22| Dalam Rasa

34 6 41
                                    

🌹

Penyesalan tak merubah keadaan
Walau hanya sebatas angan-angan
Karena jika waktu berputar kembali
Takdir kelam akan terus menghantui

🥀🥀

Jalanan macet di sore hari. Terlebih sepanjang jalan menuju simpang utama. Butuh waktu kurang lebih empat puluh lima menit, hingga akhirnya Caelum sampai di rumah Elra.

Melihat Elra sudah menunggunya di depan rumah, membuat senyum terulas di bibir Cael. Setelah ia melepaskan seat belt, ponsel Caelum berdering. Matanya membulat lebar saat menatap nama Joana di layar.

Ah, sudah lebih satu minggu dia tidak menghubungi ayah dan keluarga sambungnya di Amsterdam. Terlebih, Joana, adik perempuannya yang masih berusia tiga belas tahun, sering menelpon Cael. "Halo, Jojo..."

Senyum berlesung pipi Joana terlihat lebar di layar. "Halo brour*."

Caelum menarik senyum tipis. Ia melirik ke teras rumah, pada Elra yang sekarang menatap lurus ke mobilnya. "Hmm, I'll call you later, is that okay?"

Joana mengernyitkan kening, "why?" Hidung mancungnya ikut mengernyit, di kala sorot mata biru itu sedikit dipicingkan.

"I... you see..." Cael memutar kamera belakang, memperlihatkan Elra yang sekarang sudah berjalan mendekati pagar rumahnya.

"Ouh..." Joana terkekeh pelan. "I wanna talk to her!" ujar Joana histeris. "You never show off! I want to know your girlfriend." Tawa genit terdengar di ujung kalimatnya.

"Not today. Sorry. But I promise you, soon."

Joana merengut. "Call Papa then! He misses you so much. Last time, you didn't talk longer than you usually do."

Terakhir Caelum menelpon ayahnya, sekitar dua minggu yang lalu. Dan Joana benar, dia hanya menanyakan kabar, lalu telepon dimatikan. Waktu itu, Cael sedang bertemu dengan Bang Raka dan Jevin.

"Oke. I'll call him later."

"Oke, then... bye." Joana menarik napas tajam, "oh! Did you really don't let me speak to your girlfriend?" Wajah itu kembali cemberut.

Caelum menoleh, melihat Elra yang sudah berdiri di samping pintu mobilnya. Ia menghela napas berat, sulit menolak permintaan adiknya yang manja ini. "Wait..." Cael membuka pintu. Ia Mengambil langkah cepat menuju pagar.

Elra terpaku berdiri di tempat. Mata almond itu menatap lebar, "kamu ngapain di dalam?"

"Joana nelpon. Dia mau ngomong sama kamu," Cael menggoyangkan ponsel yang ia dekap di dada.

Elra menarik napas tajam. Ia menggaruk pelipisnya, mengalihkan tatapan dari tatapan Caelum. "Hmm... boleh deh," ujarnya pelan. Elra mengulurkan tangan, meminta ponsel Cael.

"Bentar aja kok," balas Cael sambil mengangkat ponsel, mengarahkan layar ke hadapan Elra.

Senyum gadis itu langsung tertarik, "oh my god! You so pretty!" ucap Joana antusias.

Kekehan pelan terdengar, di saat Elra melirik Cael yang ikut tersenyum. Lengan pria itu merangkul pundaknya, membuat Elra reflek menahan napas. Ia tak pernah berjalan bersisian, dengan lengan mereka saling bersentuhan.

Mencoba mengalihkan rasa gugup, Elra berdeham pelan. Ia menatap layar ponsel, "thank you. Hm, you look pretty too!"

"Yeah? But not as pretty as Clarice. If you know her, you would say that..." kalimat Joana terhenti, karena Cael kembali merenggut ponsel dari tangan Elra.

ᴄᴀᴇʟᴜᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang