7| Lupa

33 9 49
                                    

Karena raganya hanya cangkang kopong
Yang tak memiliki keinginan untuk hidup
Agar api dendam itu tak redup
Terpaksa ia hadapi realita dengan omong kosong

🥀🥀

⚠️ Kata-kata kasar,
untuk sebagian orang terkesan vulgar.
•••

Caelum menarik senyum kecil, saat ia menyaksikan kericuhan di sekelilingnya. Ia menarik napas dalam, mengatur agar ekspresi linglung, terkesan tak percaya, kembali terukir di wajah tampan itu.

Beberapa tamu undangan menatap ke arahnya dengan ekspresi kasihan. Beberapa tampak mencemooh dengan senyum kecut dan mata merendahkan. Bukan pada Cael, namun pada gadis yang tak sadarkan diri di pangkuannya. Ia juga mendengar beberapa kalimat hinaan, terlontar begitu merendahkan.

"Polos-polos, jalang juga ternyata."

Ini yang Clarice rasakan dulu, saat Sera dan geng biadabnya mempermalukan gadis itu. Tepat di acara pesta Sera yang ke 16 tahun! Penghinaan itu menghancurkan mental Clarice yang sudah rapuh.

"Kok gue nggak diundang?" tanya Cael. Jari-jarinya masih sibuk, menjalin serapi mungkin, rambut Clarice yang panjang. Sesekali, lirikan matanya diarahkan pada ponsel yang terletak di atas meja. Layar itu menampilkan video tutorial.

Clarice mengangkat bahunya, membuat jalinan itu sedikit merenggang. "Lu jangan bergerak dong!" ujar Cael kesal. 

"Ish, lama banget sih lo!" rengut Clarice.

Cael melepaskan tangannya, lalu mendorong pelan bahu gadis itu. "Jalin aja sendiri!" dengusnya sebal. 

Clarice langsung memutar tubuhnya, menatap Caelum dengan mata lebar yang dibuat sedih. Bibirnya juga melengkung ke bawah. "Tega banget sih... masa..." suara itu sengaja dibuat bergetar.

Cael mendecih pelan. Ia meletakkan tangan di pundak Clarice, lalu memutar tubuh gadis itu agar kembali menghadap cermin. "Makanya jangan banyak gerak!" jari-jarinya kembali sibuk memilin rambut halus itu. "Dan lo nggak jawab pertanyaan gue!" imbuh Cael.

Clarice mendecih. Ia mengembuskan napas berat sebelum menjawab pertanyaan Cael. "Iya... aneh sih. Secara, dia suka ama lo! Gue dengar, dia cuman ngundang cewek aja. Makanya acaranya kek di pergantian hari gitu. Makanya kita nginap di sana! Karena besok di sekolah, bakal dirayain gitu." Clarice tertawa pelan.

Cael melirik cermin, mendapati ada yang berkilau di sudut mata kembarannya. "Jangan iri ya..." ujar Cael pelan. 

Clarice merengut, ia kembali tertawa pelan. "Apaan sih! Gue nggak..." kalimat itu terhenti. Gadis itu mengusap wajahnya kasar. Lalu ia membuka mata lebar, mendapati sorot mata Cael yang menatapnya penuh simpati.

Cael tahu, Clarice juga mau pesta ulang tahun yang megah seperti itu. Namun apa yang bisa ia lakukan, di saat keluarganya tidak bisa menghamburkan uang seperti dulu lagi.

Empat tahun lalu, Sera menghancurkan hati Clarice. Membuat gadis itu malu dengan skandal yang serupa. Namun jelas berbeda.

Clarice menggunakan kamisol tipis, kedua matanya tertutup rapat. Yang membuat foto itu tampak menjijikkan, adalah ciuman di leher gadis itu. Dengan lengan yang memeluk Clarice dari belakang.

Ini jebakan! Foto itu diambil saat Clarice tak sadarkan diri, ketika ia dan temannya berlibur ke puncak.

Ah... waktu itu, Caelum masih naif.

Dia percaya pada Sera yang masih saja berkilah. "Party gue dirusak oleh Iqbal! Dia yang menyabotase ini semua Lum! Gue nggak tahu siapa pria yang di foto itu!"

ᴄᴀᴇʟᴜᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang