💐50💐

14 0 0
                                    

Suara bel pintu apartemen membuat Taehyung bangun dari tempatnya walau kepalanya terasa sangat sakit. Tubuhnya lemas, sampai dia harus berpegangan saat berjalan ke arah pintu. Pandangannya sudah berkunang-kunang, sejenak dia menghentikan langkahnya dan tertunduk menahan tubuhnya yang lemah.

Bel pintu terus saja berbunyi, dan Taehyung seperti tak sanggup untuk berjalan lagi. Dengan tenaga yang tersisa, Taehyung sampai di pintu apartemen dan perlahan membuka pintu itu.

"Taehyung aa, istrimu--" Belum menyelesaikan ucapannya, tubuh Taehyung hampir limbung, namun segera dibersandar.

"Kau sakit, Taehyung aa?" Jimin coba membantu sahabatnya itu untuk masuk. Tubuhnya begitu lemah, hingga untuk berdiri dia tak kuat.

"Ada apa kau ke sini?" Taehyung mengalihkan pertanyaan Jimin yang menatapnya khawatir. Tubuhnya saja deman, tanpa dijawab Jimin harusnya tau.

"Aku ingin melihat kondisimu, tapi ngomong-ngomong. Apa kau tau jika Sang Hee mengalami penganiayaan di sebuah Halte? Aku ingin pergi langsung tadi, tapi aku pikir melihatmu dulu," ucap Jimin.

"Apa yang kau katakan. Penganiayaan bagaimana?" Taehyung menatap khawatir, mendengar kabar yang Jimin sampaikan mengenai Sang Hee.

"Biar aku menjemputnya. Tubuhmu demam, kau tetap di apartemen, biar aku yang pergi," jelas Jimin.

"Tidak. Aku ingin pergi bersamamu." Taehyung yang khawatir beranjak, tapi tubuhnya memang tidak kuat untuk berdiri. Dia kembali terduduk di sofa.

"Sudah dengarkan aku, kau tunggu di apartemen. Biar aku menjempuntnya. Dia berasa di Hotel X, aku akan berangkat sekarang." Jimin kemudian pergi meninggalkan Taehyung yang khawatir bagaiman keadaan Sang Hee sekarang.

Beberapa saat Jimin pergi. Taehyung yang juga merasa khawatir ikut pergi dengan tubuh yang lemah. Dia mengambil jaket dan kunci mobilnya, setelahnya dia pergi ke Halte di mana Jimin katakan tadi.

Taehyung memaksa pergi. Rasa khawatir akan sesuatu terjadi pada Sang Hee membuatnya harus melihatnya langsung. Memang harusnya dia yang mengantarkannya. Walau dengan tubuh yang lemah, Taehyung tetap memaksa pergi.

"Jimin aa, apa kau sudah menemukannya? Sang Hee tidak bisa dihubungi," ucap Taehyung dari sambungan telepon.

"Aku belum sampai. Tadi dia bilang Dae Jung menangis, sepertinya dia ketakutan. Kau tenanglah, aku akan menjemputnya," jelas Jimin.

"Kita bertemu di tempat itu, aku dibelakangmu," sahut Taehyung.

"Kau gila, Tae!! Kau itu sedang sakit."

"Sudahlah, aku tutup teleponnya." Taehyung kemudian menutup teleponnya, ingin segera melihat kondisi Sang Hee secara langsung dan ingin tau apa masalahnya hingga dia mendapatkan penganiayaan.

Rasa khawatir Taehyung, membuatnya kurang fokus, ditambah matanya berkunang. Saat pandangan matanya berkurang, meski tidak ada 1 menit, mobilnya terbanting ke sisi jalan dan menabrak trotoar hingga berhenti menabrak tiang. Kejadiannya begitu cepat, saat Taehyung merasa pandangannya kabur. Dia membanting stir ke sisi jalan yang kebetulan sepi, mobil sport yang dia kendari ringsek dibagian depan, Taehyung terkulai pada setir mobil dan tak  sadarkan diri.

***

Sang Hee yang mendapatkan kabar Taehyung di rumah sakit segera menyusul ke sana. Ketakutan dia rasakan, karena dia meninggalkan Taehyung yang sedang sakit sendiri.

"Oppa, bagaimana kondisinya?" Sang Hee dengan menggendong Dae Jung menghampiri Jimin.

"Dia mengalami kecelakaan. Padahal aku sudah memintanya untuk tinggal di rumah, karena aku yang akan menjemputmu," jelas Jimin.

Mendengar itu, tubuh Sang Hee hampir terjatuh karena syok. Hari ini seperti hari yang buruk untuk mereka, dari Sang Hee yang bertemu fans dan sekarang Taehyung yang mengalami kecelakaan.

Jimin membantu Sang Hee untuk duduk di ruang tunggu depan ruang IGD. Mengambil Dae Jung dan mendudukkan sendiri di samping ibunya.

"Lalu bagaimana kondisinya, Oppa?" tanya dengan nada lirih.

