🌹
Sekarang aku memahami
Mengapa Tuhan menciptakan makhluk berpasangan
Karena jika aku sendiri
Dunia akan terasa begitu menyesakkan🥀🥀
Di tengah perjalanan Caelum ke rumah sakit, telepon dari rumah membuat jantungnya kembali bergemuruh. Dengan cepat, Cael mengambil airpod. Ia menyentuh benda itu untuk mengangkat sambungan telepon. "Halo Bi."
"Mas Kel, anu..."
Suara cemas di seberang membuat jantung Cael terasa berhenti. Pikirannya langsung tertuju pada Amanda. "Mama baik-baik aja kan Bi?"
Helaan napas panjang terdengar dari seberang telepon, "Ibu nggak nyaut dipanggil dari tadi," cicit wanita paruh baya itu.
Pegangan Cael pada kemudi mengerat. Rasa cemas membuatnya kesulitan untuk mengambil napas dalam. "Aku langsung ke rumah sekarang Bi. Bisa minta tolong sama Pak Jef untuk buka kamar Mama? Buka paksa aja Bi."
"Baik Mas Kel."
"Mama kamu kenapa? Sampai suruh buka paksa gitu kamarnya?" tanya Elra, usai Caelum mematikan sambungan telepon.
Cael menggeleng cepat, "aku nggak tahu!" jawabnya kalut. "Tadi aku ke kampus, Mom masih tidur."
Nada cemas dalam suara itu membuat Elra memutar tubuhnya, menghadap ke arah Cael. "Terus sekarang nggak bangun-bangun? Atau gimana?"
Ah, kemarin Caelum tidak mengatakan apapun mengenai kejadian di rumah sakit pada gadis di sebelahnya. "Mama aku ke rumah sakit kemarin, jagain Sera. Mama ditelpon Om Haris, soalnya ada masalah di kantornya. Ada yang bongkar brangkas perusahaan, dan untung aja blom berhasil ambil surat-surat penting."
Mobil putih itu berhenti, dengan barisan kendaraan lainnya yang menunggu kereta api untuk lewat. Cael ingin putar arah, namun jalanan di sini sempit. Ia harus melewati jalan di depan sana, baru bisa memutar laju kemudinya.
Ia melirik ke sebelah kiri, pada Elra yang menatapnya dengan ekspresi bingung. Cael menimbang, apakah dia akan ceritakan secara menyeluruh atau tidak. Dia tidak ingin membuat gadis manis itu merasa kesal karena Cael membawa buket bunga untuk Sera.
"Selagi aku dalam perjalanan ke rumah sakit, Mama nungguin aku di lobi." Kalimat itu tidak sepenuhnya bohong! Cael memang dalam perjalanan ke rumah sakit, namun untuk yang kedua kalinya. "Tadi Bang Raka bilang..." Caelum menghentikan kalimatnya. Tersadar ia tidak menanyakan bagaimana bisa Raka mendapatkan rekaman CCTV itu!
"Bang Raka? Siapa dia?" tanya Elra penasaran. Gadis itu sedikit mendorong tubuhnya ke depan, menatap Caelum dengan sorot bingung.
Caelum berdehem pelan. Ia keceplosan mengatakan nama itu. "Dia detektif swasta yang Papa aku bayar untuk cari informasi soal kasus Clarice. Tapi ya selagi dia mengumpulkan informasi, kasus di dalam keluarga aku tambah lebar aja." Cael menggaruk pelipisnya, "kamu jangan bilang ya, sama Redo, kalau aku sewa..."
"Aku nggak bakal bilang ke dia!" sela Elra, sambil menggeleng cepat. "Bang Raka bilang apa?"
"Ada dokter yang ngasih jus ke Mama. Dalam jus itu ada obatnya. Kemarin aku sudah cek ke..." deringan ponsel membuat Caelum menghentikan kalimatnya. Nama pada layar membuatnya dengan cepat mengangkat sambungan. "Halo, Mah..."
Gumaman pelan di seberang membuat Caelum menghembuskan napas lega. "Mama nggak papa?"
"Iya, Mama nggak papa. Mama cuman ketiduran lagi tadi habis minum obat."
Cael menyandarkan tubuhnya ke belakang, sekali lagi menghela napas dalam. "Iya tadi Bi Gis nelpon aku. Katanya Mama belum bangun."
"Kamu udah selesai kuliah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀᴇʟᴜᴍ
Teen Fiction✨Series kedua dari ᴍᴇᴛᴀɴᴏꞮᴀ✨ Duka itu akan selalu ada, terpatri di dalam hati. Dari setiap cerita yang diulang, akan selalu menghantui. Tapi baginya, tidak ada kata sembuh. Karena terkadang, sakit itu kembali kambuh. Rekaman yang Cael temukan, menj...