by sirhayani
part of zhkansas
21
Kenanga lebih baik kehausan daripada minum dan membuatnya harus pipis di WC sekolah khusus laki-laki ini.
Sekolah ini isinya laki-laki semua. Dikelilingi para cowok seperti ini membuat Kenanga jadi semakin diam, tak bisa berkutik. Dia bersama teman-teman Sadewa sedang nongkrong di jam istirahat, di kantin sekolah yang tentu saja dipenuhi cowok-cowok.
"Pokoknya anak-anak Garsan nggak boleh tahu kalau Sadewa hilang ingatan," kata Vasco sembari menaruh gelas kacanya yang berisi teh instan, seolah-olah isinya adalah bir. "Apalagi dengan kondisi Sadewa yang seperti ini."
Lirikan Vasco penuh arti pada Kenanga.
Kenanga yang duduk dengan kedua paha yang saling merapat dan tangan yang bertautan di atas paha jadi semakin ciut. Cewek itu menunduk gelisah. Entah kenapa, teman-teman Sadewa yang bernama Vasco, Ardi, Dwi, dan juga Kurdi selalu memandangnya dengan aneh.
"Seperti ini gimana?" Nathan menatap Vasco dengan mata elangnya. "Lo natap Sadewa jangan gitu, dong. Bikin Sadewa jadi nggak nyaman, tuh."
"Iya, deh. Iya. Nggak akan gue lihat sekalian," kata Vasco, memiringkan tubuhnya dari Kenanga yang ada tepat di sampingnya. Kini membelakanginya.
"Lah, ngambek," kata Dwi, menahan tawanya sembari menepu-nepuk bahu Vasco. "Kali ini lo kalah telak sama hantu."
"Hantu?" Pertanyaan Nathan membuat Dwi menoleh dengan kaget. "Jangan-jangan kalian masih mikir Sadewa kerasukan hantu rumah sakit?" Nathan geleng-geleng kepala sambil memijat pelipisnya. "Kalian jangan singgung omong kosong itu lagi."
Vasco menaruh telunjuknya di depan wajah Kenanga. "Bahkan ekspresi Sadewa asli nggak kayak gini! Lihat mukanya!" Vasco menoleh pada Kenanga yang ketakutan. "Memangnya Sadewa asli cengeng gini. Si hantu di dalam sana tuh hantu cewek yang ternyata bisa cengeng juga—"
BRAK
Vasco terdiam. Dwi terdiam. Semua terdiam. Bahkan Kenanga tersentak sampai kedua bahunya naik saat Nathan menggebrak meja.
"Kita fokus aja gimana caranya Sadewa bisa pelan-pelan ingat masa lalunya, oke?" Nathan memandang wajah Kenanga yang tidak nyaman dengan situasi sekitarnya. Cowok itu berdiri, menghampiri Kenanga, lalu menarik tangan cewek itu. "Ayo."
Kenanga berdiri dengan canggung. Digenggam oleh Nathan seperti ini membuat jantungnya berdegup kencang. Dia melangkah kecil mengikuti langkah Nathan yang lebar.
Vasco mengarahkan telunjuknya pada Kenanga yang baru akan melewati pintu kantin. "Lihat-lihat. Kalau Sadewa jalan dengan paha yang rapat gitu dan jalan pendek-pedek tapi cepat, pantatnya jadi goyang-goyang kayak cewek."
***
Di antara teman-teman Sadewa yang kebanyakan adalah anak-anak nakal, hanya Nathan lah yang paling membuat Kenanga nyaman. Jika Nathan bukan teman Sadewa, maka Kenanga mungkin tidak akan mau hadir ke sekolah yang terasa begitu asing dan penuh dengan kaum adam.
Genggaman tangan Nathan tak lepas saat cowok itu ternyata membawanya ke taman terbuka di sekolah. Nathan mengarahkannya duduk di bangku beton. Kenanga duduk di sana diikuti Nathan yang duduk di sampingnya.
Nathan melepaskan genggamannya dari tangan Kenanga.
"Hanya ada kita berdua di sini sekarang," kata Nathan, memndang Kenanga lekat-lekat. "Ada hal yang perlu gue tanya yang sejujurnya ganggu gue sejak awal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Times
Teen FictionSELESAI ✔️ Kenanga yang pendiam, pemalu, lemah, selalu dirundung oleh teman sebangkunya yang bernama Sheila tiba-tiba menjadi sosok yang tak tahu malu, pembuat masalah, jago bela diri, dan tak tanggung-tanggung memukul siapa pun yang melukai dirinya...