33

628 126 5
                                    

33

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

33

Sudah berapa hari, ya, Kenanga tidak hadir ke sekolah karena tak ingin bertemu dengan keempat teman Sadewa yang keterlaluan itu?

Kenanga menghela napas sembari memeluk guling. Dipandanginya jam dinding yang sudah menunjukkan jam lima subuh. Dia harus segera masuk sekolah. Bagaimana jika Sadewa tinggal kelas karena dirinya?

Kata Mami, Mami melarang keempat teman Sadewa itu untuk datang menjenguk. Lewat pesan di LINE, Nathan juga mengatakan bahwa akan melarang Vasco, Kurdi, Ardi, dan juga Dwi untuk menghubungi Kenanga lewat pesan pribadi teks. Nathan menyuruhnya untuk menghubungi cowok itu jika membutuhkan sesuatu.

Nathan benar-benar baik. Meskipun tahu di dalam tubuh sahabatnya ada jiwa orang lain, cowok itu tetap memperlakukan Kenanga dengan baik hingga Kenanga merasa nyaman.

Jika kembali ke tubuh aslinya nanti, maka Kenanga akan memberanikan diri untuk bertemu dengan Nathan secara pribadi.

Cewek itu turun dari tempat tidur, berlari kecil keluar dari kamar mencari Mami yang biasanya sudah bangun di jam segini. "MAMIII! AKU MAU KE SEKOLAH, MIII!"

***

"Beneran udah nggak apa-apa, Sayang?" Mami mengusap rambut Kenanga saat mobil yang dikemudikan Mami sebelumnya telah berhenti di depan pagar mati SMA Kastara.

"Iya, Mi. Kena—Sadewa baik-baik aja, kok."

Bagaimana pun, Kenanga tak ingin menyusahkan Nathan dengan meminta cowok itu menjemputnya ke sekolah. Jadi, Kenanga meminta meski dengan canggung pada Mami Sadewa untuk mengantarnya ke sekolah. Mami mengiakan dengan bahagia. Katanya, dulu Sadewa paling tak suka diantar jemput oleh Mami atau pun Papi karena sudah dewasa dan malu pada teman-temannya.

Kenanga mengambil tangan Mami dan mencium punggung tangannya. "Hati-hati di jalan, Mi. Aku masuk sekolah, ya."

Mami mengangguk meski terlihat kekhawatiran di wajahnya itu. Kenanga segera turun dari mobil berwarna merah muda dengan gambar hello kitty tersebut, lalu berdiri tak jauh dari mobil dan mengangkat setengah tangannya untuk melambaikan tangan pelan-pelan.

Mami menyalakan klakson satu kali, lalu perlahan-lahan meninggalkan sekolah. Kenanga berbalik dengan kedua tangan yang memegang masing-masing tali tas ranselnya. Beberapa siswa yang datang meliriknya sambil tertawa.

Seorang di antara mereka merangkul Kenanga yang membuat Kenanga tak nyaman. "Bos gue memang yang terbaik! Nggak malu dianter Ibu dengan mobil pinky gitu. Respek gue, Bos!"

"Memangnya lo, yang langsung ngamuk-ngamuk ngusir Nyokap lo yang muncul di kelas?" tanya yang lain sambil terkekeh. "Padahal mau dikasih uang, malah diusir."

"Ya malu, lah! Tiba-tiba muncul di kelas, nyari gue sambil ngeluarin duit. Mana ada guru killer lagi...."

Suara klakson motor terdengar panjang, membuat Kenanga dan yang lain segera menyingkir dari tengah jalan. Motor sport putih itu berhenti di samping Kenanga dan cowok yang merangkulnya.

"Nathan?" gumam Kenanga saat cowok di atas motor sport putih itu membuka kaca helm full face-nya.

"Lepasin tangan lo dari bahu Sadewa!" seru Nathan, menatap cowok di samping Kenanga dengan tajam.

Cowok di samping Kenanga itu segera melepaskan rangkulannya dari Kenanga dan menjaga jarak. Dia mengangkat kedua tangannya. "Ampun. Ampun, Sir Nathan! Gue nggak akan ngapa-ngapain Yang Mulia Kaisar Sadewa."

Nathan berdecak sembari memandang Kenanga dengan tatapan lembut. "Kok lo tiba-tiba ke sekolah, sih? Kenapa nggak hubungi gue dulu?" Dia menghela napas panjang. "Naik ke belakang. Lo harus pulang sekarang."

Kenanga mengernyit. "Kenapa?"

"Lo nggak akan ngebiarin kita tawuran dengan SMA Garsan tanpa Sadewa, kan?" Cowok yang tadi merangkul Kenanga, melayangkan sebuah protes. "Biarin Bos ikut dan mimpin tawuran! Dengan kehadiran Bos ke sekolah, itu artinya Bos udah baik-baik saja."

Kenanga tak bisa berkedip. Dirinya memimpin tawuran? Mustahil sekali!

"Itu anak-anak lain." Cowok itu menunjuk gerbang. Kenanga pun menoleh dan dilihatnya Vasco dan Dwi datang bersamaan. Mereka berhenti di belakang motor Nathan. Tak lama kemudian, Ardi dan Kurdi datang dengan masing-masing motor mereka.

"Ah, pas banget!" seru Vasco saat cowok itu turun dari motornya, menghampiri Kenanga yang berusaha baik-baik saja. "Lihat!" Vasco menatap Nathan. "Sadewa sendiri yang datang ke sekolah. Kemarin kita buat taruhan, kan? Lo nggak boleh hubungi Sadewa dan nyuruh dia tetap tinggal di rumah! Kalau dia tiba-tiba hadir, itu artinya Sadewa punya intuisi yang baik sebagai pemimpin! Sadewa itu wajah SMA Kastara. Ingat itu! Kita harus tunjukin ke Kensho dan para keroconya, kalau Bos kita baik-baik aja. Beberapa orang bakalan lindungi dia. Seorang Raja nggak harus langsung turun dalam peperangan kan? Sadewa punya kita, Nath!"

Sepertinya, pembicaraan tentang tawuran begitu serius. Mereka tak terlihat seperti cowok-cowok konyol lagi seperti sebelumnya.

Nathan terlihat tak bisa protes. Cowok itu hanya bisa menatap Kenanga dengan tatapan bersalah.

Kenanga panik. Bagaimana ini? Dia harus ikut tawuran? Di antara dua kubu para cowok yang saling berkelahi?

***



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang