38

685 131 26
                                    

by sirhayani

part of   zhkansas

38

Bosan. Sadewa ingin sekali tawuran.

Sepanjang pelajaran, dia hanya menaruh pipinya di atas meja dengan wajah yang menghadap dinding. Terkadang dia ditegur, tetapi guru mata pelajaran tak mau menyuruhnya keluar dari kelas. Guru-guru itu sudah tahu akal-akalan Sadewa yang sengaja pura-pura tidur agar disuruh keluar.

"Apa, tuh, di luar ribut-ribut?"

Sadewa mengerjap, lalu menegakkan punggung. Suara motor yang ramai terdengar seperti pawai motor, tetapi Sadewa tidak asing dengan suara ini. Jelas suara di luar sana bukan rombongan pengantar mobil jenazah karena tak ada suara mobil ambulans. Suara itu terdengar seperti geng motor tak ada akhlak.

Siswa-siswi di kelas keluar dengan penasaran untuk melihat. Bahkan guru yang sedang mengajar pun ikut keluar karena terdengar kericuhan. Sadewa naik ke atas meja, lalu melompat ke lantai sampai Sheila membelalak di dekatnya. Sadewa berlari mengikuti cowok-cowok di kelasnya yang saling mengajak dan berteriak, "sekolah kita diserang! Ayo serang balik!"

Sadewa mengangguk dengan semangat. Dia berlari di antara cowok-cowok. Cowok yang tak sengaja melihatnya jadi terheran-heran, tetapi yang Sadewa pedulikan hanyalah cepat sampai di tujuan.

"Itu kenapa ada cewek nimbrung!"

Sadewa melihat situasi. Benar-benar kacau. Preman sekolah lain itu menyebalkan sekali karena merusak fasilitas sekolah lawan. "PENGECUT LO SEMUA!" teriak Sadewa sampai siswa-siswa SMA Garsan semakin terheran-heran.

"Ini kenapa ada cewek di sini?"

Selalu saja muncul pertanyaan yang sama.

Hujan batu tak henti-hentinya menghantam siswa-siswa SMA Garsan yang berada di belakang gerbang yang terbuka. Bahkan satpam sekolah tak bisa mengatasi SMA Kastara yang seperti tak diajari tata krama itu.

Sadewa mengambil batu yang jatuh, lalu melemparnya ke jidat siswa SMA lawan. Kena tepat sasaran sampai siswa SMA lawan itu terjatuh karena hilang keseimbangan. Siswa itu berteriak kesakitan. Teman-temannya lalu menatap Sadewa, kemudian mereka mengalihkan perhatian ke siswa lain, mengabaikan Sadewa yang merupakan pelaku. "SIAPA YANG UDAH NYERANG TEMEN GUE!"

Sadewa berlari kencang, dia melompat, dan sepatunya mendarat di wajah siswa SMA lawan yang baru saja bicara. Siswa itu terjatuh. Sadewa mendaratkan kedua sepatunya dengan sempurna di lantai. "Gue yang habis nyerang temen lo. Kenapa?"

Kerusuhan yang terjadi perlahan-lahan mereda atas insiden seorang siswi SMA Garsan yang berhasil menumbangkan dua siswa SMA Kastara.

"Ada apa? Kenapa pada berhenti?"

Sadewa mengangkat wajahnya pada sosok yang suaranya tak asing. "LO!" teriaknya pada pemimpin siswa yang ingin mencelakai Kenanga waktu itu. Siswa itu membelalak dan mundur perlahan-lahan. "SINI LO! KALAU LO KABUR BAKALAN GUE KEJAR!"

Pemimpin siswa itu maju dan berhenti di hadapan Sadewa sembari menautkan jemari. "G—gue dipaksa ikut! Bukan gue yang arahin anak-anak buat nyerbu, kok!"

"Mana? Siapa yang maksa lo ikut? Panggil sini!" seru Sadewa.

Siswa itu menoleh pada seorang siswa lain yang terlihat kebingungan. "Sini lo."

Cowok yang dipanggil mendekat, masih dengan ekspresi kebingungan. Ketika cowok itu berhenti di dekatnya, Sadewa langsung melayangkan sebuah tinju di pipi kirinya.

***

Sebuah pemandangan yang tidak masuk akal.

Seorang Kenanga yang lemah itu bisa meredakan kerusuhan antar dua sekolah? Sheila ada di sana sejak awal dan dia sudah mengucek matanya berkali-kali, tetapi apa yang dilihatnya nyata. Siswa-siswa SMA Kastara itu tunduk pada Kenanga. Beberapa siswa bersujud di depan Kenanga yang sedang bersedekap bagai ketua preman.

Mustahil!

Sheila benar-benar tak bisa menerima fakta itu. Apalagi Kenanga ditonton oleh ratusan murid. Bahkan terdengar seorang guru yang memuji keberanian Kenanga.

"Bajingan-bajingan itu mana mungkin bersujud di depan Kenanga!" gumam Sheila, melihat cowok suruhannya malah berakhir bersujud di depan Kenanga.

Sheila sudah melakukan berbagai cara untuk membuat mental Kenanga rusak lagi. Sheila bahkan memanipulasi siswa-siswi di kelasnya agar mereka menjauhi Kenanga, tetapi entah kenapa Kenanga terlihat baik-baik saja meski satu kelas mendiamkannya.

Sejenak, Sheila diliputi oleh kemarahan, tetapi saat sebuah ide terlintas di benaknya, cewek itu tersenyum lebar dan bergumam. "Aha. Gue punya ide."

Dia membuka kunci layar ponsel yang dipegangnya sejak tadi, lalu mengirimkan pesan di dalam grup yang berisikan tiga orang anggota, yaitu dirinya, Ria, dan Safira.

hari ini atau besok! gue bakalan hajar kenanga habis-habisan supaya dia mau ngelawan gue balik. lo @ria bagian yang ngerekam dari awal, okay? nanti bakalan gue edit

pokoknya intinya gue mau viralin kalau kenanga itu udah bully gue. lo harus shoot kenanga mode ngebully gue. biar safira nanti yang pegang kenanga di awal

hahahaha pasti kali ini dia bakalan kena mental karena dibully satu indonesia

***

Akhirnya, polisi datang. Sadewa menyayangkan kenapa dia malah jadi pahlawan padahal dia ingin bertempur sampai akhir! Namun, ada baiknya juga. Kenanga jadi terlihat semakin baik di mata para guru dan siswa-siswi sekolah karena berhasil menghentikan kerusuhan.

Sebagian siswa SMA Kastara yang merusuh dibawa ke kantor polisi. Sebagian lagi kabur. Toh, mereka tak akan bisa kabur juga karena pasti aka dicari saat masuk sekolah. Hal yang tak terduga adalah kakak Abim yang seorang polisi itu lah yang muncul dan meminta keterangan Sadewa.

Abim dan Keenan ada di samping Sadewa sejak kerusuhan itu berhenti dan kini Abim menatap Sadewa dengan tatapan penuh bangga sementara Keenan yang menatap dengan penuh kekhawatiran. Keenan tahu sekali seperti apa Kenanga. Pasti kakak Kenanga itu shock berat melihat adiknya berada di tengah-tengah kerusuhan dan malah ikut melawan.

"Bentar doang, kan?" Sadewa berdecak pada kakak Abim yang memaksanya untuk memberikan keterangan. Dilihatnya name tag polisi itu. "Pak Caraka."

Kening Sadewa mengkerut. Kenapa terasa tidak asing?

***




Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang