15| Selimut Duka

32 6 49
                                    

🌹

Kematian akan selalu meninggalkan selimut duka.
Hanya yang kuat yang bisa merelakan.
Itu pun terpaksa melawan arus kerinduan.
Karena yang dicinta akan selalu ada di sana.
Mengisi setiap kenangan
Yang terpatri dalam jiwa

🥀🥀

Dalam perjalanan menuju parkir, Cael menelpon Om Haris. Ia tak bisa lama-lama di rumah sakit. Ibunya harus mendapatkan penanganan terlebih dahulu. Bukannya Cael tidak peduli pada Sera, namun jika ada hal buruk menimpa gadis itu, Farhan akan menjadi target yang patut dicurigai.

"Om di mana?" tanya Cael langsung setelah sambungan diangkat.

"Om masih di kantor. Om bisa minta tolong ya, kamu jagain Sera..."

"Maaf Om," sela Caelum. "Mama tiba-tiba kambuh, aku harus bawa dia ke klinik tempat Mama biasa berobat."

Tarikan napas tajam terdengar, "ya ampun! Kok bisa?"

Cael mengembuskan napas kalut, "aku juga nggak tahu, Om." Ia sudah berada di lobi. Lima meter lagi menuju pintu keluar. 

"Om juga ada masalah di kantor!"

Kening Cael mengernyit dalam, "masalah apa Om?"

"Ada yang membobol brangkas... hampir aja mereka berhasil. Masih untung security langsung gercep, jadi mereka langsung kabur sebelum benar-benar bisa membuka kunci brankas."

Mereka? Siapa orang-orang ini? Ah, kenapa semuanya terkesan kebetulan. Cael curiga, ini semua pasti sudah direncanakan! Siapa targetnya? Apa benar Sera...

Cael mendecih pelan, "jadi Om dari tadi masih di kantor?"

"Iya Om pulang tadi subuh. Mama kamu datang gantikan Om. Pas Om mau balik ke rumah sakit, ada telepon urgen ini yang datang."

Ini benar direncanakan! Cael mendecih pelan. Tiba-tiba saja dia merasa kasihan pada Sera. Bagaimana pun, dia menjadi penyebab Sera masuk rumah sakit! "Terus sekarang gimana Om? Aku..."

"Kamu pergi aja urus Mama kamu. Om telepon Lea, siapa tahu dia bisa jagain Sera."

"Ya udah Om, aku tutup dulu teleponnya."

Usai Cael meletakkan kembali ponsel ke dalam saku, ia berbalik, kembali menuju lantai lima.  Ia sedikit berlari, melewati perawat yang sedang mendorong pasien lainnya di lorong panjang itu.

Tiga ruangan menuju kamar rawat Sera, langkah Cael terhenti. Kedua sorot mata itu menatap sengit, di balik kacamata bulat yang menyembunyikan rasa kesal.

"Pasien dua jam kedepan, bisa istirahat. Saya memberikan obat penenang," ucap Dokter Farhan, setelah jarak mereka tak cukup jauh. 

"Terima kasih," ucap Cael datar.

Dokter Farhan berlalu. Jika ia menyuntikkan racun pun, Cael tidak akan tahu! Karena ketika ia melangkah ke dalam ruangan, ia hanya melihat Sera tengah terlelap.

Cael jadi teringat, masalah Sera dengan Bella diketahui olehnya dari Jevin.

Ya, pria itu lumbung informasi! Pria jangkung itu bertahan teman dengan Iqbal, karena mereka sudah berteman sedari kecil. Jevin pikir, kenakalan Iqbal hanya sesaat. Ketika ia dihadapi dengan hukuman sosial dan penjara, ia pikir Iqbal akan berubah. Namun bajingan itu semakin jauh dari kata tobat.

Ya, sebelumnya, Iqbal pernah mendekam di penjara. Kasus pelecehan. Sialnya, bajingan itu keluar hanya dalam masa dua bulan kurungan! Dan korban yang dilecehkan menghilang tanpa kabar setelahnya!

ᴄᴀᴇʟᴜᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang