by sirhayani
part of zhkansas
PART 24
Nathan benar-benar tak menyangka Vasco, Dwi, Ardi, dan Kurdi melakukan hal konyol dan membuat Kenanga sampai menangis dan tak ingin bertemu dengan siapa pun. Cewek itu mengunci diri di dalam kamar. Bahkan dia tak mau bertemu dengan Mama Sadewa yang khawatir berat karena anak laki-lakinya dilecehkan oleh teman laki-laki lain.
Nathan tak bisa mengatakan yang sebenarnya kepada mereka berempat mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada Sadewa karena tak bisa mempercayai teman-temannya untuk tetap menjaga rahasia.
Cowok itu mengusap wajahnya, lau mendongak, memandang langit yang gelap. Empat temannya itu duduk di atas paving block halaman rumah Sadewa. Keempatnya sudah mengenakan pakaian mereka setelah bertindak bodoh memperlihatkan kemaluan mereka di depan Kenanga. Nathan berdecak sambil mengacak-acak rambutnya. Empat temannya masih duduk di atas betis mereka dengan wajah babak belur. Nathan benar-benar tak bisa untuk tidak memberikan mereka pelajaran berupa kekerasan.
"Goblok."
Empat cowok itu tersentak ketika Nathan mengumpat sambil menendang angin. Bibir Vasco sedikit berdarah karena pukulan Nathan. Telunjuk kiri Dwi mungkin hampir patah. Ardi sedikit pincang karena tendangan Nathan. Sementara Kurdi hampir kehilangan satu giginya.
"Mami Sadewa nangis, loh, ngebujuk Sadewa supaya buka pintu! Apa yang bakalan kalian jelasin ke maminya Sadewa, huh?" Nathan menghela napas panjang. "Ada banyak cara buat balikin ingatan Sadewa, kenapa kalian malah mikir rencana yang goblok kayak gitu? Anggaplah Sadewa lupa ingatan dan seolah-olah dia ngerasa dirinya anak kecil, gimana nggak trauma sama empat remaja cowok yang lihatin anu mereka?"
Vasco menyikut Dwi, membuat temannya itu menggeram kesakitan. "Lo yang jelasin, gih. Rencana lo kan."
"Mau cuci tangan lo?" tanya Dwi, menatap sinis Vasco. Cowok itu beralih ke Nathan. "Ya mana gue tahu kalau ingatannya kembali ke masa kecilnya!"
Nathan memejamkan mata. Apa yang Nathan katakan tadi terkait Sadewa yang hilang ingatan itu hanyalah sebuah perandaian, tetapi Dwi malah menangkap perkataannya seperti itu.
Tak apalah.
"Sadewa lebih kelihatan seperti dirasukin hantu perempuan yang pemalu!" seru Dwi. "Kata dukun yang kami datangin, Sadewa dirasukin hantu cewek! Jiwa Sadewa masih ada di dalam sana, tapi nggak bisa nguasain tubuhnya gara-gara hantu itu. Katanya kami harus buat Sadewa ingat dengan lakuin hal-hal yang buat dia ingat dan supaya jiwanya bangun."
"Lo percaya dukun itu?"
"Ya iyalah! Lebih masuk akal yang dikatain dukun itu daripada dokter yang nggak jelasin apa-apa."
Nathan menghela napas panjang. Bisa saja perkataan dukun itu benar? Namun, sulit untuk percaya Dwi karena dia itu mudah sekali ditipu. Apalagi tiga temannya yang jauh lebih bodoh dari Dwi.
"Gue akan sampaiin minta maaf kalian ke Sadewa. Sebelum kalian pulang, minta maaf dulu ke maminya Sadewa." Mereka memang tak sempat minta maaf kepada Mami karena Nathan langsung mendorong mereka dengan paksa keluar dari kamar Sadewa dan membuat mereka memakai pakaian mereka di ruang tengah sampai beberapa ART rumah ini jadi malu saat tak sengaja melihat mereka.
Disaat Mami belum sempat masuk ke kamar Sadewa, Kenanga sudah langsung menutup pintu dan mengunci diri dari dalam. Sejak tadi Mami berdiri di depan pintu sembari terus memohon pada Sadewa agar pintu dibuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Times
Teen FictionSELESAI ✔️ Kenanga yang pendiam, pemalu, lemah, selalu dirundung oleh teman sebangkunya yang bernama Sheila tiba-tiba menjadi sosok yang tak tahu malu, pembuat masalah, jago bela diri, dan tak tanggung-tanggung memukul siapa pun yang melukai dirinya...