🌹
Aku tahu kapalku akan karam
Jika tetap memaksa untuk bungkam
Di dalam kasih sayang dan dendam
Karena yang tersisa, hanyalah dendam
Yang semakin membuat tatapan itu kelam🥀🥀
Aroma acid memenuhi indra penciuman Caelum, ketika ia menginjakkan kaki ke dalam ruangan Sera. Perawat masih berada di dalam ruangan, mengatur infus yang mengalir ke tubuh gadis yang tengah terlelap.
Sekali lagi, ia menyisir ruangan dengan tatapannya. Bisa dikatakan, ruangan selebar enam meter dengan panjang lima meter itu, terlihat kacau. Pecahan vas bunga terletak di sudut, tampak bercak basah dari air di dinding seberang. Gelas kaca juga sudah pecah, berserakan di atas lantai dekat brankar.
"Apa Sera dibius, suster?" tanya Caelum dengan nada hati-hati.
Perawat muda itu mengangguk singkat, "iya. Pasien mengalami depresi. Dokter jiwa akan segera datang untuk memastikan keadaan pasien."
Caelum tertegun. Ia sama sekali tidak menyangka, perbuatannya bisa membuat Sera seperti orang gila!
Apa Sera benar-benar pantas mendapatkan ini semua?
Tuduhan Caelum masih sebatas praduga. Entah gadis itu pandai menyimpan citra diri yang sesungguhnya, atau memang dia gadis polos yang hanya terjebak dalam lingkaran pertemanan yang salah.
Jika Sera terbukti bersih, maka Caelum benar-benar merasa bersalah telah memutar audio itu kemarin malam!
"Saya tinggalkan dulu, petugas kebersihan sebentar lagi akan datang membersihkan pecahan kaca." Caelum mengangguk, menanggapi perkataan perawat itu.
Cael menarik kursi, meletakkannya di samping tempat tidur. Tatapannya berubah nanar, saat melihat kondisi Sera yang pucat pasi.
Dulu, ketika mereka masih SMA, Sera selalu menjadi perawatnya. Beberapa kali Cael di UKS, gadis itu yang selalu membalut lukanya. Cael tahu, Sera suka padanya. Namun ia memilih diam, karena tidak ada perasaan yang sama di dalam hatinya.
Pemuda itu tidak tahu kenapa, perhatian Sera seharusnya bisa merajut mantra cinta. Namun nyatanya, ia tidak bisa merasa. Ia terjebak dalam lingkaran keputusasaan. Karena waktu itu, pikirannya begitu keruh oleh masalah di rumah.
Pikiran Caelum dipenuhi awan gelap, siap meledak jika awan itu terlalu berat. Mana mungkin ia berpikir tentang cinta?
Ketika Caelum di Belanda, hidup dengan ayahnya, ia selalu berpikiran bahwa ibunya wanita yang malang. Jauh dari anak-anaknya. Hidup sebatang kara, dengan tanggung jawab besar sebagai pimpinan perusahaan Pradipta. Dan tentunya menyesal telah bercerai. Karena bagi Caelum, ayahnya ialah orang yang perhatian.
A family man.
"You don't love her anymore?" pertanyaan polos itu berasal dari anak laki-laki berusia sepuluh tahun.
"Love is simple, my dear son. But women are complicated. Sometimes, she does things that I don't agree with. We argue, but the winner is still your mother."
Hingga akhirnya ia kembali ke Indonesia, hidup dengan ibunya. Caelum memahami, kenapa ayahnya menyerah mencintai wanita seperti ibunya. Wanita itu terus saja menuntut gaya hidup mewah! Keluarga mereka kaya, namun bukan konglomerat lagi! Mereka memiliki rumah mewah, warisan dari Opa Caelum.
Pria itu bisa dikatakan gagal mendidik anak perempuannya. Kesibukan membuat pria itu membesarkan Amanda dengan materi. Apapun kebutuhan dan keinginan Amanda, dipenuhi oleh ayahnya. Setelah pria tua itu meninggal dunia, perusahaan itu berangsur surut. Korupsi. Proyek yang ditarik karena diambang kehancuran. Klien setia yang perlahan menarik saham mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀᴇʟᴜᴍ
Teen Fiction✨Series kedua dari ᴍᴇᴛᴀɴᴏꞮᴀ✨ Duka itu akan selalu ada, terpatri di dalam hati. Dari setiap cerita yang diulang, akan selalu menghantui. Tapi baginya, tidak ada kata sembuh. Karena terkadang, sakit itu kembali kambuh. Rekaman yang Cael temukan, menj...