💐36💐

10 2 1
                                    

Sang Hee mengiyakan apa yang Taehyung katakan untuk pergi ke kamarnya. Di kamar mereka tidak saling bicara, Sang Hee lebih fokus pada pekerjaan ketika Dae Jung bersama ayahnya. Dia sudah terlihat sehat, karena sudah cukup istirahat. Walau sejak tadi Sang Hee sibuk dengan pekerjaannya sendiri.

"Apa kau setuju dengan desain yang aku kirimkan? Jika ada yang kurang aku akan perbaiki," ucap Sang Hee dari sambungan telepon.

"Tidak juga. Aku suka hasilmu. Aku menghubungimu hanya ingin bilang kalau aku sudah di USA. Di mana kau menginap agar aku juga se hotel denganmu." Mendengar itu, Sang Hee menatap Taehyung yang juga menatapnya. Dia memang sengaja mengaktifkan loadspeker di ponselnya.

Lagian untuk apa Dante pergi ke USA. Hanya akan membuat masalah untuk Sang Hee saja. Apalagi Taehyung tidak menyukainya.

"Tenanglah, aku di sini juga ada pekerjaan. Aku sedang bertemu dengan Manager kekasihmu itu. Apa kau sedang bersamanya sampai kau tidak bisa menjawab?" Suara Danter terdengar mengejek. Dia tertawa juga sudah membuat Sang Hee panik.

"Aku pikir hubungan kita hanya sebatas pekerjaan. Aku--"

"Apa aku tidak bisa mendekatimu, Sang Hee aa? Aku sudah menahan perasaan ini dan aku--" Sang Hee menutup sambungan teleponnya begitu saja. Dia panik saat Dante terus saja mengutarakan perasaannya.

Sorot mata Taehyung jelas tergambar jika dia sedang marah. Dia mendengar semua, apalagi Sang Hee tidak menjelaskan tentang hubungannya agar Dante paham.

"Kenapa tidak katakan saja, kamu sudah memiliki suami. Kenapa di matikan begitu saja?" Ucapan Taehyung terdengar menyalahkan Sang Hee.

"Oppa bisa katakan sendiri kalau mau." Sang Hee tak ingin berdebat, dia meletakkan ponsel dan pergi ke kamar mandi. Apalagi ada Dae Jung yang sedang bersama Taehyung.

Tidak akan ada benarnya saat berdebat dengan Taehyung masalah Dante ataupun Dae Jung. Menghindari perdebatan lebih baik daripada meladeni ucapan Taehyung.

Setelah dari kamar mandi Sang Hee coba duduk di atas tempat tidur. Mengecek tubuh Dae Jung sebelum berbaring di sebelahnya. "Saat Oppa bersikap seperti sekarang itu sama artinya Oppa tidak percaya padaku. Jika aku memang tidak tulus padamu, aku tidak akan menunggumu sejak dulu. Nyatanya aku tetap salah di mata Oppa," jelas Sang Hee.

"Aku--"

"Sudahlah, aku ingin tidur dulu. Kepalaku sakit, Oppa jaga Dae Jung. Bukankah besok kita akan jalan-jalan bertiga. Jika gagal aku juga yang akan salah." Tak ingin menatap Taehyung, Sang Hee berbaring sambil memunggungi Taehyung.

Sang Hee memilih untuk tidur daripada terus mendengarkan Taehyung. Dalam posisinya, Taehyung menatap yang istri yang memunggunginya. Ada perasaan bersalah tapi juga kesal. Harusnya Sang Hee mengatakan saja apa hubungannya dengan Taehyung.

***

Dante datang ke USA seakan sengaja, tapi memang dia memiliki rencana sebelumnya. Kebetulan jadwal member bersamaan, jadi dia bisa membicarakan tentang Taehyung yang akan menjadi ambassador. Pagi ini, dia harus bertemu dengan Taehyung untuk bicara, Taehyung sendiri memberinya waktu 30 menit sebelum dia akan pergi bersama anak istrinya.

"Selamat pagi. Maaf mengganggu waktumu di pagi ini. Aku pikir nanti malam, tapi kau ingin pagi ini. Tapi, tidak apa-apa." Taehyung yang baru datang langsung duduk di hadapan Dante, orang yang membuatnya kesal beberapa waktu belakangan ini.

"Kau membawa berkas yang harus aku tanda tangani? Aku ingin membacanya lebih dulu, jika tidak aku batalkan saja apa yang kau setujui dengan agensi," jelas Taehyung.

"Kau bisa mempelajarinya sendiri. Oh ya, ke mana asistenmu? Bisakah kau berikan ini untuknya." Sambil menyodorkan berkas yang Taehyung minta, Dante membawakan bingkisan pada Taehyung untuk Sang Hee.

"Sepertinya kau sengaja melakukan ini saat kau tau hubunganku dengan Sang Hee," sahut Taehyung dengan tatapan tak suka. Jika bukan persetujuan agensi, Taehyung tak mau berurusan dengan Dante.

"Memangnya apa hubungan kalian? Apa kalian menjalin hubungan sembunyi-sembunyi? Aku dengar Sang Hee memiliki putra, jangan bilang itu juga putramu?" Dante membahas hal lain saat yang harusnya dia bicarakan adalah pekerjaan.

"Jika aku bilang iya. Apa itu akan membuatmu tidak mengusiknya? Kau terus saja bersikap manis pada Sang Hee yang jelas-jelas milik orang."

"Milik siapa? Katakan yang jelas jika memang dia milik orang. Kenapa harus takut mengakui saat kau memang mencintainya. Ah ... benar juga, karirmu lebih penting dari segalanya," imbuh Dante. Dia tak sungkan mengatakannya. Memancing emosi Taehyung itu yang dia sedang lakukan.

"Apa itu merugikan untukmu? Dan hubungan kita apa, itu privasi kita. Kau tak perlu tau. Urusan kita hanya tentang pekerjaan. Bukan hal lain, tapi untukmu. Jangan pernah bersikap seperti ini pada Sang Hee saat kau sudah tau kebenaran hubungan kita. Kau hanya seperti sedang membodohi kita untuk mengatakan langsung tentang hubungan kita." Taehyung pergi dengan membawa berkas yang dia minta, tanpa berkeinginan membawa bingkisan yang Dante titipkan untuk Sang Hee.

Dante hanya tersenyum menatap punggung Taehyung yang meninggalkan begitu saja. Kedatangan Dante memang membuat Taehyung tidak suka sampai dia berpikiran yang tidak-tidak pada Sang Hee.

Di sisi lain, Taehyung sampai di kamarnya. Terlihat Sang Hee sedang membantu Dae Jung untuk bersiap. Dia hanya menatap Sang Hee tanpa bicara. Haruskah dia mengatakan identitas Sang Hee agar semua tau statusnya tidak lajang lagi.

"Appa!!" Panggilan Dae Jung membuat Taehyung membuyarkan lamunannya.

Sang Hee ikut menatap Taehyung yang masih menatapnya. Tanpa bicara, Sang Hee yang belum bersiap berjalan ke kamar mandi. Tampaknya dia masih kesal pada Taehyung, dia hanya diam.

"Harus sekali. Apa sudah siap?" tanya Taehyung gemas dengan putranya.

"Ya, tapi Eomma belum siap. Tidak ditinggal kan?" Dae Jung tak ingin ibunya di tinggal saat belum bersiap.

"Tidak, Nak. Kita tunggu Eomma sambil pesan sarapan." Taehyung coba menghubungi pelayan hotel untuk mengirimkan sarapan untuk mereka.

Terdengar gelak tawa Dae Jung saat ayahnya menggodanya saat Sang Hee baru keluar kamar mandi. Melihat istrinya siap, Taehyung berjalan ke arah Sang Hee. "Apa kepalamu masih terasa sakit?" tanya Taehyung. Dia tak ingin jalan-jalan mereka tidak saling tegur sapa. Dia ingin menikmati waktu bertiga karena mendapatkan waktu bersantai sehari ini.

Sang Hee hanya menggeleng kepala pelan. "Kita pergi setelah makan," ucap Taehyung. Kembali istrinya hanya mengangguk menjawab ucapan Taehyung.

"Kau masih marah padaku?" tanya Taehyung.

"Aku akan ke kamar Sejin Sunbae sebelum pergi. Aku harus memberikan sesuatu padanya." Dara mengalihkan pertanyaan Taehyung tentang dirinya. Dia tak ingin berdebat.

"Maafkan aku," ucap Taehyung.

"Percuma minta maaf saat Oppa selalu bersikap keras padaku ketika masalah Dae Jung ataupun Dante. Bukankah memang Oppa tidak mempercayaiku." Sang Hee coba menahan, tapi tidak bisa karena Taehyung memulainya.

"Apa salahnya saat aku merasa kesal, kamu selalu bersikap keras kepala jika menyangkut karir, padahal aku sangat mau hubungan kita mereka tau, tak perlu ditutupi lagi," sahut Taehyung.

Sang Hee menatap terkejut. "Hal itu lagi yang dibahas. Kita sudah bahagia dengan kondisi seperti ini. Untuk apa validasi saat itu akan percuma. Apa Oppa siap dengan resikonya? Jika iya, lakukan apa mau Oppa, aku tak peduli lagi." Sang Hee berjalan pergi dengan membawa Dae Jung bersamanya, tak ingin lagi bicara dengan Taehyung. Padahal dia sama keras kepalanya.

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang