🌹
Torehan kata memberi luka
Pada jiwa yang tengah menanggung lara
Dukanya telah lama mengudara
Di bawah awan kelabu yang selalu menuai sengsara🥀🥀
Tidak ada alasan yang tulus jika membahas cinta. Ada berbagai faktor yang tidak bisa diterima oleh rasa tulus itu. Dan berbagai permasalahan akan datang, yang langsung membuat cinta hilang begitu saja.
Setidaknya, hal itu yang Caelum yakini soal cinta.
Ada sedikit rasa yang mulai tumbuh di relung yang kosong itu. Tempat yang tidak pernah Caelum duga akan bisa terbuka untuk siapapun. Bukan perhatian Elra yang membuat rasa itu tumbuh dan merumpun. Namun jaringan takdir yang tidak bisa membuatnya menghapus hal yang telah ditetapkan oleh Sang Penentu.
Lima menit kemudian, Cael sudah memarkirkan mobil di depan pagar rumah minimalis. Ia mendorong pelan pagar rumah yang sudah sedikit berkarat.
Caelum mengambil napas dalam. Sebelah tangannya mengayun di udara, mengetuk pintu rumah.
Tidak ada sahutan dari dalam. Cael kembali mengetuk pintu, kali ini lebih keras.
Tak lama, deritan pintu terbuka terdengar sayup. Kepala gadis itu menyembul dari balik celah pintu. Kedua mata itu membulat lebar, tampak terkejut dengan kehadiran Cael.
Di kepala Elra, masih ada handuk biru kecil yang membungkus rambut pendek itu. Wajah polosnya terlihat cantik alami, tanpa adanya tambahan make up.
Hm...
Satu hal yang berbeda, alisnya!
Alis itu terlihat sedikit berantakan dan tipis. Mungkin saja gadis itu hanya menggambar alisnya, dan sedikit melentikkan bulu matanya? Karena selain itu, Cael tidak memperhatikan ada yang berbeda dari wajah manis di hadapannya.
Elra berdehem pelan. Ia mengayunkan tangan ke balik bahu ramping itu. Gerakannya sedikit kikuk. "Mau masuk du..."
"Masak gue di luar aja," sela Cael cepat. Ia tertawa kecil, melihat wajah Elra berubah semakin tegang. Tampak jelas gadis itu menahan gugupnya. Dan itu semakin membuatnya terlihat menggemaskan.
Tatapan Elra hampir tak berkedip. Diperhatikan seperti itu, membuat Cael sedikit merasa salah tingkah.
Bukan sedikit lagi!
Namun ia sudah bisa merasakan alunan detak jantungnya perlahan meningkat cepat. Senyum kecil Cael berubah lebar. Ia mengusap kepalanya, membuat rambut di depan itu jatuh menutupi kening.
Elra berbalik, langsung melangkah kembali memasuki rumah. Caelum mengikuti Elra ke dalam rumah dengan langkah kecil.
Bahu gadis itu tampak tegang. Elra menggerak-gerakkan kedua buku jarinya, terlihat menahan gugup.
"Lo udah sarapan?" tanya Elra.
"Udah," Caelum mengingat dalam hati, sudah pukul berapa sekarang. "Eh..."
Elra menghentikan langkahnya, lalu menoleh dari balik bahu, "apa?"
"Sarapan? Lu kesiangan ya bangunnya?" tanya Cael. Tawa kecil terdengar di ujung kalimatnya.
Elra mengangguk kecil, namun wajah itu dengan cepat berpaling ke depan. Menyembunyikan senyum canggung.
"Oh! Sorry gangguin sarapan lu," ujar Caelum.
Elra tertawa pelan, "kan bisa gue sambung makannya."
Dapur minimalis terlihat hidup dengan sentuhan dekorasi rustik. Meja dan kursi kayu terlihat serasi, dengan kitchen set bercat krem pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀᴇʟᴜᴍ
Teen Fiction✨Series kedua dari ᴍᴇᴛᴀɴᴏꞮᴀ✨ Duka itu akan selalu ada, terpatri di dalam hati. Dari setiap cerita yang diulang, akan selalu menghantui. Tapi baginya, tidak ada kata sembuh. Karena terkadang, sakit itu kembali kambuh. Rekaman yang Cael temukan, menj...