🌹
Meski hanya tiga kata yang terlintas
Cukup meninggalkan rasa yang berbekas
Karena cerita kita seperti utas
Yang akan bersambung tanpa batas🥀🥀
Bunyi alarm membuat Cael tersentak. Reflek membuatnya mengulurkan tangan, mengambil ponsel pada meja kecil di samping tempat tidurnya. Kedua pelupuk mata itu masih berat, namun terpaksa ia buka untuk menatap layar.
6.35 AM.
Pemuda itu mengembuskan napas lega, saat melihat tulisan sunday, pada layar ponselnya. Caelum meregangkan tubuh, bunyi derdetak pada tulang persendian, membuatnya mendesah senang.
Ia menarik dirinya ke posisi telentang, menatap hampa pada temaram plafon putih itu. Pikirannya masih di awang-awang, saat Cael mendengar pintu kamarnya diketuk keras.
Ibunya pasti menggedor pintu dengan merentangkan telapak tangannya. Bunyi pukulan itu terdengar gaduh. Tidak nyaring seperti ketukan pintu dengan buku jari.
Caelum menghirup napas dalam, sebelum kembali menarik selimut. Tidur lagi merupakan opsi yang bijaksana. Daripada ia membuang energi demi membela diri. Karena ia tahu, ia akan berdebat lagi dengan ibunya.
Apa tidak cukup, tadi malam wanita itu menamparnya?
Setelah aksi dramatis itu, Amanda langsung memeluk Sera yang histeris. Caelum langsung melangkah, meninggalkan kedua wanita itu dengan sikap apatis. Ia tak peduli lagi, dengan segala teriakan dan makian dari ibunya.
"Caelum!" sorak Amanda. Gedoran kembali terdengar, "buka pintunya!" tabuhan lainnya terus terdengar.
Caelum tidak memperdulikan panggilan itu. Ia semakin bergelung, memeluk gulingnya erat-erat.
Sekitar pukul sembilan, pemuda itu sudah rapi dengan setelan sweater abu-abu polos dan jeans dark blue. Ia berencana untuk pergi ke rumah Elra. Rencananya menemui gadis itu masih abstrak. Karena terakhir kali Caelum menyinggung ayah gadis itu, Elra begitu keras kepala. Ia bersikeras untuk tidak mau bertemu dengan ayahnya!
Cael mengembuskan napas berat, sekali lagi menatap pantulan di cermin dengan sorot kesal. Ia terpikir sebuah rencana yang terkesan klasik.
Membuat gadis itu menyukainya, lalu mengarahkan narasi agar Elra mau membuat ayahnya bicara. Ia ingin tahu, apa yang terjadi malam itu, ketika Pak Bayu bertemu dengan Clarice. Apa yang membuat Pak Bayu bungkam, sehingga mau saja menerima tuduhan penyekapan itu.
Meskipun sisi lain dari dirinya, tidak mau bersikap naif. Caelum mengakui ada rasa yang tak bisa diutarakan kata, yang mulai tumbuh di hatinya.
Dan Cael tahu, dari tatapan gadis itu semalam... bagaimana ia menatap Sera dengan raut kesal. Bagaimana ia sendiri merasa kesal, saat melihat Iqbal mendekati Elra!
Tentunya perasaan ini tidak muncul dengan sendirinya. Ada beberapa hal yang membuat Caelum mulai menyukai kehadiran gadis itu di sisinya.
Satu bulan yang lalu, ia dan Elra menolong Marvel, anak korban kebakaran di dekat rumah gadis itu. Kepedulian Elra pada bocah yang bahkan baru ia kenal, menumbuhkan ketertarikan di pikirannya.
Seketika, membuat Caelum hampir lupa, bagaimana besarnya kebencian Cael terhadap Pak Bayu. Tidak adil memang, ikut menyalahkan Elra, di saat ayahnya yang membuat kesalahan.
Bagaimana pun, Caelum hanya terbawa perasaan. Dan sekarang, ia harus fokus untuk mendapatkan lebih banyak bukti. Karena ia harus segera membuka ulang kasus Clarice.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀᴇʟᴜᴍ
Teen Fiction✨Series kedua dari ᴍᴇᴛᴀɴᴏꞮᴀ✨ Duka itu akan selalu ada, terpatri di dalam hati. Dari setiap cerita yang diulang, akan selalu menghantui. Tapi baginya, tidak ada kata sembuh. Karena terkadang, sakit itu kembali kambuh. Rekaman yang Cael temukan, menj...