BS || 21

15 2 0
                                    

"Makkah Clock Royal Tower, A Fairmont Hotel? Are you kidding, Mas?" ucap Qalbi yang tanpa henti mengucapkan rasa syukur, karena merasa beruntung dapat menginjakkan kaki di tempat yang luar biasa indah ini. "Aku lagi ngga bercanda, sayang. Suka, hem?" tanya Qabil tanpa melepaskan rangkulan erat tangannya di pinggang istrinya. Tatapan lembutnya, tidak pernah lepas memandangi wajah Qalbi, padahal pemandangan indah di depan sana terpampang nyata.

"Of course I like it. It's my dream, Mas." Qalbi menjawab suaminya dengan antusias. "Bagaimana mungkin aku ngga suka? Makkah Clock Royal Tower, A Fairmont Hotel adalah salah satu bangunan tertinggi di dunia dengan 76 lantai, 1299 kamar, dan 56 lift. Letaknya yang berada di depan Masjidil Haram, tepatnya di pintu bab Malik Abdul Aziz, itu memberikan kita view kabbah dengan cara yang indah," ungkap Qalbi terdengar begitu takjub.

Qabil terkekeh mendengar penjelasan istrinya. "My smart wife. Kalo gini caranya, aku ngga perlu tur guide lagi. I have the best tur guide beside me," ujar Qabil membuat Qalbi mencubit pinggangnya gemas, "ngga yah, aku cuman sempat baca. Emang bener gitu?" Qalbi balik bertanya kepada suaminya, karena takut informasi yang didapatkan kurang akurat. "Maybe, yah. Siapa yang tahu," jawab Qabil yang tentunya tidak membuat Qalbi merasa puas.

Baru saja dirinya hendak bertanya kembali, seorang staf hotel datang dan hendak menuntun mereka menuju kamar yang sudah dipesan oleh Qabil, Luthfi tepatnya. "Kita istirahat dulu sore ini sayang, malam nanti kita dinner, besok baru kita beraktivitas. Setuju?" Qalbi tersenyum mendengar ucapan suaminya, dia suka cara lelakinya dalam memperlakukannya. "Whatever your plan, I agree."

"Oh, really? Buat dedek bayi buat Bunda dan Mamah juga setuju?" pancing Qabil yang membuat Qalbi tersipu. "Bukannya itu rencana utama kamu, Mas?" tantang Qalbi, kemudian berlari menuju kamar mandi. "Ngga asik, ah. Kamu curang," rengek Qabil, sementara Qalbi tertawa pelan, merasa bahagia berhasil kabur dari suaminya. Tanpa dirinya sadari, bahwa tindakannya tersebut membangunkan sesuatu pada diri suaminya. Qabil suka ditantang seperti ini.

***

Indahnya kabbah dari ketinggian menjadi pemandangan dinner mereka pada malam hari ini. Jika Qalbi tiada hentinya memandang pemandangan di bawah sana dengan perasaan takjub, maka berbeda dengan Qabil yang justru memandang istrinya sebagaimana dirinya memandang Qalbi pada sore hari. Baginya, keindahan yang ditampakkan oleh istrinya lebih menarik perhatiannya dibandingkan pemandangan di bawah sana.

"اعذرني،" Suara lembut tersebut menyentak Qabil dari lamunannya menatap istrinya. Seorang pelayan yang sedari tadi berdiri di pojok sana, menghampiri. "هل يمكنني طلب آيس كريم إضافي للتحلية؟" ucap Qalbi dengan fasihnya yang bermakna bahwa dirinya meminta tambahan es krim sebagai hidangan penutup. Hal yang baru saja terjadi, membuat Qabil sekali lagi takjub. Selama ini dirinya tidak tahu jika istrinya tersebut menguasai bahasa Arab.

"بالطبع. ما النكهة التي تريدها؟" balas pelayan tersebut, menanyakan rasa es krim yang diinginkan oleh Qalbi. "Matcha please," rasa matcha jawab Qalbi. "Interesting choice. We will present it soon," ujar pelayan tersebut dalam bahasa inggris, kemudian berlalu dari sana. "Aku baru tahu kamu bisa berbahasa Arab," ungkap Qabil. Qalbi tersenyum menatap suaminya, "sebelum belajar bahasa Inggris, aku lebih dulu belajar bahasa Arab."

Mendengar penuturan istrinya, membuatnya merasa bahwa dirinya belum sepenuhnya mengenal seseorang yang saat ini dinikahinya. "Kamu penuh kejutan. Aku merasa masih kurang mengenalmu," rengeknya mengambil tangan istrinya untuk dirinya genggam. "Silahkan bertanya apa pun tentangku, aku akan selalu siap untuk memberimu sebuah jawaban," ujar Qalbi membalas genggaman tangan suaminya. "Kejutan dan rasa takjub lebih menarik bagiku. Jadi, aku memilih mengetahuinya perlahan."

Qalbi mengangguk-anggukan kepala mendengar penuturan suaminya, "interisting husband." Qabil terkekeh, tidak ekspektasi akan mendapatkan julukan demikian. "Kamu sendiri adalah istri yang menarik," ujar Qabil yang mampu membuat Qalbi menyipitkan matanya. "Jadi, kamu cuman tertarik padaku hingga mau menikahiku? Bukan karena falling in love with me?" pancingnya. "Aku seseorang yang tidak pernah memikirkan tentang pernikahan, sayang. Dan atas dasar itu, paksaan Bunda dan Ayah tidak cukup kuat untuk membuatku menikahimu, jika aku tidak jatuh cinta padamu."

Akhirnya, disaksikan oleh penduduk langit dan bumi, di belahan dunia paling indah (makkah), Qabil mencetuskan kalimat itu dari bibirnya. "Aku tidak peduli apakah kamu sudah mencintaiku atau tidak, kamu adalah milikku selamanya," ungkapnya terdengar posesif. "Demi Allah, aku mencintai Tuhanku dari pada segalanya. Jika Allah menakdirkanku menjadi istrimu, pemilik hatimu, pendamping hidupmu, dengan itu aku pula mencintaimu."

Kalimat indah itu mengalun mesra dibibir seorang Qalbi. "Kamu sudah berjanji di hadapan Allah dengan menggenggam tangan cinta pertamaku. Maka, di detik itu hatiku hanya terpaut denganmu. Ana uhibbuka fillah, Qabil Ahmad."

Ungkapan tersebut memberikan sensasi aneh di hati keras seorang Qabil. Membuatnya berdiri dari duduknya, menghampiri istrinya, kemudian membawanya masuk ke dalam pelukannya. Lama mereka berada di dalam posisi tersebut, menikmati detik demi detak jantung mereka. "Kamu siap menjadi istriku seutuhnya, sayang?" tanyanya dengan nada menggeram. "Kamu siap memberikan keluarga kita keturunan yang hebat, sayang?" tanyanya lagi yang dihadiahi cubitan mesra oleh Qabil.

Tanpa Qalbi sadari, dirinya melayang. Qabil menggendongnya ala bridal style menuju kamar mereka. Qalbi yang malu memperlihatkan kemesraannya dengan suaminya di depan umum, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Qabil. Sesampainya mereka di kamar, rupa-rupanya Qabil membawanya menuju kamar mandi. "Kita siap-siap dulu. Jangan lupa wudhu, baru kita salat sunnah dua rakaat," ujarnya menjawab kebingungan Qalbi.

"Dari Abu Waail, ia berkata, "Seseorang datang kepada 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu, lalu ia berkata, 'Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.' 'Abdullah bin Mas'ud berkata, 'Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari setan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan oleh Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan shalat dua raka'at di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdo'alah): اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَهْلِيْ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ، اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي مِنْهُمْ، وَارْزُقْهُمْ مِنِّي، اَللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ إِلَى خَيْرٍ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَّقْتَ إِلَى خَيْرٍ" jelas Qabil kemudian.

"Artinya, Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rizki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rizki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan. Benar begitu, kan?" lanjutnya, kemudian bertanya kepada Qalbi mengenai kebenarannya.

"Iya, HR. 'Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, 6: 191, no. 10460, 10461. Aku speechless loh, Mas." Qalbi tidak mengada-ngada, dirinya benar-benar speechless dengan apa yang dijelaskan dan diketahui oleh suaminya. Inikah lelaki yang katanya jauh dari agama? Nyatanya ketika seseorang sudah berkehendak dan berusaha menjadi lebih baik, tidak ada yang tidak mungkin untuk terjadi.

***

Fyi, aku juga masih belajar banyak soal agama dan bahasa atau pun informasi lainnya di dalam bab ini, guys. Jadi, kalo ada yang keliru dan kalian lebih tahu soal itu, mohon kritik yang membangun dari kalian. Kita bisa sharing di kolom komentar. See you soon,

Sumberhttps://rumaysho.com/15089-doa-hubungan-intim-saat-malam-pertama.html

Bintang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang