💐39💐

15 1 0
                                    

Mereka tak peduli dengan Taehyung sejak saat itu. Sang Hee yang melihat itu tak bisa bersikap seperti mereka yang merasa kecewa pada Taehyung. Benar juga, saat mereka menjauhi suaminya, ke mana suaminya akan pergi jika bukan padanya. Ada rasa bersalah, tapi juga tetap tak ingin Taehyung berjalan sendiri dengan keputusannya.

Seperti malam setelah acara, member asyik bicara di Live dengan membiarkan Taehyung di ujung dekat Suga yang hanya diam. Sang Hee yang melihat itu, tak bisa berbuat banyak. Dia hanya bisa menatap suaminya yang sendiri meski mereka sedang bersama member.

Di saat member lain fokus bicara di V Live, Taehyung malah asyik dengan minuman yang ada dihadapanya. Dia meneguk pelan dan menuangkan lagi ke gelas saat isi dalam gelas dia telan habis. Tidak ada yang memperdulikannya, sampai Jimin menatap ke arah Taehyung yang terus meneguk minuman keras itu menyenggol Jungkook dan langsung menatap ke arah Taehyung.

Saat Taehyung akan menuangkan lagi, Jungkook mengambil botol itu dan mengesernya. Bukan karena tak boleh, tapi Taehyung tidak kuat minum. Melihat itu, Taehyung bersandar dan memejamkan mata sejenak. Kepalanya terasa pening, tapi mereka belum menyelesaikan live nya.

"Ya sudah, untuk Live kali ini cukup sampai di sini. Terima kasih pada para Army. Kami mencintai kalian." Setelahnya mereka menyelesaikan Live. Mereka masih mengobrol sambil menikmati hidangan yang staff siapkan.

"Oppa tidak makan?" tanya Sang Hee yang menghampiri Taehyung. Dia masih di sofa, dengan posisi bersandar sambil memejamkan mata.

"Tidak. Apa Dae Jung sudah tidur?" Taehyung balik bertanya saat tidak melihat putranya bersama Sang Hee.

"Dia ada bersama yang lain di ruangan itu." Sang Hee menunjuk ke arah ruangan, seperti kamar. Tak lama Taehyung beranjak dan pergi untuk menemui putranya yang sedang di sana tanpa ingin gabung makan.

"Oppa tidak gabung makan bersama mereka?" Sang Hee mengikuti Taehyung untuk menemui Dae Jung.

"Tidak, nanti saja aku makan. Daripada mereka tidak nafsu makan karenaku. Kamu makan saja dengan yang lain, aku nanti saja di kamar." Senyum Taehyung mengembang saat melihat putranya asyik bermain. Ditemani salah satu staff, dia tampak tenang. Tau Taehyung masuk, staff itu berjalan pergi.

Sang Hee menatap Taehyung sedih. Dia harus menerima sikap teman-temannya saat keputusan yang mereka anggap akan menghancurkan karir yang mereka bangun susah payah. Biar waktu yang meluluhkan hati mereka.

Walau bilang akan makan nanti, Taehyung memilih pergi ke kamar dengan Dae Jung yang tidur di gendongannya. "Kau tidak makan dulu, Tae?" tanya Sejin. Dia yang masih bersikap baik, karena memang manager nya.

"Nanti, Hyung. PD-Nim sepertinya menghubungiku. Aku tinggal ke kamar." Diikuti Sang Hee, dia kemudian pergi ke kamar untuk membaringkan putranya.

Dan benar saja, Bang PD menghubunginya. Taehyung sedang bicara di balkon Hotel, terlihat pembicaraannya begitu serius dengan Taehyung yang bersikeras untuk mundur dari grup.

"Aku akan melakukan sisa pekerjaanku seperti kontrak tertulis. Jika Anda merasa dirugikan, maka aku akan bayar itu. Untuk tawaran ambassador bulan depan, aku akan lakukan tanpa ingin menerima royalty nya. Maaf jika keputusanku membuat Anda terkejut. Anda banyak membantuku, tapi tanggung jawab terbesarku saat ini menjadi seorang suami dan ayah. Mau Anda dan yang lain menganggapku buruk, aku tidak peduli. Salahkan aku tanpa harus menyudutkan Sang Hee karena kemauanku, bukan dia. Tolong maafkan saya," tutur Taehyung. Hanya kata itu yang Sang Hee dengar sejak dia menjawab panggilan masuk dari Bang PD.

"Tapi tidak bisakah tunggu waktu yang tepat, Tae?" tanya Bang PD.

"Tidak. Aku akan terima apa yang harus aku pertanggung jawabkan karena memutus kontrak. Maafkan aku, PD-nim." Keputusan Taehyung sudah bulat. Dia tetap pada pendiriannya mundur dari grup.

Sang Hee masih diam menatap Taehyung yang sedang bicara. Kenapa rasanya begitu sakit mendengar Taehyung memilih mundur, walau itu juga untuk dirinya. Bagaimana jika semua orang tau status mereka, sanggupkah Taehyung bertahan dari ombak yang dia ciptakan sendiri.

"Kenapa belum tidur. Aku mandi dulu, setelahnya kita tidur. Hmmm?" Taehyung mengusap pipi Sang Hee pelan. Menatap istrinya yang khawatir akan keputusannya.

"Oppa, apa tidak bisa untuk memikirkan lagi keputusan Oppa ini. Aku sungguh baik-baik saja."

"Aku tidak ingin terus berdebat karena hal ini denganmu. Sudahlah, biarkan saja. Asal kamu bersamaku, aku akan tetap bertahan. Apa kamu masih mau bersamaku saat aku hancur nanti?" tanya Taehyung sambil memegang tangan Sang Hee yang menatapnya.

"Bisa apa aku dengan rencana Oppa. Tapi aku tidak akan meninggalkan Oppa seperti ini. Apalagi ini juga karena aku," sahut Sang Hee.

"Aku akan kuat saat kamu dan Dae Jung menggenggamku seperti ini," jelas Taehyung.

"Maafkan aku, Oppa." Taehyung membawa Sang Hee dalam pelukannya. Dia menangis di dada bidang suaminya.

Setidaknya saat status Sang Hee sudah menikah, tidak ada yang akan menggodanya. Apalagi Dante, dia seakan merendahkan Sang Hee ketika bicara. Apalagi Sang Hee sudah menjelaskan, tapi Dante tetap saja bersikap sama.

***

Jam menunjukkan pukul 2.46 dini hari. Taehyung belum tidur, dia masih menatap pemandangan kota dari balkon Hotel dengan minuman yang menemaninya. Anak dan istrinya sedang terlelap di tempat tidurnya.

Dalam diam pikiran Taehyung terus memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Setelah puas melihat postingan fans di media sosial dia merasa bersalah, tapi rasa bersalah itu lebih besar saat melihat Sang Hee dan Dae Jung yang harus bersembunyi-sembunyi dari orang lain.

Taehyung mabuk sampai dia tertidur di balkon Hotel, sampai Sang Hee membangunkannya karena ada kegiatan hari ini. Meski baru tidur, dia tetap harus bersiap.

"Mau disuapi Appa," ucap Dae Jung.

"Appa akan pergi sayang. Biar Eomma yang suapi ya?" Sang Hee coba membujuk putranya agar tidak mengganggu ayahnya.

"Tidak apa-apa. Bukankah kamu juga akan pergi bersamaku. Kita pergi bersama. Sini aku suapi putraku ini." Taehyung menyuapi Dae Jung tak peduli jika sedang di restoran Hotel dan dilihat beberapa orang di sana.

"Biar aku saja, Oppa," pinta Sang Hee.

"Biasakan saja apa yang harusnya kita lakukan. Jangan menutupinya terus," tutur Taehyung. Dia tersenyum manis pada Sang Hee yang merasa takut.

"Aku merasa kenyang." Suga beranjak dan aka pergi saat mendengar apa yang Taehyung katakan.

"Kau belum menyentuh makananmu, Hyung," ucap J-Hope yang memang duduk di sampingnya.

"Tidak perlu pergi, Hyung. Aku yang akan pergi, Hyung di sini saja. Dae Jung, kita makan di sana ya?" Putranya mengangguk menjawab pertanyaan ayahnya tanpa penolakan. Taehyung kemudian berjalan pergi dan duduk dari pada member yang akan menyantap sarapan mereka. Dia duduk di ujung restoran Hotel bersama putranya.

"Dia dengan mudahnya bicara seperti itu. Aku enggan untuk melakukan kegiatan hari ini," gerutu Suga.

"Sudahlah, Hyung. Kau harus tenang." RM coba menenangkan Suga agar tidak malah berdebat di tempat umum.

"Appa, apa Samchon marah?" tanya Dae Jung pada sang ayah yang menyuapkan sarapan untuknya.

"Tidak. Kenapa harus marah. Kita di sini bisa melihat pemandangan. Lihatlah di sana ada apa?" Taehyung mengalihkan pertanyaan putranya. Dia tak mau jika Dae Jung mengerti ayahnya di diami oleh para member.

Mungkin saja jika tidak ada Dae Jung, Taehyung akan kesepian karena mereka bersikap dingin pada Taehyung. Kesalahan yang Taehyung buat, dia juga yang harus menanggungnya.

"Apa masih terasa pusing?" tanya Sang Hee. Dia tau Taehyung semalam mabuk sampai pagi. Tidak mungkin jika Taehyung tidak merasa sakit kepala. Apalagi dia kurang tidur.

"Tae, bisakah kau lebih fokus? Akan berapa kali kita mengulangi, saat kau sendiri yang tidak fokus. Jangan selalu menjadi beban untuk yang lain," ucap Suga ketus.

Taehyung hanya diam. Dia tak percaya jika itu keluar dari mulut Suga dengan lantang. Sekecewa itu mereka pada keputusan yang Taehyung buat.

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang