Jimin terus memikirkan Taehyung. Dia merasa bersalah tapi juga kecewa. Dia menatap layar ponselnya saat ingin menghubungi Taehyung. "Kau itu memang bodoh, Jimin aa." Mau tidak mau, Jimin coba menghubungi Taehyung dan berakhir Dae Jung yang menjawabnya.
Seperti tau temannya sedang tidak baik-baik saja. Hati Jimin meminta untuk menanyakan kondisinya. Dan benar saja, Taehyung sedang kesakitan dengan putranya yang menemani kembali ka kamar.
"Aku sedang bertemu Dante untuk membahas pekerjaan. Maaf merepotkan," tutur Sang Hee yang merasa bersalah karena membiarkan Taehyung kesakitan. Padahal memang dia tidak bilang.
"Sudah tidak apa-apa. Sebaiknya jaga dia. Dokter sudah memeriksanya. Dia hanya kelelahan saja, dan apa dia minum banyak semalam?" tanya Sejin.
"Ya, dia mabuk semalam sampai pagi. Tidur sebentar sebelum melakukan kegiatan. Maafkan aku." Kembali Sang Hee meminta maaf atas kecerobohannya.
"Dia saja yang keras kepala. Kalau merasa sakit kenapa hanya diam. Harusnya bilang, bukan malah membuat anaknya ketakutan." Jimin sebenarnya merasa khawatir, namun terdengar menyalahkan.
Bagaimana Taehyung mau mengeluh ketika sebelumnya Suga menyalahkan dia habis-habisan. Pikirnya akan percuma saja mengeluh saat mereka merasa kecewa padanya.
"Aku tau kau tidak tidur. Semua sayang padamu, walau keputusanmu mengejutkan untuk kita, tapi niatmu baik. Jujur saja aku kecewa padamu, namun aku diam karena kau juga sahabat untukku. Rasa kecewa itu aku rasakan. Kenapa baru saat ini kau membicarakan hal ini saat kita sudah merangkak susah payah sampai detik ini. Kita memang melarangmu sebelumbya, dan saat semua seperti baik-baik saja kau menginginkan mundur. Taehyung aa, ini tidak semudah itu. Kita dari nol merangkak sampai bisa di sini, saat kau mengatakan itu, member lain pasti akan menolaknya. Kita bukan BTS jika tidak bertujuh. Itu maksud kita," jelas Jimin.
Terlihat Taehyung meneteskan air mata dari sudut matanya. Bagaimana Jimin menjelaskan, akan sampai kapan dia menyembunyikan Sang Hee. Pertanyaan itu yang ingin Taehyung lontarkan, namun lidahnya seakan keluh untuk menjawab. Dia hanya diam. Di kamarnya ada Jimin, Sang Hee dan Sejin. Sedangkan Jungkook membawa Dae Jung tidur bersamanya.
Terbaring lemah dengan jarum infus menembus lengan kirinya tidak membuat Taehyung ingin membela diri. Keputusannya seakan bulat, dan tidak ada yang bisa mengoyahkannya.
Malam itu Sang Hee tidak bisa tidur dengan nyenyak, meskipun Taehyung tidak membuka mata sama sekali, tapi rasa khawatir menghantui Sang Hee. Tinggal mereka berdua di kamar setelah Sejin minta Jimin pergi bersamanya.
"Cukup Oppa. Jangan lagi ingin mundur dari grup. Aku sungguh baik-baik saja dengan statusku seperti ini," tutur Sang Hee lirih. Membelai surai lembut sang suami, dia menangis mengingat keputusan suaminya.
"Apa kamu pikir aku tidak merasa bersalah padamu? Aku seperti telur yang ada diujung tanduk. Aku memilih mundur, tapi aku juga merasa bersalah pada mereka. Jalanku tetap saja salah. Aku tetap harus memilih dirimu. Aku tidak selamanya akan menjadi idol. Jika keputusanku menghancurkan karirku, aku tidak peduli. Asal kamu masih bersamaku. Ini untuk putraku, senyuman manisnya begitu lepas beberapa hari ini. Aku bisa bermain dengannya tanpa harus meninggalkan dia dan membuatnya menangis. Aku hanya ingin menjadi Appa untuk putraku. Di mana letak salahku? Di mana Sang Hee aa?" Taehyung menutup matanya dengan satu lengan dan menangis.
Para member dan Sang Hee melihat dari sisi Taehyung seorang idol, tanpa peduli dia juga seorang ayah yang mau putranya bahagia saat bersama. Senyum Dae Jung begitu mahal untuk Taehyung dan untuk Sang Hee, sejak dulu dia banyak berkorban. Sekarang saat Taehyung memilih keluarga kecilnya, tapi itu berat. Karena akan banyak yang tersakiti, itu yang membuat Taehyung bimbang. Dia hebat sudah teguh dengan pendiriannya. Memilih mundur untuk anak dan istrinya.
"Maafkan aku, Oppa. Maafkan aku." Sang Hee memeluk tubuh Taehyung yang menangis. Sakit rasanya saat mereka tidak mengerti apa yang Taehyung maksudkan.
Dia tau, sangat tau jika dia akan melukai banyak orang. Namun, apa yang bisa dia lakukan sekarang. Haruskah telur di ujung tanduk itu jatuh dan pecah. Ketika kedua pilihan tidak membuatnya nyaman.
***
Member sampai di Korea dengan selamat. Seperti sebelumnya, tidak ada obrolan antara member dan Taehyung. Pada Jimin saja, dia bicara seadanya. Dia juga memilih pulang ke apartemen, tidak ke Dorm. Takut member merasa tidak nyaman dengan dirinya.
Taehyung menjaga jarak dengan mereka, karena mereka juga. Fokus dia sekarang melakukan pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum dia memutuskan untuk mundur. Mau fans menyebarkan fotonya saat jalan-jalan di USA, atau tidak. Taehyung tetap pada niatnya, mundur dari grup.
"Oppa istirahat saja dulu. Janngan memaksa diri untuk bekerja. Bisa dilakukan besok kan," pinta Sang Hee. Tak ingin suaminya kembali tumbang, dia memaksa Taehyung istirahat ketika akan pergi untuk melakukan kegiatannya.
Taehyung salah satu member yang memiliki banyak pekerjaan diluar kegiatan grup. Dia memang sengaja melakukan itu, karena dia memikirkan ini semua sudah sejak lama. Merasa gagal menjadi seorang suami, itu yang Taehyung pikirkan.
"Kamu istirahat saja. Temani Dae Jung, aku bisa ditemani Manajer Ahn. Dia sudah menungguku di lobby apartemen. Aku berangkat dulu." Taehyung mencium kening Sang Hee yang gagal melarang suaminya pergi.
Sang Hee menghela nafas kasar melihat Taehyung berjalan keluar. Akan percuma jika terus menahannya. Sang Hee harus mengikuti kemauan Taehyung sekarang.
"Kau tidak lelah, Tae?" tanya Manager Ahn.
"Tidak, Hyung. Hanya pemotretan beberapa jam saja, tidak akan lama. Agar besok aku bisa latihan dengan tenang," jawab Taehyung.
"Bahkan setelah latihan kau harus datang ke sebuah acara. Tak perlu memaksakan diri, Bang PD tidak memaksamu." Taehyung diminta datang ke sebuah acara, awalnya tawaran itu dibatalkan agar Taehyung tidak memforsil tubuhnya, tapi kemarin Taehyung meminta jadwal lamanya untuk mengiyakan tawaran Bang PD yang dengan sendiri meminta untuk Taehyung datang.
Member jarang untuk tampil di reality show dan semacamnya, tapi Taehyung mengiyakan. Ada keuntungan untuk agensi, tapi tetap saja Taehyung yang dipekerjakan tanpa diberi waktu istirahat.
Perjalanan panjang dari USA saja, di masih mau melakukan kegiatan pengambilan gambar. Memang tidak selesai satu hari ini, tapi dia tetap datang walau lelah.
Taehyung menutupi tekanan yang dia rasakan dengan bercanda dengan beberapa orang staff yang tidak mengerti rencananya. Dia seperti menikmati kegiatannya itu.
"Kau yakin dengan keputusanmu, Tae? Coba pikirkan lagi dengan matang. Pikirkan perjuanganmu sampai detik ini," ujar Bang PD. Dengan sengaja dia menemui Taehyung untuk bicara. Coba menyakinkan Taehyung agar tidak mundur.
"PD-nim, maaf sebelumnya. Aku tetap pada pendirianku." Dengan tegas Taehyung mengatakannya. Dia bahkan menatap Bang PD, takut jika ada kebohongan di sorot matanya.
"Kau akan terima resiko diluar kendalimu. Kau sanggup untuk itu?" tanya Bang PD.
"Saya terima dengan lapang dada karena ini keputusan saya. Jika pun saya harus mati untuk mundur dari sini, saya terima. Saya berada di ujung tanduk dengan pilihan yang sulit." Bang PD pun tidak bisa mengoyahkan niat Taehyung untuk mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away
Fiksi Penggemarkisah cinta pertama seorang Idol papan atas. 11/04/2020 By: nyemoetdz