenanga.

"Lepasin nggak?" Sadewa menggoyangkan lengan, menarik, lalu menggoyangkannya lagi, tetapi Sheila tak mau melepaskan rangkulannya di lengan Sadewa. "Gue sundul dagu lo, mau?"

Sheila terkekeh, lalu berujar dengan suara pelan. "Sundul? Lakuin aja bentar lagi juga lo bakalan mampus."

Nah, kan. Ada yang cewek ini rencanakan. Sadewa menunduk di depan Sheila, lalu segera menjauh karena tak sengaja wajahnya berada di depan dada cewek itu. Tadinya dia ingin benar-benar menyundul dagunya, tetapi ternyata posisi mereka ternyata tak nyaman. Alhasil, Sadewa melebarkan jemarinya, lalu menaruh telapak tangannya di wajah Sheila. Didorongnya wajah cewek itu dengan kuat hingga kepala Sheila terdorong kencang. Rangkulan tangan Sheila di lengan Sadewa terlepas, membuat Sadewa segera berlari dengan kecepatan penuh.

Ingin sekali dia melakukan kekerasan, seperti meninju hidung cewek itu. Tak salah juga kan dia melakukan kekerasan pada Sheila? Sekalian untuk membalaskan dendam Kenanga yang telah dihancurkan mental dan tubuhnya oleh cewek menyeramkan itu. Namun, Sadewa lebih bisa memikirkan segala konsekuensinya. Sepertinya, pemikirannya lebih bisa diandalkan karena menggunakan otak asli milik Kenanga.

Jika Sadewa melakukan kekerasan pada Sheila, maka situasi itu bisa saja akan merugikan Kenanga. Lebih mudah membuktikan kekerasan fisik dibanding kekerasan verbal.

"Anjay, pintar juga gue." Sadewa mengerem sepatunya di ujung koridor, lalu mulai berjalan dengan langkah lebar dibanding harus lari. Setidaknya, di sini aman dari Keenan. Mungkin Keenan sudah tiba di kelas Kenanga dan mencari-carinya dengan panik.

Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang