32| Terpenuhi

47 12 56
                                    

🌹

Andai aku tahu, itu semua hanyalah sandiwara
Dia pandai memainkan karakter yang diliputi lara
Seolah hidupnya sebatang kara

🥀🥀

Pikiran untuk membeli gelar sarjana mulai terlintas di benak Caelum. Ia berada pada titik lelah, di mana harus membagi waktu dengan urusan pribadi dan kuliah. Ia ingin cepat-cepat pulang, bertemu dengan ibunya untuk menyelesaikan dua masalah. Yang pertama, mengenai pinjaman, dan yang kedua mengenai hubungannya dengan Sera.

Caelum bahkan sudah menyusun rencana cadangan untuk ibunya yang hedonis itu. Ia akan menyuruh wanita berumur tiga puluh delapan tahun itu menjual pakaian, tas, atau sepatu branded yang hanya menghuni lemari. Sedangkan masalah Sera, ibunya tidak boleh ikut campur mengenai kisah asmaranya. Dan jika ibunya tidak mau menuruti permohonan Cael, ia terpaksa meninggalkan wanita itu untuk hidup sendirian.

Hubungan Cael dengan ibunya bisa dikatakan love and hate. Cinta karena masih adanya rasa khawatir, benci karena sifat Amanda yang hedonis dan terkadang egois. Di saat Cael mencoba menata sedikit saja kehidupan pribadinya, Amanda membuktikan karakter egoisnya dengan menjodohkan Cael demi menyelamatkan bisnis. Namun ketika ibunya bersedih dan meracau di kala mabuk, Cael tidak tega melihat air mata jatuh di pipi tirus sang ibu.

"Untuk tugas proposal, saya harap masing-masing kalian mengerjakannya dengan niat, ya! Karena tugas yang kalian buat itu, kalau bagus... nantinya bisa kalian ajukan untuk judul Skripsi kalian. Kalau kalian orang yang cerdas, pasti nggak mau kerja dua kali," ujar Bu Hanum dengan suara halus namun tinggi.

Perkataan dengan nada sarkasme itu menyadarkan Caelum dari lamunannya. Ia melirik judul proposal yang tertera pada kertas putih di atas mejanya. Peran Influencer dalam Mempromosikan Gaya Hidup Sehat di Instagram. Tadi, sebelum Bu Hanum masuk ke kelas, Resa menyodorkan makalah berisikan proposal penelitian kuantitatif itu pada Caelum.

Dua minggu yang lalu, Caelum meminta Resa untuk membuatkan tugas itu. Awalnya, Caelum ingin membayar jasa gadis berambut pendek itu, namun Resa menolaknya. "Gimana kalau bayarannya diganti dengan tiket bioskop aja?" Ketika itu, Caelum menyetujui tawaran Resa. Namun sekarang, rasa bersalah muncul di hatinya saat mengingat satu sosok yang akan kecewa jika mengetahui Cael pergi ke bioskop dengan perempuan lain.

"Bagi yang udah siap tugasnya, bisa dikumpulkan sekarang. Bagi yang belum, sebelum jadwal ujian dengan mata kuliah saya, kalian sudah harus mengumpulkannya!" Caelum mengoper makalah pada Verdika yang melangkah melewati bangkunya.

Bu Hanum mengambil tas, dan mendekap map merah. Sorot matanya tertuju pada pemuda yang duduk di sudut barisan depan kelas. "Jevan, kamu bawa proposalnya ke ruangan saya. Oke, kelas hari ini saya sudahi. Assalamualaikum."

Sepeninggal Bu Hanum, kelas mulai riuh dengan obrolan. Jevandra, selaku ketua angkatan, melangkah ke depan kelas. Pria tinggi berkulit sawo matang itu memukul papan tulis. Riuh obrolan perlahan mulai mereda. "Sebelum pulang, gue mau ingatin iuran acara untuk kemah Jumat depan. Hasan," panggil Jevandra. Sebelah alisnya terangkat, tangan kanannya melambai, menyuruh Hasan ke depan kelas.

Hasan berdiri di depan kelas. Ia mengangkat kacamata dengan sebelah tangan, sementara ponsel di tangan kirinya. Jevandra menepuk bahu Hasan pelan. "Berapa orang yang baru kirim dana?" tanya Jevandra.

Hasan mengedarkan pandangan, menatap kelas dengan tatapan gugup. "Baru lima orang. Dari angkatan 21, laporannya 43 per 95. Angkatan 22, belum ada laporan."

Jevandra mengangguk cepat, lalu ia menyuruh Hasan kembali duduk. "Lima orang dari delapan tiga," ia mendecih. "Sekarang, gue minta yang bisa transfer, langsung bayar ke akun dana untuk kemah yang dikelola oleh Hasan! Yang udah, boleh pulang. Yang belum atau nggak bisa bayar sekarang, kasih gue alasan logis atau janji manis kapan kalian akan bayar, baru boleh pulang."

ᴄᴀᴇʟᴜᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang