23| Praduga

29 6 34
                                    

🌹

Segala cara sudah aku lakukan
Hingga aku merasa lelah berupaya
Namun sialnya semua kutukan
Memaksaku untuk terus melangkah dalam bahaya

🥀🥀

Praduga bahwa Raka bersekongkol dengan Iqbal, membuat Caelum mengepalkan tangannya karena geram. Memang ia baru mengenal pria itu empat bulan silam, namun dalam waktu sesingkat itu, Raka berhasil mengumpulkan bukti yang krusial.

Namun sialnya, bukti itu masih belum bisa meyakinkan polisi untuk kembali membuka kasus Clarice. Akibat kematian gadis itu dikarenakan keterlambatan penanganan medis. Detailnya dijelaskan bahwa Clarice mengalami gagal jantung.

Ayah Elra terseret menjadi tersangka, yang hanyalah tumbal dari Iqbal. Setidaknya itu yang baru Caelum pahami. Mengingat perkataan Elra, jika ayahnya mau menolong Clarice, apakah gadis itu masih bisa hidup sampai saat sekarang ini?

Mungkin saja.

Meski Cael tidak menginginkan pemikiran itu saat ini. Karena kenyataannya... Clarice telah tiada. Dan Cael sama sekali tidak tahu apa yang terjadi malam itu. Apa yang membuat ayah Elra bungkam. Mengapa pria itu mau menerima tuduhan, yang terkesan terlalu berat diberikan padanya.

"Iya juga ya!" seru Redo. Pria jangkung berkacamata itu berdiri. Keningnya mengernyit dalam, "berarti lu kenal sama dia?" tanya Redo. Sorot mata penasaran itu tertuju pada Cael.

Tangan Cael terulur, memberikan kembali ponsel pada Redo. "Dia detektif swasta yang bokap gue bayar," jelas Cael datar. Memikirkan Raka yang bertemu Iqbal tanpa sepengetahuan Cael, kembali membuat jantung pemuda itu berdetak cepat. Tentu saja ia merasa kesal.

Kesal karena Raka terkesan menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

"Detektif yang bokap lu bayar?" ulang Redo. Nada suaranya terkesan tinggi. Jelas tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. "Gila!" Redo meremas rambut ikalnya. Bibir itu terbuka, di saat tubuhnya kembali terempas, duduk di atas bean bag.

"Ngapain dia sama Iqbal?" tanya Elra. Pertanyaan serupa juga berputar di benak Cael. Meski ia sangat ingin menyangkal apa yang ia lihat di ponsel Redo.

"Lu ketemuan sama Iqbal, ngapain?" Sebelah alis Cael terangkat, "kalian bahas apa?"

Redo berdehem pelan. Tidak hanya Cael yang menatapnya curiga, Elra juga melirik tajam ke arahnya. "Lo kok akrab gitu sama Iqbal? Apa yang lo rencanain sih? Huh!" tanya gadis itu.

"Gue nggak rencanain apa pun," ujar Redo cepat. "Gue ketemuan karena Iqbal ingin tahu di mana Cael nyembunyiin Rizky."

Cael saja tidak tahu di mana keberadaan bajingan itu sekarang! Menilai dari raut waspada Redo, sepertinya ada yang pemuda itu sembunyikan.

Apa pertanyaan itu hanya untuk memastikan, bahwa Rizky tidak lagi bekerja untuk Cael? Terakhir ia bertemu Rizky, lebih dari dua minggu yang lalu. Namun jika benar Iqbal mengenal Raka, dan hanya Tuhan yang tahu apa yang mereka bicarakan... bisa saja Raka membeberkan pertemuan di taman itu.

"Gue tahu, lu punya alamat Bella," ujar Cael. Di sebelahnya, Raka dan Jevin saling lempar tatap. "Dan gue juga tahu, lu yang nyimpan draft video Iqbal."

Rizky menggertakkan rahangnya. Tinju itu sudah bulat di pangkuannya. Saat ia hendak berdiri, tangan Jevin terulur. Menekan bahu kurus Rizky.

"Lepasin gue!" maki Rizky. Sorot matanya terlihat memerah. Tubuhnya menggigil pelan. Ia merasakan arus adrenalin melonjak. Membuat jantungnya bergemuruh hebat. Ia sangat ingin meninju Cael, menghapuskan seringaian kecil itu. Karena bagi Rizky, senyum itu terlihat congkak!

ᴄᴀᴇʟᴜᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang