by sirhayani
part of zhkansas
PART 36
gw di rmh tmn. gw bkln plng kok! tnng aja! lg sbk nih, jd gw matiin hp ye.
Sadewa mengirimkan SMS pada Keenan saat cowok itu berada di atas motor Abim yang masih melaju. Dia harus mencerahkan layar ponsel agar bisa melihat dengan jelas karena berada di jalanan siang menjelang sore hari. Belum lagi Abim yang membawa motor dengan kecepatan di atas tujuh puluh kilometer. Buru-buru Sadewa mematikan ponsel tersebut, lalu memasukkannya ke dalam saku tas
Dia mendekat sedikit, memiringkan tubuh sampai poninya beterbangan ke belakang, lalu berteriak pada Abim. "BALAP LAGI, DONG! BALAP! KOK LELET, SIH?"
Kecepatan motor Abim berkurang.
"Senior! Kok lo malah kurangin?" tanya Sadewa, lalu berdecak sebal.
"Lah? Gue kira lo lagi sarkas," kata Abim. Dia terkekeh. "Iya, juga, ya. Seorang Kenanga mah orangnya to the point."
Sadewa memutar bola mata. Mereka bahkan belum lama ini saling kenal, tetapi Abim seolah tahu banyak hal tentangnya. Cowok di depannya itu hanya sedang mencari perhatian Kenanga.
Tidak sampai sepuluh menit perjalanan, Abim sudah memasuki sebuah perumahan elit. Artinya sebentar lagi sampai. Rumah Abim ternyata tak jauh dari sekolah. Abim membelokkan motornya ke sebuah pagar yang terbuka. Seorang asisten rumah tangga sedang membuang kantong sampah hitam di tempat sampah besar depan pagar mati.
Abim menghentikan motornya di halaman rumah, lalu Sadewa segera melompat turun sesaat setelah itu sampai membuat Abim membelalak.
"Jantungan gue," kata Abim. "Lain kali pegangan sama gue dulu sebelum lo turun. Nanti lo jatuh."
Sadewa memberikan kepalan tinjunya. Abim malah terkekeh. "Malah cengengesan." Sadewa berdecak. Untung saja Abim dapat dia manfaatkan. Jika tidak, maka sejak tadi Sadewa menendangnya.
Sadewa menatap bangunan rumah Abim yang besar. Mustahil Abim tak punya PS. Seingat Sadewa, dirinya berasal dari orang berada. Mami dan Papi adalah keturunan orang kaya. Sadewa memang lupa banyak hal, tetapi entah bagaimana dia teringat sebuah permainan bernama plya station. Dia terkadang memainkan permainan itu. Itupun dulu gara-gara salah satu teman SD menyuruhnya untuk membeli PS. Akhirnya Sadewa yang tak begitu tertarik dengan game, menjadi kecanduan untuk beberapa waktu saat masih di sekolah dasar.
Aneh sekali. Wajah Mami dan Papi masih saja samar di ingatannya.
Abim tiba-tiba berdiri di hadapannya, mengganggu pemandangan saja. Abim berkata dengan ragu-ragu. "Gue seneng lo jadiin gue pilihan buat kabur dari si Keenan. Rumah orang tua gue terbuka kapan pun buat lo, kok. Oh, ya, udah makan?"
Mata Sadewa berbinar-binar. Pasti Abim ingin menawarinya makan. "Belum."
"Bentar gue minta tolong ke Bibi." Abim berlari menuju Bibi yang baru saja menutup pagar, tetapi Abim kembali lagi di hadapan Sadewa sebelum sampai pada Bibi. Abim terlihat terlalu bersemangat. "Lo suka makan apa?"
"Apa aja gue makan," balas Sadewa.
"Bibi." Abim menghampiri asisten rumah tangga yang baru saja tersenyum hangat pada Sadewa. Abim berbisik pada Bibi. Sadewa tak bisa mendengar percakapan mereka. "Minta tolong bikin makanan yang paling enak menurut Bibi, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Times
Teen FictionSELESAI ✔️ Kenanga yang pendiam, pemalu, lemah, selalu dirundung oleh teman sebangkunya yang bernama Sheila tiba-tiba menjadi sosok yang tak tahu malu, pembuat masalah, jago bela diri, dan tak tanggung-tanggung memukul siapa pun yang melukai dirinya...