38| Kebenaran

38 13 63
                                    

🌹

Meski masih tertutup kebenaran
Selagi aku tak menyerah pada kehidupan
Aku akan memperjuangkan keadilan

Caelum menatap Leanora sedikit lebih lama. Ia ingin melunturkan sorot percaya diri, yang disertai seringai tipis pada wajah Lea. Pemuda itu menggeleng pelan, sambil mengembuskan napas gusar. Beraninya gadis itu meminta bayaran padanya. Informasi yang ditawarkan Lea juga belum tentu berguna bagi Cael.

Lea masih menunggu jawaban Cael, mengamati wajah rupawan itu dengan senyum kecil di sudut bibirnya. Gadis berkulit sawo matang itu duduk dengan menyilangkan kaki. Rok denim pendek yang ia kenakan mengekspos kaki jenjangnya, sama sekali tidak merasa malu dengan pakaian seperti itu. Terlebih di hadapan pria yang menatapnya tak suka.

Caelum membuang muka, mengalihkan pandangannya pada hamparan daun kering yang menyampah di pekarangan rumah. Pikirannya tengah bergumul dengan permintaan sepuluh juta yang Lea sebutkan. Sejauh ini, kasus Clarice tidak membuka lembaran bukti baru.

Bang Raka hanya menemukan CCTV yang letaknya agak jauh dari gang rumah Iqbal yang lama. Rekaman itu menunjukkan bahwa Pak Bayu-ayahnya Elra- sedang mengendarai motor ke arah kejadian perkara. Berselang dua puluh menit kemudian, beliau kembali melewati jalan itu.

Dakwaan tabrak lari dijatuhkan pada Pak Bayu. Sidik jari beliau memang tertinggal di pergelangan tangan Clarice. Itu menguatkan dugaan bahwa Pak Bayu bertemu dengan Clarice. Bukti lainnya yang semakin menyudutkan Pak Bayu adalah lebam di bagian pinggang Clarice, yang menjadi hipotesis bahwa Pak Bayu menabrak Clarice. Kemudian gadis malang itu terpental dan jatuh hingga kepalanya terbentur trotoar.

Apa yang Cael harapkan dari Elra adalah, gadis itu mau membantunya untuk membujuk Bayu bercerita mengenai insiden yang sebenarnya terjadi saat malam itu. Cael tahu, Iqbal pasti memainkan peran dalam kematian Clarice!

"Gimana?" tanya Lea. "Tawaran gue rendah loh, dibandingkan lo harus sewa detektif swasta." Lea menaikkan sebelah alis, merasa percaya diri bahwa ucapannya paling hebat. Ia telah memberikan solusi bagus untuk Cael.

Caelum kembali berpaling, membalas tatapan angkuh Lea. Senyum gadis berambut sebahu itu kini terukir, menimbulkan lesung pipi dalam di sebelah kiri wajahnya. Pemuda yang ditanya mengernyitkan kening, mencoba memilih kata yang tepat untuk diucapkan. Ia bergumam pelan, kemudian menundukkan wajah ke bawah. Pola bintik-bintik pada marmer di rumahnya justru membuat kepala Cael semakin berdenyut ngilu.

Tak lama, pemuda itu tertawa pelan, bermaksud untuk mengejek lawan bicara. "Jangan berpikir bahwa tawaran itu bisa buat gue percaya sama cewek licik seperti lu!" ujar Caelum dengan nada dingin. Ia mendengus kasar, kemudian kembali mengangkat wajahnya. "Lagian bayar lu sepuluh juta dengan informasi yang nggak ada untungnya buat gue..." Cael menjeda kalimat, ia menyunggingkan seringaian kecil saat melihat ekspresi Lea yang berubah kesal.

"Untuk apa gue harus buang duit? Wanita penipu kek lu cuman bisa memanipulasi orang sana sini." Cael mencondongkan tubuh, membalas tatapan tajam Lea dengan sorot menuduh. "Apa karena Sera ke Australia, lu mencari pemasukan dana lain?"

Caelum tahu, Sera sering membiayai kehidupan Leanora. Entah apa yang dipikirkan Sera hingga mau dimanfaatkan oleh gadis tidak tahu malu seperti di hadapannya ini.

Lea merasakan dadanya sesak setelah menelaah kata-kata Cael. Meski benar ia memanfaatkan Sera, namun dikonfrontasi dengan nada dingin seperti yang Caelum lakukan, membuat gadis itu kehilangan kata-kata untuk membela diri.

Karena apa yang Cael katakan itu benar! Jika Sera ke Australia, dari mana dia mendapatkan uang bulanan? Selama ini, dia memanfaatkan kartu kredit yang diberikan Sera untuk membiayai kebutuhan hidupnya.

ᴄᴀᴇʟᴜᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang