32

653 123 12
                                    


vote dulu sebelum baca, yaa 😍 terima kasih❤️🫶🏻

32

Mobil sedan putih yang dikendarai oleh sang ayah berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Cewek itu mengarahkan tubuhnya mendekat pada ayahnya, lalu mencium dengan pelan pipi ayahnya.

"Hm, dari tadi kamu kelihatan seneng banget. Ada kabar gembira?" tanya ayah Sheila.

Sheila menjauh sembari mengambil ransel kecilnya yang berwarna putih. Cewek itu segera membuka pintu mobil sambil tersenyum semringah. "Ada, dong, tapi rahasia!" Dia melambaikan tangan dan menutup pintu. "Aku masuk dulu, ya, Yah?"

Sang ayah mengangguk. Sheila segera berbalik dan melompat kecil. Diambilnya earphone nirkabel dari dalam tas, lalu dia gunakan di kepalanya. Dia menyalakan sebuah lagu di ponsel yang terhubung dengan earphone yang dia gunakan. Pandangannya kembali fokus ke depan, melewati koridor demi koridor, sesekali menyapa siswi lain yang dia kenal.

Sheila tak sabar melihat Kenanga datang dengan wajah muram. Tampang ceria tak cocok di wajah cewek yang entah kenapa menyebalkan itu. Akan lebih baik lagi jika Kenanga tak hadir ke sekolah karena jika Kenanga tidak hadir, maka pasti cewek itu trauma berat pada kelakuan bejat cowok-cowok suruhan itu.

Sheila mengibaskan rambutnya yang mengganggu ke belakang punggungnya. Tatapannya terfokus pada Qiana, si primadona sekolah yang masih menjadi idola Sheila meski kakak kelasnya itu sempat melukai harga dirinya hanya karena Kenanga.

Ah, tetapi, kenapa siswi yang berbincang dengan Qiana itu terlihat mirip Kenanga?

Sheila membelalakkan mata. "Kenanga?!" jeritnya pelan. Tak percaya dan tak suka pada Kenanga yang terlihat baik-baik saja.

***

"Semalam gue kepikiran lo lagi setelah nggak sengaja lihat berita tentang lo yang muncul lagi di explore instagram gue." Qiana memegang kedua tangan Sadewa, membuat cowok itu hanya bisa berdiri kaku.

Panas dingin! Bagaimana tidak? Dia tadi dihadang, lalu dipegang dan ditatap khawatir oleh seorang bidadari yang turun dari kayangan hanya untuk menuntut ilmu di sekolah ini.

"Lo bilang lo hilang ingatan karena itu..., pasti berat banget apa yang lo alamin sampai mutusin hal berat kayak gitu...."

Sadewa tertawa canggung. Jika Qiana memegangnya terus seperti ini, maka Sadewa bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan dan melupakan perkataan Kenanga padanya untuk tidak mengambil kesempatan saat berada di tubuh Kenanga.

"Lo nggak pakai apa-apa, ya, ke sekolah?" Qiana menunduk dan memosisikan wajahnya hanya beberapa senti meter di depan wajah Sadewa. Hampir saja Sadewa mati mendadak. "Basic skincare? Make up? Bedak dikit? Nggak sama sekali?"

Sadewa menggeleng pelan dan perlahan-lahan memundurkan wajah. Kan bahaya jika bibir mereka ketemu. Sadewa bisa mati di tempat. Belum lagi, cewek berwajah seindah bulan di depannya itu masih menggenggam erat kedua tangannya.

Qiana berdiri tegak. Dia lepaskan tangan Sadewa, tetapi tiba-tiba saja kedua tangan cewek itu berpindah ke kedua pipi Kenanga yang lembut dan mencubitnya pelan seperti sedang mencubit pipi bayi. "Masya Allah kulit lo mulus banget, tapi jangan lupa pakai sunscreen, ya! Pakai pelembab bibir yang ada SPF-nya juga."

Sadewa lemas sampai tak bisa bicara. Tak kuat diperlakukan dengan manis seperti ini, Sadewa menghadap ke kiri, lalu kabur dengan lari terbirit-birit sampai membuat Qiana menatap bingung.

Qiana mengernyitkan dahi saat ditatapnya Kenanga yang larinya terlalu lakik.

***

Sadewa mengangkat kedua kakinya di meja saat cowok itu duduk di bangku dengan napas tak beraturan karena lari. Untung saja Qiana tidak mengejarnya.

Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang