🌹
Jika saja mudah untuk melupakan
Tanpa adanya paksaan untuk merelakan
Akan aku hapus kenangan
Yang masih terasa menyakitkan🥀🥀
Angin yang tiba-tiba berembus kencang menerbangkan dedaunan kering. Bunyi gemuruh terdengar nyaring. Cael menoleh ke atas, menatap awan gelap yang memenuhi cakrawala. Pertanda sebentar lagi hujan akan turun membasahi dunia.
Tiba-tiba Caelum mengingat satu kemungkinan. Dan hal itu mengganggunya.
Pasti Lea mengetahui apa yang terjadi saat Clarice disekap oleh Iqbal, tidak heran jika Om Alvaro ingin membungkam gadis itu. Kedatangan pria itu sendiri ke rumah lama sudah sangat janggal. Cael tahu, Om Alvaro tidak punya waktu untuk mengurus hal sepele dengan kedatangannya sendiri.
Kemungkinan apa lagi yang membuat pria itu repot-repot ke sana, selain Lea?
Tanpa menoleh ke sebelah kirinya, Cael membuka pintu penumpang. "Kamu masuk dulu!" ujarnya cepat. Sudut matanya melirik Elra yang tampak kaget dengan perubahan rencana.
Nada suara Cael terdengar mendesak. Membuat gadis berambut pendek itu mengangguk singkat.
"Ada apa?" tanya Elra, usai Cael duduk di kursi pengemudi.
Cael menggaman erat kemudi dengan tangan kirinya. Ia harus menyusun kalimat dengan hati-hati. "Kalau aku langsung ke rumah itu, pasti mereka curiga aku nyembunyiin sesuatu. Kesannya, aku ingin memastikan apakah Lea aman atau enggak."
Elra menggaruk pelipis. "Lea?" tanya gadis itu penasaran.
Cael menggigit bibir bawah. Teringat ia tidak menceritakan apapun mengenai Lea pada gadis di sebelahnya.
"Rahasia lagi ya?" cicit Elra pelan. Meski rahasia itu menjengkelkan, namun ia tahu batas diri.
Kehidupan Cael adalah sebuah misteri. Kuncinya adalah kepercayaan untuk membuka rahasia itu.Sedangkan hubungan mereka, bisa dikatakan masih baru. Bahkan Elra masih dalam proses memahami hubungan yang belum sampai satu bulan ini.
Minggu siang itu, setelah insiden di pesta ulang tahun Sera... Cael menyatakan ingin menjadi pacarnya. Hal yang tidak pernah Elra sangka akan keluar dari bibir pria itu. Tidak ada kata cinta, jika Elra ingat-ingat. Mungkin karena hatinya yang sudah mulai merasa, membuat Elra tidak membuang kesempatan yang datang tiba-tiba.
Elra menggenggam pergelangan tangan kirinya. Mengusap pelan, gelang yang menjadi simbol hubungan mereka.
Awalnya, Cael hanya teman kuliah yang kebetulan sekelas. Takdir mereka terjalin menjadi sebuah kisah dimulai dari kerja kelompok. Sialnya, malam itu, Elra tidak sengaja melihat ibu Cael pulang dengan keadaan mabuk. Setelah hari itu, Cael datang meneror hidup Elra.
Bukan jenis teror secara nyata. Namun kehadiran pria itu membuka ruang yang memberikan kesan berbeda. Dia bukan lagi pria narsis. Hanya seorang pria yang menanggung derita dari kejadian masa lalu.
Di saat Elra berpikir bahwa hidupnya sungguh malang karena ditinggal orang tua, Cael justru melewati derajat kemalangan itu. Pria itu kehilangan saudara yang sangat disayanginya.
Hubungan Cael dengan ibunya juga tidak begitu sehat. Meski ia terlihat bergelimang harta, nyatanya itu semua tidak terlalu berarti bagi pria itu.
Caelum menghela napas berat. Tidak ada salahnya ia menceritakan sedikit masalah yang sedang ia hadapi sekarang. "Sera tahu apa yang terjadi dengan Aris. Tapi dia nggak mau buka suara," mulai Cael. Napasnya tertahan, saat pikirannya kembali mengingat ekspresi takut pada wajah pucat Sera di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀᴇʟᴜᴍ
Teen Fiction✨Series kedua dari ᴍᴇᴛᴀɴᴏꞮᴀ✨ Duka itu akan selalu ada, terpatri di dalam hati. Dari setiap cerita yang diulang, akan selalu menghantui. Tapi baginya, tidak ada kata sembuh. Karena terkadang, sakit itu kembali kambuh. Rekaman yang Cael temukan, menj...