🌹
#Sera.pov
Biarkan kupendam rasa itu dalam dada
Walau cinta itu masih ada
Tak akan mungkin takdir menerima
untuk kita bisa bersamaSera hanya bisa menatap pilu ke arah mobil putih di luar pagar rumahnya. Rasa sesak membuat gadis itu sulit menarik napas. Air mata mengalir di atas pipi tirus gadis itu. Ia mengusap pipi dengan tangan yang bergetar.
Suara berat Cael di seberang telepon kembali menggali rasa yang telah ia coba kubur dalam-dalam. Tidak mungkin baginya untuk bisa memiliki Cael. Ia sadar akan hal itu sedari dulu. Namun sedikit harapan yang ada di hatinya terus melantunkan doa. Sedikit harapan itu tumbuh perlahan, hingga akhirnya menemukan tepi beberapa bulan yang lalu.
Sekarang, ia merutuki dirinya sendiri. Sera tertipu oleh harapan semu. Ia telah salah mengartikan tatapan dari mata coklat terang itu. Bukan cinta yang ada pada sorot teduh Cael, namun benci yang coba pemuda itu tutupi dengan senyum menawannya.
Sera juga sudah melakukan segala upaya. Sampai ia bersusah payah membujuk ayahnya untuk mau membantu Tante Amanda, ibunya Cael, agar menarik investor ke perusahaan keluarga Pradipta. Pada malam ulang tahunnya malam Minggu lalu, mereka sudah mulai memperbincangkan bisnis itu. Justru pesta ulang tahun itu berubah menjadi mimpi buruk!
Caelum memutar audio yang mempermalukan Sera di hadapan semua tamu penting. Ia merasa marah dan kecewa. Hatinya hancur saat mengetahui fakta itu. Namun alasan pria itu melakukan pembalasan di hari spesialnya, mengingatkan Sera pada kejadian di hari ulang tahun yang ke-16.
Sera tidak bisa menyalahkan Cael sepenuhnya. Karena dirinyalah yang menggoreskan luka di dalam hati Cael. Ia yang mulai menaburkan bara dendam itu di hati pemuda yang dicintainya.
"Lu yakin Ser, pindah ke Australia?" Leanora bangkit dari posisi duduknya, di atas tempat tidur Sera. Ia melangkah pelan ke arah sahabatnya yang berdiri menghadap dinding kaca.
Sera menelan saliva dengan kasar. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, menarik kesadarannya pada momen sekarang. Jika Lea tidak bersuara, wajah Clarice mungkin akan kembali menghantui ingatannya.
Sera menyilangkan tangan di dada. Ia masih menggenggam erat ponsel di tangan kanannya. "Gue udah nggak punya rasa malu lagi di sini! Gue nggak bisa marah sama Cael karena gue masih merasa bersalah sama Clarice," ujar Sera tanpa berpaling.
Lea meletakkan tangan di atas pundak Sera. Ia menatap iba sahabatnya itu. Ia tahu, Sera lebih sensitif dibandingkan dirinya dan Bella. Terlebih, rasa bersalah menjadi hal yang membuat sahabatnya rela dipermalukan seperti ini.
Ponsel Sera berdering. Ia melirik layar yang menampilkan notifikasi pesan. Mata monolid itu membulat lebar, membaca nama yang tertera pada benda pipih itu. Nama yang membuat kepalanya berdengung seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀᴇʟᴜᴍ
Teen Fiction✨Series kedua dari ᴍᴇᴛᴀɴᴏꞮᴀ✨ Duka itu akan selalu ada, terpatri di dalam hati. Dari setiap cerita yang diulang, akan selalu menghantui. Tapi baginya, tidak ada kata sembuh. Karena terkadang, sakit itu kembali kambuh. Rekaman yang Cael temukan, menj...