"Dia masih di dalam, dokter masih mengobati lukanya. Aku diminta untuk keluar. Lukanya tidak begitu parah karena dia terlindungi oleh airbag. Hanya luka di kening sebelah kiri dan pipi karena tergores. Apalagi dia sedang sakit," jelas Jimin. Walau tidak parah, tetap saja Sang Hee syok mendengar suaminya mengalami kecelakaan.

"Ini luka yang kau dapat dari penganiayaan itu?" Jimin menunjuk pipi kiri Sang Hee. Bekas cakaran itu terlihat jelas, tapi Sang Hee biarkan karena dia sendiri bingung dengan yang terjadi, belum lagi kabar Taehyung kecelakaan cukup membuatnya syok.

"Aku tidak apa-apa, Oppa. Ini hanya luka kecil," jelas Sang Hee.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Jimin.

"Sepertinya dia fans Tae Oppa yang merasa kecewa. Dia mengenaliku, walau aku sudah menghindar, tapi dia tetap mengikutiku. Dia menjambak dan kukunya mengenai pipiku." Dengan berlinang air mata, Sang Hee menjelaskannya. Dia coba untuk tenang, tapi tidak bisa.

"Kau harus melaporkan tindakan ini pada pada polisi," sahut Jimin.

"Dan menambah masalah Tae Oppa? Tidak, Oppa. Ini sudah cukup menyiksanya. Aku tau dia terbebani dengan tekanan dari mereka yang sekarang menolaknya. Tapi dia berusaha tetap kuat, meski dia rapuh. Beberapa hari ini Tar Oppa sakit, tapi dia tak ingin memeriksakan kondisinya. Aku merasa gagal, Oppa," tutur Sang Hee.

"Kenapa kau tak menceritakan ini padaku?" Jimin juga merasa gagal sebagai teman. Saat Taehyung terpuruk, dia tidak ads disampingnya. Munngkin Taehyung memang mundur, tapi bukan berarti fans BTS juga ikut mundur. Mereka yang setia masih memberi support pada member lain. Fans setia tidak meninggalkan mereka.

Namun, Jimin tidak tau, jika yang paling terluka juga Taehyung. Resiko ini yang terjadi, apalagi fans Taehyung lebih banyak dari member lain. Taehyung stand banyak yang kecewa, hampir semua kecewa karena mereka hanya mencintai Taehyung saja. Jika fans yang lain, memberikan doa terbaik untuk Taehyung.

"Oppa melarangku. Dia tidak ingin kalian semakin membencinya. Dia merasa sudah memberi masalah pada kalian, jadi dia akan tanggung sendiri beban yang dia pikul sekarang. Niatnya sebenarnya tidak salah, hanya saja dia sebagai public figur tidak bisa semaunya bertindak. Tidak ada salahnya menjadi diri sendiri, apalagi dia memiliki putra yang ingin dia bahagiakan. Dia bilang padaku, kebahagiannya saat melihat putranya tertawa lepas. Tidak ada drama meninggalkan karena sibuk atau merasa tak punya Appa. Tidak salah itu bisa dilihat dari segi di mana orang itu mengerti arti keluarga. Namun, kembali lagi. Kita tidak bisa merubah mindset seseorang. Sekarang resikonya, Tae Oppa melawan fans nya sendiri," ucap Sang Hee. Resiko besar menjadi idol grup di Korea. Apalagi memiliki fans fanatik.

"Keluarga Tuan Taehyung," panggil seorang perawat di depan pintu ruang IGD.

"Saya istrinya." Sang Hee segera berdiri dan berjalan menghampiri perawat itu. Membiarkan Dae Jung bersama Jimin.

"Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat, Anda bisa melihat kondisinya sekarang," jelas perawat itu.

Sang Hee melangkah masuk, dia menatap kesekitar dan mencari di mana Taehyung berada. Saat melihat suaminya, Sang Hee segera menghampirinya.

"Sayang--" Sang Hee memegang lengan Taehyung, berharap mendapatkan respon.

Taehyung perlahan menatap istrinya yang duduk di sampingnya. "Apa kamu terluka?" tanya Taehyung lirih.

Bukannya menjawab, Sang Hee menangis dengan memeluk tubuh suaminya. Dengan posisi terbaring, Taehyung mengusap punggung istrinya. "Aku baik-baik saja. Siapa yang berani menganiaya dirimu?" tanya Taehyung.

"Tidak perlu membahas itu. Fokus dengan kondisi kesehatan Oppa. Aku tau Oppa menyimpan beban itu sendiri. Aku ada bersama Oppa, kita jalan bersama. Luapkan apa yang mengganggu pikirkan Oppa. Jika memang harus pergi jauh, kita pergi, asal Oppa tidak memendam semua sendiri. Ceritakan padaku, karena aku ini istrimu, Oppa." Tangis Sang Hee kembali pecah. Sikap Taehyung yang ingin memikul semuanya sendiri menjadi bumerang untuknya. Dirinya lemah, dan berakhir seperti sekarang.

So Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang