20| Menjebak

61 17 130
                                    

🌹

Meski masa lalu menghantui malamku
Membuka ruang tak kasat mata di pikiranku
Ruangan penuh dengan kekecewaan dan pilu
Nan memenjarakanku dalam harapan semu

🥀🥀

Kumpulan awan gelap membentang di langit sore. Bunyi gemuruh menjadi pertanda, sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi. Alunan musik akustik barat menambah suasana sendu, membuat Caelum hanyut dalam ritme. Ia mengulurkan tangan, menaikkan suhu mobil yang semakin dingin membelai kulit.

Cael melirik gadis di sebelahnya. Elra menyandarkan kepala pada kaca mobil. "Kamu langsung pulang?"

Elra menghela napas berat, kemudian sedikit memalingkan wajahnya ke sisi kemudi. "Kamu mau ke suatu tempat?" Elra balik bertanya.

"Kita makan bakso yuk," celetuk Agetha. Gadis itu memajukan posisi duduknya. Kemudian menyempilkan kepalanya di tengah-tengah.

Meski berbeda mata kuliah, jam kelas Cael dan Elra sama. Ketika menunggu gadis itu di parkiran, Elra tidak sendirian. Dia bersama Agetha, sahabatnya.

"Apa tadi, gue naik ojol aja ya. Malah jadi nyamuk gue," rengut Agetha sambil memajukan bibirnya. "Tapi sekali-kali, nggak papa ya kan Ra! Itung-itung pajak jadian!" tawa menggoda Agetha terdengar menggelitik telinga.

Cael hanya tertawa kecil, melirik Elra yang memalingkan wajahnya ke belakang. Gadis itu mendengus saat matanya bertemu dengan Agetha. "Sok nolak lo! Gue suruh lo pulang sama abang ojol, pasti lo menye-menye minta dianterin," canda Elra.

Agetha tertawa, "tau aja lo!" gadis tembem itu menepuk sandaran kursi kemudi. "Oh ya, gue mau nanya sama pacar sahabat gue ini!"

"Ish, alai lo!" balas Elra, terdengar sengit. "Biasa aja, bisa nggak sih Ta?"

"Eh... mana bisa!" jawab Agetha dengan kekehan pelan.

Cael ikut tertawa mendengar pertengkaran konyol keduanya. "Mau nanya apa?"

Agetha menarik napas dalam, "bener lo nyimpen kalung Elra?"

Cael mengangguk, teringat kalung yang sekarang masih menempel di lehernya. "Elra cerita ya, sama lu." Bukan pertanyaan yang Cael lontarkan, itu pernyataan. Karena ia tahu, jika mereka sahabatan, pasti hanya sedikit rahasia yang tersimpan di antara keduanya.

"So sweet banget tau nggak sih!" ujarnya histeris. "Kalau tau cowok ganteng yang lagi nangis itu lo, mending gue yang ngomong kali ya..." tawa tercekat terdengar di ujung kalimatnya.

Elra kembali menoleh ke belakang, "nyesel kan lo!" kekehnya pelan.

"Iya sih. Tapi gue juga emang nggak tau mau ngomong apa! Secara suara gue waktu itu cempreng banget." Agetha menarik napas tajam, "lo tahu kan Ra? Kalau gue ngomong kek gimana?"

"Iya, ya!" sela Cael, "gue udah denger sekarang. Masih kenceng kok!" ujarnya sambil tertawa pelan.

Agetha mendengus, "mungkin yang ada Cael langsung pergi ninggalin gue!"

"Yang ada, lo yang ninggalin gue, Geth!" balas Elra.

Cael teringat, saat ia bangun ke posisi duduk, "ah... gue emang lihat bocil SMP lari ke balik pohon besar," Cael melirik Agetha dari kaca spion tengah. "Berarti itu Agetha." Cael membelokkan kemudi menuju tempat bakso yang sudah dua kali ia kunjungi.

Agetha bergumam cukup keras, "nah iya kan Ra! Cael lihat gue! Makanya gue kabur..."

Ponsel Cael berdering. Tanpa melihat ke layar, ia sudah bisa menebak siapa yang menelponnya. "Gue nepi dulu mobilnya sebentar ya."

ᴄᴀᴇʟᴜᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang