18

698 133 11
                                    

catatan sebelum baca part 18 Two Times:

yang suka cerita fantasi mampir ke akunku yang ini yaa ->> ZheniteVirai

judul cerita fantasi kerajaan: My Lord is a Tyrant

judul cerita fantasi kerajaan: My Lord is a Tyrant

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

selamat membaca!

love,

sirhayani

vote dulu sebelum baca, yaa 😍 terima kasih❤️🫶🏻

18

Para siswi yang biasanya mengenakan kemeja sekolah dan rok yang rapi kini terlihat mengenakan pakaian olahraga. Sadewa melihat sekitarnya dengan semangat. Bukan hanya teman-teman kelasnya yang berolahraga, tetapi senior kelas XII juga sedang berolahraga.

Namun, mereka berpisah. Kelas XI ke lapangan basket sementara kelas XII ke lapangan bola.

Semangat Sadewa sedikit hilang karena tak bisa melihat kecantikan para senior. Dia harus mengikuti pelajaran basket bersama teman kelasnya. Latihan dibuat berpasangan dan harus dengan teman sebangku. Sadewa berpasangan dengan Sheila. Cewek itu menatapnya dengan senyum penuh arti. Posisi tiap pasangan harus berjarak, tetapi Safira dan Ria malah berdempetan dengan barisan Sadewa dan Sheila.

Rencana mereka terbaca jelas. Mereka ingin menyakiti Kenanga secara tak sengaja.

"Dorong di depan dada!" seru guru olahraga saat barisan Sheila mengoper bola basket ke pasangan masing-masing.

Sheila dan Ria terlihat mendorong dengan sekuat tenaga mengarah ke wajah Sadewa. Sadewa menangkap lemparan Sheila dengan baik sementara bola yang Ria lempar berhasil Sadewa hindari. Sheila melotot, terlihat kesal. Sadewa tersenyum miring saat guru kembali memberi aba-aba untuk barisannya.

Cowok itu mendorong bola basket di depan dadanya, membidik wajah Sheila, lalu mendorongnya dengan kuat.

"KYAAA!" Sheila berjongkok sambil melindungi dirinya sendiri, membuat bola basket itu terjatuh jauh di belakangnya, memantul berkali-kali, lalu menggelinding.

"PAK! KENANGA SENGAJA MAU NYELAKAIN SHEILA!" Safira yang berdiri di samping Sadewa, menunjuk-nunjuk Sadewa dengan geram.

Sadewa bodo amat. Dia masukkan telunjuknya ke hidung saat Safira memandangnya. Ketika cowok itu mengeluarkan telunjuknya dari lubang hidung, Safira langsung membelalak dan kabur.

Sepertinya, dia takut apa yang terjadi pada Sheila terjadi juga padanya. Kotoran hidung memang ampuh mengusir tanpa menyentuh para bangst.

"Kamu ini." Pak guru datang dan menampar pelan lengannya. "Serius latihannya."

"Dia duluan, Pak!" Sadewa mengadu. "Bapak nggak lihat mereka bertiga berusaha bully saya? Lihat jarak siapa yang nggak normal. Tuh, si Ria sengaja berdiri dempet Sheila biar mudah lempar basket ke mukaku."

Memangnya mereka saja yang bisa mengadu?

Pak guru berkacak pinggang sambil menatap Ria dengan marah. "Kenapa nggak ada jarak. Baris yang benar!"

Sadewa mengeluarkan lidahnya, mengarah pada Ria yang langsung menggeram kesal.

Sheila mendatanginya ketika guru olahraga telah menjauh. Cewek itu berdiri di hadapannya sambil bersedekap. "Oh, sekarang lebih berani, ya? Nggak takut sama gue?"

"Ngapain gue takut?" tanya Sadewa.

"SHEILA. KEMBALI KE TEMPAT!" seru Pak guru.

Sheila berdecak dan kembali ke tempatnya. Sadewa tersenyum penuh kemenangn menatap cewek itu. Sepertinya, guru olahraga ada di pihaknya kali ini. Mungkin karena apa yang telah Kenanga alami.

Membosankan.

Sadewa ingin sekali pindah ke lapangan lain dan bergabung dengan para kakak kelas cantik bermain sepak bola. Dipandanginya guru olahraga yang jauh darinya, lalu Sheila yang sedang berbincang dengan Ria dan Safira. Mereka bertiga sepertinya ingin merencanakan sesuatu.

Tak akan Sadewa biarkan. Cowok itu mengambil seribu langkah menuju lapangan bola. Setibanya di sana, guru olahraga kelas XII tak terlihat. Hanya ada para senior cewek yang bermain bola di lapangan sementara para senior cowok yang jumlahnya memang sedikit, hanya bermain di sekitaran pinggir lapangan.

Pakaian antara kelas XI dan XII berbeda warna, membuat Sadewa jadi terlalu mencolok dan membuatnya jadi perhatian para kakak kelas. Namun, dia tak peduli itu. Sadewa memasuki lapangan, berhenti di pinggir lapangan untuk menyegarkan matanya.

Dilihatnya seorang cewek yang paling tinggi di antara yang lain, paling bening, paling cantik, paling paling semuanya sampai Sadewa tak tahu lagi mendeskripsikannya seperti apa. Senior cewek itu terlihat mengagumkan. Sadewa memegang dadanya yang berdegup kencang saat senior cewek itu membuka ikatan rambut, membuat rambut panjangnya terurai dengan indah. Senior cewek itu kembali mengikat rambutnya berbentuk cepolan yang acak-acakan.

Tak salah lagi. Cewek itu adalah istrinya di masa depan!

"Senior!" Sadewa menghampiri seorang siswa yang ikut menonton para cewek bermain bola. "Yang paling tinggi itu namanya siapa, ya?"

Cowok itu mengerjap. "Oh, Qiana?"

"Ohkiana?"

"Qiana!"

"Oh~ Qiana." Sadewa memandang Qiana dengan penuh damba. "My queen!"

Cowok itu berlari dengan semangat, bergabung dengan para senior cewek.

***


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang